bc

The Tycoon Love Lesson

book_age0+
731
FOLLOW
8.5K
READ
second chance
arrogant
powerful
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Cass tidak ingin 'menginginkan' Nic

-Cassidy Carrington

"... Aku sudah ingin melakukan ini saat aku melihatmu membukakan pintu rumah"

-Nicolas Leandro

Belajar dari pernikahannya yang gagal, Nic tidak ingin menjalin hubungan serius dengan wanita manapun.

Belajar dari masa lalunya, Cass tidak ingin menjalin hubungan tanpa cinta.

Tapi takdir selalu punya rencana. Dua orang yang memiliki keyakinan berbeda dipertemukan. Apakah mereka akan terus mempertahankan keyakinan mereka? Atau mereka akan belajar mengalah demi kebahagiaan?

chap-preview
Free preview
Part 1
Cassidy Carrington memiliki semua alasan untuk mengusir adiknya dari rumahnya saat ini. Sejak pagi, Clara Carrington, atau yang setahun lalu resmi menjadi Clara Ivander, berhasil menginvasi rumah Cass dan mengganggu hari liburnya. Cass bahkan tidak bisa menebak darimana adiknya tahu kalau dia sedang libur dan memilih untuk berada di rumah seharian padahal selama ini Cass sangat jarang memberitahukan jadwal liburnya karena tidak ingin diganggu oleh semua ceramah Clara yang isinya selalu sama. Pindah kerja dan menikah. “Keluar dari rumahku.” Ucap Cass datar tanpa benar-benar berharap kalau Clara akan mematuhinya kali ini. Sekesal apapun dia pada tingkah Clara yang menyebalkan, Cass menyayangi adiknya. Sangat. Tapi tetap saja dia tidak ingin mendengarkan ceramah Clara untuk selusin kali nya dalam minggu ini. Cass sengaja mengambil libur karena memiliki janji temu dengan seseorang dan orang itu bukan adik kesayangannya ini. “Sadarlah, Cass! Kau tidak bisa selalu membantu tempat kerjamu! Mereka seharusnya memiliki simpanan uang, dan bukannya selalu memintamu untuk membantu keuangan mereka. Kau bukan badan amal yang bisa mereka mintai bantuan setiap saat!” Tegas seorang wanita hamil dengan wajah yang jelas-jelas sudah terlihat kesal. “Kau berbakat. Kau bisa mencari kerja di tempat lain. Kau juga punya banyak keahlian. Tempat itu hanya akan menghabiskan usiamu! Dan kau juga tidak akan bisa berkencan karena waktumu kau habiskan untuk mengurusi semua hal tentang tempat itu, Cass! Sampai kapan kau akan bekerja sukarela untuk mereka? Kapan kau akan menikah?” “Kau dilahirkan lebih lambat 4 tahun bukan untuk memberiku kuliah tentang pekerjaanku, Clara.” Geram Cass kesal dengan kelakuan adiknya. “Lagipula bukan hanya aku yang bekerja disana. Vion juga banyak membantu. Begitu juga dengan Mrs. Nash.” “Aku tahu. Tapi sikap keras kepala dan harga dirimu yang terlalu tinggi itu membuatku muak, Cass. Aldrich sudah lama menawarimu pekerjaan di kantornya tapi kau sama sekali tidak mau menerima niat baiknya itu. Harga diri membuatmu menolak bantuannya. Kau malah memilih bekerja pada orangtua yang sudah jatuh bangkrut karena kekeraskepalaanmu. Kau berhak mendapatkan yang lebih baik, dan kau bisa meraihnya. Kau tidak bersekolah setinggi itu hanya untuk berakhir sebagai pengurus orang tua lemah, Cass. Lagipula baik Mrs. Nash ataupun Vion semuanya memiliki pekerjaan mereka sendiri, mereka disana hanya membantu, sedangkan kau menghabiskan seluruh hidupmu disana.” “James masih sanggup untuk bekerja, Clara. Kalau kau melihat betapa bersemangatnya dia dulu bekerja sebelum stroke itu menyerangnya, kau pasti akan bersikap yang sama denganku. Lagipula aku suka bekerja sebagai sekretaris.” Ucap Cass, ”Sekarang lebih baik kau pulang, kau membutuhkan istirahat, anak itu akan lahir sebentar lagi, aku tidak ingin terjadi sesuatu pada keponakan pertamaku. Jangan sampai tekanan darahmu naik. Aldrich bisa menggantungku nanti.” Clara memutar bola mata kala menatap kakaknya kesal. Harga diri seorang Carrington memang sangat besar, tapi kekeraskepalaan seorang Cassidy Carrington jauh lebih besar daripada harga diri seluruh keluarga Carrington yang tersisa dijadikan satu. Dan karena Clara sangat mengenal Cass, dia tahu kapan harus mundur dan menyiapkan strategi baru untuk menginvasi hidup kakaknya itu lagi. Clara belum menyerah. “Maaf kalau mengecewakanmu, Kak. Aku baru akan pulang saat Aldrich menjemputku. Dia tidak mengizinkanku membawa mobil sendiri. Perutku sudah sangat besar.” Ujar Clara ringan dengan seulas senyum usil di wajahnya lalu meneguk air putih yang disediakan kakaknya. “Sial.” Bisik Cass pelan namun dapat di dengar Clara dengan jelas, “Jangan mengumpat di depanku. Aku tidak ingin anakku menirunya.” Tegur Clara cepat. Cass hanya memutar bola matanya kesal namun kali ini berhasil menahan diri untuk tidak mengumpat, “Baiklah, silakan menunggu Aldrich disini, aku akan mandi. Sebentar lagi Vion akan menjemputku, kami akan ke rumah James bersama-sama.” Ujar Cass. “Kau sering kali menyebut nama Vion dan pergi bersama. Tapi aku belum pernah bertemu dengan Vion ini. Kau tidak pernah mengenalkanku padanya.” “Karena aku memang tidak ingin mempertemukan kalian. Jadi, jangan berkomentar macam-macam, Clara, dan jangan ajukan pertanyaan apapun padanya. Aku akan mengirimmu pulang kalau kau melakukan itu.” Tegas Cass sebelum meninggalkan adiknya seorang diri dan masuk ke ruangan sebelah tempat kamarnya berada. “Seolah kau tega padaku.” Gumam Clara dengan senyum geli karena dia tahu bahkan saat sebelum kedua orangtua mereka meninggal, Cass selalu menyayangi dan membelanya.   Clara tidak pernah bertemu dengan Vion sebelumnya, tapi dia jelas sudah sangat sering mendengar nama itu. Setidaknya Cass selalu menyebut nama itu setiap kali bicara tentang pekerjaannya. Seingat Clara, Cass dan Vion bertemu saat James menjual sebagian besar saham perusahaannya pada perusahaan Vion setahun yang lalu. Dan ini adalah kali pertama Vion datang berkunjung ke rumah kakaknya sehingga membuat Clara sangat penasaran dengan laki-laki itu. Clara baru saja hendak menelepon suaminya saat bel rumah Cass berbunyi. Dengan sangat perlahan karena berhati-hati dengan kehamilannya yang sudah besar, Clara membukakan pintu. Seorang pria jangkung dan tampan berdiri di depan pintu rumah Cass sambil menatap Clara bingung. “Apa ini benar rumah Cassidy?” Tanya pria itu dengan suara yang cukup seksi menurut Clara. Seandainya saja Clara belum terpesona oleh Aldrich, suaminya, dia pasti akan menyukai pria dihadapannya ini. Clara tidak tahu pasti berapa usia laki-laki dihadapannya ini, namun Clara yakin kalau laki-laki ini tidak lebih tua dari Aldrich kalau melihat wajahnya yang manis namun tetap terlihat maskulin. Tapi apapun itu, ada bagian dari pria ini yang mengingatkan Clara akan seseorang. Dan kalau saja ingatan itu tidak begitu menganggu, Clara pasti akan menanyakan langsung masalah itu pada laki-laki ini. “Benar. Cass sedang mandi, aku adiknya, Clarance. Silakan masuk.” Ujar Clara ramah sambil mempersilakan Vion masuk Sedetik rasa terkejut melintas di wajah Vion sebelum kembali ditutupinya dengan topeng yang selalu dikenakannya saat harus berhadapan dengan klien. “Vion Leonidas. Senang akhirnya aku bisa bertemu dengan adik Cass. Dia banyak sekali menceritakan tentang dirimu.” Balas Vion ramah, ”Oh ngomong-ngomong, sampaikan pada Cass kalau James baik-baik saja, pengurus rumahnya sudah meneleponku tadi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jadi Cass tidak perlu buru-buru.” “Tentu. Aku tidak yakin Cass menceritakan yang baik-baik tentangku. Kau mau minum apa?” Tanya Clara sopan. “Tidak perlu repot. Aku akan menunggu Cass disini saja.” Clara mengamati Vion dengan tenang. Bagaimana bisa Cass tidak mengatakan kalau Vion adalah pria mempesona seperti ini? Apa mereka berkencan? Apa ternyata selama ini Cass memiliki kehidupan romantis selain aksi amalnya untuk James? Pikir Clara sambil melemparkan senyum lembut pada Vion sebelum masuk kedalam kamar Cass untuk menyampaikan pesan Vion. Mendapatkan senyum ramah mendadak itu membuat Vion langsung waspada. Dia tahu kalau dirinya bisa mempesona wanita. Tapi Vion tidak pernah mendapatkan keramahan super seperti kali ini dari seorang ibu hamil, terlepas apakah wanita itu adik kenalannya atau bukan. Vion mencatat dalam hati kalau dia akan menyampaikan masalah ini pada Cass dan mendapatkan penjelasan kenapa Cass tidak memberitahunya kalau tidak hanya Cass yang ada di rumah ini. Lebih dari setengah jam kemudian yang dilalui Vion dalam keheningan aneh bersama Clara yang tanpa malu-malu terus memperhatikannya, Cass akhirnya keluar dari kamarnya dan langsung menyadari kalau ada orang yang butuh pertolongannya untuk bisa selamat dari rasa penasaran Clara yang bisa membahayakan. “Kami akan langsung pergi, Clara. Tunggu Aldrich dan tinggalkan kunci di tempat biasa.” “Tentu. Hati-hati, Cass. Dan aku akan meneleponmu nanti.” Seru Clara riang sambil melambai pada kakaknya yang berjalan keluar rumah bersama Vion. Begitu mereka hanya berdua di dalam mobil, Vion langsung menatap Cass meminta penjelasan. “Kesalahan apa yang aku lakukan hingga kau tega meninggalkan aku bersama adikmu?” Tanya Vion cepat. “Aku tidak bisa melakukan apapun, Vion. Clara sudah disana sejak pagi dan menolak untuk pergi sebelum Aldrich menjemputnya. Kau tidak berharap kalau aku benar-benar tega mengusir adikku sendiri keluar saat sedang hamil, bukan?” “Tidak, Cass. Tentu saja tidak.” Sahut Vion lalu menghela nafas panjang. “Astaga. Aku tidak pernah berharap bertemu dengan Clara, Cass. Tidak setelah semua ini. Kau tahu? Dunia tidak seluas kenyataannya. Bahkan setelah 3 tahun berpisah, kita bertemu lagi dalam situasi yang tak terhindarkan, bukan? Dan, Ya Tuhan. Dia Clara, Cass. Dan dia sedang hamil. Seolah Tuhan sengaja mempertemukan kita semua kembali.” “Ya.” Gumam Cass setuju, “Jadi, karena tadi ada yang mengatakan kalau James baik-baik saja, kemana kita akan pergi malam ini?” “Candle light dinner?” Tanya Vion sambil mengedipkan mata pada Cass. Cass terkekeh pelan, “As always, my romantic man.” Kekeh Cass sambil menepuk pipi Vion lembut. “Aku menyerahkan tempatnya padamu.” *** Cass masih terbayang pembicaraannya dengan Clara tadi malam. Cass tahu kalau Clara adalah orang yang sangat ingin tahu. Tapi yang Cass tidak sangka adalah Clara bahkan tidak bisa menunggu hingga matahari terbit dan memilih menelepon Cass saat jam menunjukkan pukul 4 pagi dan membuat Cass kini harus menahan kantuk saat wawancara kerjanya. Dan ucapan terakhir dari adiknya itulah yang membuat Cass ingin sekali mengutuk Clara kalau saja wanita itu bukan adik kesayangannya. “Aku akan mengalah kali ini, Cass, tapi jangan lupa untuk datang wawancara di Andromeda Grup. Kudengar mereka membutuhkan sekretaris untuk salah satu petinggi disana, segera, dan siapa yang tertarik langsung datang membawa CV untuk diwawancara. Khusus untumu, kau tidak perlu membawa CV, aku sudah mengirimkannya untukmu. Pastikan kau mengabariku setelahnya.” Cass bahkan tidak berniat untuk datang ke tempat ini, tapi janji yang dibuatnya pada Clara beberapa jam lalu sebagai syarat agar adiknya itu memutuskan pembicaraan mau tidak mau harus ditepati Cass. Kalau Cass adalah orang yang keras kepala, maka Clara adalah orang paling gigih di dunia. Adiknya itu bisa membuat hidup Cass bagaikan di neraka kalau Cass berani melanggar janjinya. Dan kini, disinilah Cass berada, ruang tunggu wawancara untuk posisi sekretaris CEO, bersama para pelamar lainnya yang jauh lebih muda daripada usia Cass. Dengan usianya sekarang, Cass tidak yakin akan diterima bekerja sementara pelamar lain yang lebih muda banyak sekali ikut berjuang hari ini. Pengalaman membuatnya yakin terkadang fresh graduated lebih menarik dibanding yang lainnya. Ruangan itu cukup besar untuk menampung sekitar 10 orang, mereka akan dipanggil bergantian untuk diwawancara oleh Kepala HRD sebelum kembali dieliminasi untuk dipertemukan langsung dengan Direktur Utama. Pilihan akhir ada di tangan CEO yang diketahui Cass berusia hanya 10 tahun lebih tua dari dirinya. Dalam hati Cass memuji siapapun designer interior gedung ini. Walau ditujukan sebagai ruang tunggu, ruangan ini sangat nyaman dengan berbagai fasilitas seperti mesin penjual minuman yang membuat tamu tidak harus keluar ke lantai dasar untuk mencapai kafetaria, televisi, set sofa, dan di sudut ruangan terdapat satu unit komputer untuk mengakses informasi tentang perusahaan ini. Getar ponsel di saku blazernya membuat Cass terkesiap. Dengan hati-hati dan tanpa menarik perhatian Cass mengeluarkan ponselnya dan menemukan nomor tanpa nama tertera di layar. “Ms. Carrington, saya Nicolas Leandro. Apa anda bisa datang ke kantor saya sekarang?” Tanya suara berat di seberang. Cass terdiam sejenak mendengar nama peneleponnya sebelum mendapatkan kembali ketenangannya. Kalau si penelepon memang benar-benar Nicolas Leandro, maka itu artinya yang menelepon adalah calon atasan Cass. ”Tentu, tapi ada yang membuat saya penasaran. Kenapa anda langsung yang menelepon saya secara pribadi dan meminta saya ke ruangan anda? Saya bahkan tidak tahu dimana ruangan anda.” “Anda akan tahu itu nanti. Ruangan saya di lantai 53, gunakan lift paling kanan. Saya menunggu anda sekarang.” Jawab suara di seberang lalu memutuskan telepon. Cass memandang ponselnya tidak percaya. Bagaimana mungkin dia langsung memutuskan pembicaraan tanpa mengatakan satupun hal yang pasti. Untuk menjawab rasa penasarannya, Cass memutuskan untuk memenuhi panggilan itu. Siapapun dia, Cass berhak mendapatkan penjelasan tentang panggilan tiba-tiba itu. Cass akan memastikan kalau dia akan mendapatkan penjelasan untuk itu. Cass tidak pernah menerima perintah siapapun begitu saja. Dan Cass tidak akan membuat pengecualian untuk laki-laki yang mungkin akan menjadi atasannya ini.   “Aku akan memastikannya langsung. Kalau dia memang sesuai dengan kriteriaku, aku akan menerimanya tanpa ragu. Tapi kalau ada satu saja yang kurang, aku akan langsung menolaknya. Aku bukan hanya membutuhkan seorang sekretaris, tapi juga seseorang yang bisa dipercaya oleh Arianne. Karena aku akan banyak mengadakan perjalanan, dan aku mungkin akan membawa keduanya sekaligus. Jadi, mau tidak mau dia harus bisa berteman dengan Arianne bahkan walau itu mustahil.“ Ujar Nic di telepon. “Aku percaya kalau kau pasti menyukainya. Dia punya segalanya yang kau inginkan. Aku sangat mengenalnya.” Ujar suara di seberang. “Aku tidak terlalu berharap seperti itu. Yang aku butuhkan cuma sekretaris yang handal dan orang yang bisa Arianne percaya, tidak lebih. Aku tidak punya waktu untuk wanita lain. Dan pastinya aku tidak akan mencari sekretaris yang jelas-jelas berusaha untuk menggodaku.” “Tidak punya waktu untuk wanita lain, eh? Lalu apa hubunganmu dengan Marylin Kenneth? Atau dengan Amanda? Atau Maureen? Kau selalu membawa wanita itu ke setiap perjamuan bisnis. Kau selalu punya persediaan teman kencan lebih banyak dari playboy Vegas sekalipun, Nic.” “Mereka hanya teman, tidak lebih. Dan mereka tahu untuk tidak berharap lebih dari apa yang bisa kuberikan.” “Kau terlalu terikat masa lalu, Nic. Kau harus mencoba untuk melangkah. Kalau garis itu tidak kau lewati, kau tidak akan mendapatkan apapun untuk hidupmu ataupun Arianne. Putrimu berhak mendapatkan yang lebih baik. Pastinya dia berhak mendapatkan keluarga yang utuh.” “Sudah cukup. Ari akan mendapatkan apapun yang dia inginkan. Termasuk hak untuk tidak terluka oleh orang-orang yang tidak menyayanginya.” Balas Nic cepat, “Aku rasa dia sudah datang. Aku akan mengabarimu nanti.” Ujar Nic lalu kembali memutuskan telepon tanpa menunggu respon dari lawan bicaranya. Baru saja Nic meletakkan gagang teleponnya kembali ke tempat semula, pintu ruang kerjanya terbuka setelah terdengar bunyi ketukan singkat. Seorang wanita tinggi berambut pirang lembut masuk ke ruang kerjanya. Nic mengamati wanita itu. Baiklah, dia punya bentuk tubuh yang bagus, sangat bagus malah. Tapi dia menutupi semua lekuk tubuhnya dengan pakaian yang sangat konvensional itu. Kalau dia berani memakai rok pendek saat ini, aku pasti akan langsung mengusirnya. Pikir Nic jujur. “Selamat siang, Ms. Carrington. Silakan duduk.” Ujar Nic sambil berdiri dan menunjuk salah satu kursi di hadapannya. Cass hanya berdiri meski dia mendengar dengan jelas ucapan Nic. Selama sejenak dia menatap Nic dengan tidak percaya. Pria itu tampan. Walau Cass sudah sering melihat dan berkenalan dengan banyak pria tampan, namun Cass yakin kalau Nic berbeda. Nic memiliki rambut coklat gelap yang disisir rapi ke belakang. Sepasang mata dengan iris sewarna hijau pupus yang tajam, hidup mancung dan bibir yang... Seksi...pikir Cass enggan saat mengagumi laki-laki dihadapannya ini. Dengan sengaja Cass mengerjapkan matanya sekali untuk mengusir semua pikiran aneh dalam kepalanya tentang keinginannya untuk mencicipi bibir Nic dan menatap Nic tajam. Ini pertama kalinya Cass punya keinginan yang nakal pada laki-laki yang baru pertama kali ditemuinya. Dan ini berbahaya. ”Saya lebih penasaran kenapa anda memanggil saya langsung daripada keinginan saya untuk duduk.” Sahutnya lantang seolah saat ini dia sedang bicara bukan dengan orang yang akan menjadi atasannya. Nic balas menatap Cass dingin. Tatapan yang biasanya langsung membuat semua sekretaris Nic langsung mengundurkan diri saat itu juga. Tapi Cass berbeda. Wanita itu malah balas menatap Nic dengan dingin dengan mata yang menyiratkan tantangan. Tidak ada, sampai beberapa detik yang lalu, yang berani menantang Nic dalam hal apapun. Nic kaya, dia kuat, terlebih lagi dia berkuasa atas beberapa hal yang tidak dimiliki orang lain, dan wanita ini berani menantang Nic dan bahkan mempertanyakan keputusan Nic. Tiba-tiba Nic tertawa. Tawa pertamanya sejak Arianne kecelakaan yang menyebabkannya mengalami patah tulang kaki dan harus menggunakan kursi roda selama beberapa bulan. Dan hal itu baru terjadi dua bulan yang lalu. Nic tahu kalau tidak seorangpun anggota keluarga Carrington yang bisa ditekan dengan cara seperti itu. Tidak kalau mereka masih bisa balas melawan. Belum selesai Nic tertawa, pintu ruangannya terbuka, seorang gadis kecil masuk dengan kursi roda. “Dad, aku tidak suka dengan Julia. Dia melarangku main diluar rumah. Dia malu mengurus anak lumpuh seperti aku, dan aku tidak mengarang alasan itu. Aku mendengarnya saat dia berbicara dengan pengurus rumah Mrs. Becks.” Ujar anak itu cepat seakan tidak menyadari kalau di ruangan itu ada orang lain selain ayahnya. “Arianne? Siapa yang mengantarmu kesini?” Tanya Nic lembut lalu menghampiri gadis kecil itu. Bahkan sekilas saja siapapun bisa melihat kalau mereka adalah ayah dan anak. Warna rambut, hidung, dan bibir gadis kecil itu semuanya adalah versi feminin dari seorang Nicolas Leandro. Arianne baru saja akan menjawab pertanyaan ayahnya saat matanya menangkap sosok seseorang yang asing di dalam ruang kerja ayahnya, ”Siapa dia, Dad? Dia bukan pengajar lagi, bukan? Aku tidak butuh mereka. Mereka hanya bisa marah dan berteriak. Aku benci mereka!” Tanya Arianne cepat dan dengan tajam menatap Cass. “Dia calon sekretarisku, koritsaki mou. Sekarang jawab pertanyaanku, gadis nakal. Siapa yang mengantarmu kesini?” “Uncle Al tadi datang ke rumah dan dia langsung membawaku kesini setelah dia memecat Julia. Aku menceritakan apa yang Julia lakukan pada uncle Al dan uncle langsung marah pada Julia. Uncle Al hebat.” Jawab gadis itu pelan dan jelas terdengar senang, berbeda dengan nada yang digunakannya untuk menuduh Cass beberapa saat yang lalu. “Dimana uncle Al sekarang, Ari?” Tanya Nic lagi karena dia tidak melihat keberadaan adiknya itu dimanapun. “Uncle bilang kalau dia ada urusan dengan aunty Kal, dad.” Jawab gadis mungil itu cepat. Cass menatap gadis kecil dihadapannya itu dan kemudian tersenyum, “Sulitkah?” Tanya Cass lembut sambil menghampiri Arianne. “Apa?” Tanya Arianne kasar sekaligus bingung mendapat pertanyaan tiba-tiba dari wanita yang tidak dikenalnya. Nic sudah ingin menegur putrinya saat melihat Cass masih tersenyum dan berniat melanjutkan obrolannya bersama Arianne. Diam-diam Nic meraih ponselnya dan mulai menghubungi seseorang. “Sulitkah duduk di kursi roda? Dulu aku juga pernah naik ini. Waktu itu aku terjatuh dari pohon dan kedua kakiku serta tangan kananku terpaksa di gips. Kedua orangtuaku membelikanku kursi roda yang sudah menggunakan kendali. Aku menyukainya. Dan adikku sering menangis hanya untuk meminjam kursi rodaku. Naik kursi roda tidak selamanya buruk bukan?” Tanya Cass ringan. Arianne terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum, sama seperti ayahnya, gadis itu juga baru tersenyum saat ini sejak kecelakaan. “Aku juga sama. Aku menyukainya. Lalu berapa lama kau menggunakan kursi roda? Dokter menyuruhku untuk mulai menggunakan tongkat tapi aku tidak suka.” Tanya Arianne antusias. “Empat bulan. Dan setelah itu aku harus menggunakan kruk, tapi tetap saja, aku lebih sering menggunakan kursi roda daripada kruk. Orangtuaku sangat marah kalau melihat hal itu. Mereka mengatakan kalau aku akan lambat sembuh kalau dimanjakan seperti itu.” Jawab Cass tanpa melepas senyum dari wajahnya. “Apa Dad sudah menerimamu? Aku menyukaimu dan aku akan senang sekali mendapat teman mengobrol. Kau baik.” Cass tersenyum, sampai saat ini dia bahkan tidak tahu kenapa mengikuti instingnya untuk menyapa gadis kecil itu. Cass hanya merasa perlu menyapa gadis cilik itu. ”Belum, kami bahkan belum memulai wawancaranya. Tapi sepertinya ayahmu tidak terlalu menyukaiku.” “Kenapa? Aku menyukaimu. Kau baik dan cantik.” Dan mungkin dia akan memecatku sebelum menerimaku bekerja karena sikapku tadi padanya. Pikir Cass cepat namun hanya menjawab Arianne dengan senyuman. “Oke, baiklah gadis nakal, sekarang kamu akan pulang bersama uncle Al. Aku sudah meneleponnya, dan dia menunggumu di ruangan aunty Kal. Ayo Daddy antar.” Ujar Nic sambil mendorong kursi roda anaknya keluar dari ruang kerjanya. “Tunggu disini, Ms. Carrington.” Tambah Nic cepat. Cass menatap kepergian ayah dan anak itu dalam diam sebelum pintu ruangan menutup di belakang Nic. “Ayah dan anak yang benar-benar mempesona.” Gumam Cass pelan dan memutuskan untuk menikmati pemandangan kota dari kantor Nic yang hampir 50% dinding nya terbuat dari kaca.   Cass masih mengagumi pemandangan dari ruangan Nic di lantai 53 itu saat telinganya menangkan derap langkah mendekatinya. “Anda diterima, Ms. Carrington.” Ucap Nic begitu saja yang kemudian kembali dingin saat pria itu memasuki ruangannya kembali. Cass langsung menghempaskan tubuhnya ke kursi yang tadi sempat di tunjuk oleh Nic saat dia pertama masuk ke ruangan sang bos besar. Ada rasa senang dan sepercik keterkejutan mendengar keputusan Nic barusan. “Anda tidak mungkin serius bukan? Ada banyak orang yang melamar pekerjaan ini di bawah sana, dan mereka sudah melalui berbagai wawancara yang perusahaan anda wajibkan. Tiba-tiba saja anda mengatakan kalau anda menerima saya begitu saja tanpa menanyakan apapun pada saya. Saya sama sekali tidak mengerti dengan ini semua.” “Anda tidak senang diterima bekerja?” Tanya Nic bingung dengan reaksi yang Cass berikan. Selama ini tidak ada yang memberiksan reaksi seperti itu dihadapannya. “Tentu saja saya senang, saya tidak akan berbohong untuk itu. Hanya saja ini masih terlalu misterius bagi saya. Saya bahkan nyaris tidak melakukan apa-apa kecuali datang ke ruangan anda dan bertengkar dengan anda.” Jawab Cass jujur dan dia memang cukup senang karena dengan usianya yang hampir menginjak 30 tahun, dia masih diterima bekerja di perusahaan sebesar ini. “Tidak masalah. Anda sudah membuktikan kalau anda pantas diterima. Pertama, tidak satupun dari para wanita yang melamar pekerjaan ini dibawah sana yang berpakaian layaknya seorang karyawan. Mereka berpakaian layaknya seorang wanita penghibur karena mereka tahu akan bekerja pada saya. Jangan tanya kenapa saya tahu. Kedua, anda bisa memahami putri saya. Itu hal kedua yang saya wajibkan karena Arianne akan sering berkunjung kesini dan dia sangat tidak suka diperlakukan sebagai anak yang butuh pertolongan dan saya jelas tidak ingin anak saya dikasihani orang lain. Ketiga, anda masih lajang. Itu berarti anda bisa bekerja dengan baik, lebih konsentrasi, dan tidak membutuhkan cuti tambahan. Bagi saya, ketiga hal ini cukup membuat saya menerima anda sebagai sekretaris tanpa harus bertanya macam-macam pada anda karena CV anda sudah menjelaskan prestasi yang anda miliki.” Jelas Nic datar. “Ruangan anda tepat di depan ruangan saya. Semua telepon dan surat yang masuk harus anda seleksi sebelum meneruskannya pada saya. Hanya telepon dari Al dan Arianne yang boleh anda sambungkan langsung pada saya.” Cass menatap Nic tidak percaya. Laki-laki itu bahkan tidak mengajukan pertanyaan satupun dan tiba-tiba saja mengatakan kalau dia menerima Cass sebagai sekretarisnya dengan alasan yang tidak masuk akal. Cass bahkan tidak percaya kalau Nic tidak bertanya apa-apa tentang gelas magister hukumnya dan kenapa Cass memilih menjadi sekretaris dibandingkan bekerja pada bidang akademiknya. Tambah satu lagi orang aneh dalam duniaku. Pikir Cass pasrah. “Kapan saya akan mulai bekerja?” Tanya Cass akhirnya berusaha menerima apapun keputusan Nic selama itu tidak merugikannya. Dan didalam hatinya Cass sedang sibuk memikirkan kapan dia akan memberitahu James tentang pekerjaan barunya ini. “Besok.” Sahut Nic cepat. “Ada lagi yang ingin anda tanyakan?” “Bagaimana dengan nasib pelamar yang lain di bawah sana?” “Mereka akan disaring dan ditempatkan di bagian lain oleh Monica jika memang berkompeten.” Jawab Nic ringan seolah apa tujuan para pelamar itu bukan sebuah masalah baginya. Cass bangkit dari duduknya dan menatap Nic datar, “Kalau begitu saya permisi dulu, Mr. Leandro.” Gumam Cass pelan lalu berbalik dan melangkah keluar dari ruangan Nic. Kaki yang indah. Pikir Nic seketika saat melihat bagaimana cara Cass melangkah keluar dari ruangannya. “Sepertinya akan menarik memiliki sekretaris yang memberontak dengan tubuh yang bisa memerangkap pria suci sekalipun dibanding wanita-wanita dengan tubuh setipis papan dan berharap aku jatuh dalam pelukan mereka begitu saja.” Gumam Nic tertarik lalu kembali memusatkan perhatiannya pada berkas-berkas di atas mejanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
16.3K
bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.1M
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.6K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

The Unwanted Bride

read
111.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook