Episode 2

1210 Words
Halim Perdana Kusuma, Jakarta   Bandara Halim Perdana Kusuma pagi ini nampak lebih ramai dari biasanya karena ada acara pelepasan  rombongan tim relawan medis di lepas hari ini bergabung dengan relawan dari DKI Jakarta.   Dari KMC Group sendiri mengirim hampir 20 orang tenaga medis, terdiri dari dokter, bidan serta perawat. Ini adalah tim relawan batch ke 2 yang di kirim oleh KMC Group, sebelumnya 10 orang pertama sudah dikirim dan sudah bersiap kembali ke Jakarta.   Sambil menunggu upacara pelepasan di mulai, sejak tadi Bunda Ellea tak henti memberi Aluna wejangan agar hati-hati di sana, karena masih rawan gempa susulan dan lain sebagainya.   "Pokoknya, apapun itu, kabari Bunda atau setidaknya kabari rumah sakit. Pasti mereka akan update ada apa di sana, ya?" pintanya lagi.   "Iya Bundaku sayang. Aluna pasti kabari kalau ada sinyal handphone di sana, semoga ya baik-baik aja. Aluna juga sama tim kok,"   "Heem, jangan pecicilan, jaga bicara."   Aluna jadi gemas sendiri. "Iya Bundaaaaa... Udah ya, Aluna mau ke lapangan dulu tuh udah dipanggil suruh kumpul." Aluna langsung meraih tangan Bunda dan mencium pipi beliau sebelum menuju lapangan.   "Assalamualaikum," ucap Aluna dan berlalu.   Mata Bunda Ellea berair seketika. "Wa'alaikumsalam. Take care your self, princess..." gumamnya sambil melambaikan tangannya pada Aluna yang semakin menjauh.   Ini bukan kali pertama Aluna pergi jauh, sebelumnya selepas SMA, Aluna memilih jalur kuliah di luar negeri mengikuti 2 Abang sepupunya. Aluna memilih kuliah di Amerika sedangkan Bhima di Belanda dan Bian di Jerman.   Selama hampir 7 tahun Aluna menetap di Amerika akhirnya ia kembali lalu mengikuti ujian kesetaraan untuk praktik di Indonesia sampai bekerja di klinik hingga saat ini.   Bunda Ellea melepas kepergian Aluna sampai pesawat benar-benar lepas landas. Rumahnya akan sepi lagi sampai satu bulan ke depan, ada Aluna saja kadang masih terasa sepi karena sering dia keluar jalan-jalan dengan Kanika atau temannya yang lain.   "Dok, ayo kita kembali ke klinik. Udah pada bubaran." ujar Suster Tina yang menemani Bunda Ellea hari ini ke Bandara.   "Oh, udah sepi ya?" Bunda Ellea menatap sekeliling yang mulai sepi, sudah, sebulan takkan terasa lama. . . . . .   Begitu kaki Aluna menapak di tanah Lombok, entah mengapa hatinya langsung remuk redam begitu melihat betapa porak porandanya kota indah ini. Sejauh mata memandang bahkan hanya sisa puing-puing bangunan yang terkena dampak gempa.   Beberapa kali liburan, Aluna selalu menyempatkan diri datang ke Lombok. Hanya sekedar untuk melepas penatnya, namun hari ini ia datang bukan untuk hal itu, ada misi yang harus dijalaninya.   Saat sampai di salah satu desa, Aluna langsung di sambut anak-anak penggungsi di sana.  Ah, ingin sekali rasanya ia menangis namun tak bisa, ia tak mungkin menunjukkan hal itu sementara anak-anak ini sudah mulai pulih semangatnya.   "Dok, sini dulu!" teriak dr. Nanda memanggil Aluna yang nampaknya sulit berjalan karena dikerubungi anak-anak.   Aluna ini kelewatan cantik. Jadi ya anak kecil juga nempel. Eh.   "Adek-adek, sebentar yaa, Kakak ke sana dulu nanti kita main, Kakak bawa cokelat banyak. Oke?" bujuk Aluna agar ia bisa segera ke tenda dan meletakkan barang bawaannya.   "Cokelat??? Waaaa oke, Kak!" seru mereka kompak dan  nampak antusias lalu memberi Aluna jalan.   Aluna sudah menyiapkan dua kardus amunisi untuk dibagikan pada anak-anak di sana. Ia bahkan hanya membawa sedikit makanan untuk dirinya sendiri, itu pun pasti ia bagi dengan teman sejawatnya yang lain.   "Bener-bener ini dr. Aluna ya, favorite anak-anak! Lihat aja, belum juga mulai udah di kerubutin." gelak dr. Nanda saat Aluna sudah duduk.   "Aluna memang auranya itu keibuan. Jadi begitulah adanya," sambar Mama Nadia yang baru tiba di tenda, ia melihat semua kelakuan anak-anak tadi yang mengerubungi Aluna seperti semut yang mendekati tumpahan gula.   Aluna hanya bisa terkekeh saja mendengarnya, semua lalu sibuk membongkar barang bawaan dari rumah sakit. Menyusun semua obat-obatan dan stok makanan para relawan KMC .   Usai semua beres, Aluna baru teringat tadi akan membagikan cokelat untuk anak-anak di sini. Segera saja ia bongkar kardus berisi makanan ringan yang ia bawa dari rumah, ia segera menghampiri anak-anak yang sedang bermain, di antaranya bermain bola, sisanya menonton saja.   "Ayooo adek-adek, siapa yang mau cokelat??" suara Aluna langsung membuat anak-anak itu menghentikan permainannya dan langsung mengerubungi Aluna lagi.   "Aku..."   "Saya Kak..."   "Aku juga mau Kak!!"   Mama Nadia yang melihat Aluna kuwalahan karena mereka semua banyak sekali, beliau inisiatif ikut turun juga. "Hayooo... Anak-anakku, sudah cuci tangan?"   Cengiran khas anak-anak langsung nampak di wajah mereka semua saat Mama Nadia menanyakan apa sudah cuci tangan atau belum.   "Heheheh belum Bu Dokter..."   Mama Nadia tersenyum. "Yuk, cuci tangan dulu nanti dikasih cokelat sama Kakak Luna. Ayo sini ikut sama Ibu kita cuci tangan bareng-bareng yaa.."   Gerombolan anak-anak itu mengikuti Mama Nadia dan Aluna ke tempat biasa mereka cuci tangan, untung saja sudah ada air bersih dan sabun untuk cuci tangan.   "Coba perhatikan sini nak," Mama Nadia sudah menggulung lengan kemejanya sampai siku  dan mulai mempraktikkan cari mencuci tangan 6 langkah.   Aluna sudah berkeliling tadi memberi anak-anak sabun cair di talapak tangan mereka.      Sambil bernyanyi juga Aluna ikut mempraktikan cuci tangan ini. Ia sudah tak canggung lagi walau karena sebelumnya selama di klinik ia rajin ikut Bunda Ellea dan Mama Mailanny penyuluhan di sekitar klinik atau sekolah dasar.   "Jadi besok-besok sebelum makan harus apaa??"   "Cuci tangan, Bu Dokter...!" koor kompak suara anak-anak memenuhi telinga Aluna yang sedang mengulum senyum.   "Pintar.., biar tidak sakit perut ya. Nah sekarang, Kakak Luna boleh bagikan satu-satu cokelatnya lalu Ibu juga nanti bagikan sikat gigi dan pasta gigi baru untuk kalian, tapi semua harus antre dan beraturan, tidak boleh rebutan. Siap?"   "Siaaappp...."   Anak-anak lucu nan menggemaskan ini pun langsung membentuk barisan memanjang sambil menunggu giliran mendapat cokelat.   "Jangan lupa, habis makan cokelat nanti sikat gigi yaa..." pesan Aluna. . . . . .   Selesai sudah euforianya dengan anak-anak, hari sudah malam. Hanya hening saja yang di rasakan Aluna saat di luar tenda, langit malam ini nampak indah dengan bintang dan bulan di atas sana.   Barusan ia menelepon Bunda dan Ayah di Jakarta, mengabarkan mereka bahwa dirinya sudah sampai dan baik-baik saja bahkan ia hampir lupa mengabarkan kalau Mama Nadia tidak mengingatkan.   Berada jauh dari Bunda dan Ayah sesungguhnya berat untuk Aluna, tapi mau bagaimana lagi? Toh ini juga bukan kali pertamanya, harusnya sudah terbiasa namun sepertinya Aluna malah jadi merindu begini.   Ah ya, dan soal jodoh lagi. Bunda membahasnya lagi tadi saat di telepon, Bunda bilang ada anak teman Bunda yang ingin berkenalan dengan Aluna namun kali ini Aluna menolak keras. Ia ingin fokus dengan pekerjaannya di sini, tanpa terganggu intervensi apapun dari para lelaki yang akan berkenalan dan dikenalkan pada Aluna.   "Maafin Aluna, Bunda, kali ini Aluna harus nolak." gumam Aluna lalu mematikan ponselnya dan masuk ke dalam tenda.   Aluna mengambil tempat di sebelah Mama Nadia, satu tenda ini isinya perempuan semua yang laki-laki ada di tenda lainnya. Aluna mencoba terpejam setelah merapal segala doa penghantar tidur dan memeluk bantal Winnie The Pooh kesayangannya.   Namun, saat baru separuh dirinya akan tenggelam dalam alam mimpi tiba-tiba ia di kagetkan dengan suara orang teriak minta tolong. Aluna langsung terbangun karena kaget dan reflek membangunkan Mama Nadia di sebelahnya.   "Mama, bangun Ma, ada yang minta tolong!" bisik Aluna, Mama Nadia juga langsung terbangun.   "Siapa, Lun?" Mama Nadia segera membetulkan kerudungnya yang mulai berantakan.   "Dok!! Tolong dok!!" Suara itu terdengar lagi, Aluna dan Mama Nadia keluar dari tenda dengan tergesa.   "Iya ada apa, Pak?"   "Tolong Istri saya, Bu Dokter!!"   .........   To be continued... ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD