SAKIT TIDAK BERDARAH

1528 Words
"Kamu pasti jalannya gak liat ya? Makannya jadi kek gini!" ucap Erisa Mama Elsa yang sedang mengompres luka lebam di kaki Elsa. Elsa memajukan bibirnya sebal. Sebab, Mamanya itu sudah mengomel panjang kali lebar, menyalahkan kecerobohannya. "Lain kali, kalau mau melangkah itu liat-liat dulu Elsa!" omel Erisa lagi. Tiba-tiba pintu kamar Elsa terbuka, menampilkan Alisa yang membawa makan siang untuk Elsa. "Yasha udah pulang Al?" tanya Elsa. Alisa duduk di sebelah Elsa. "Baru aja pulang." "Makan dulu, nanti Mama telpon Pakdhe Joko buat urut kaki kamu," ucap Erisa lalu meninggalkan kamar Elsa. "Mampus, pasti sakit banget deh!" gumam Elsa. Elsa ingat, ketika dia kelas 3 SD kakinya di urut oleh Pakdhe Joko. Dan hasilnya Elsa menangis menjerit-jerit. Alisa tertawa, melihat ekspresi wajah Elsa. "By the way, kaki lo kok bisa kek gini sih El?" Elsa terdiam, tidak mungkin Elsa bercerita yang sesungguhnya kepada Alisa. Ya kali, Elsa bercerita bahwa ini karena mengintip Yasha bernyanyi. "Eum lo kan tau Al, gimana cerobohnya gue," ucap Elsa dengan gugup. Alisa mengerutkan keningnya. "Tapi kok gak yakin ya. Lo kek lagi nutupin sesuatu gitu," ucap Alisa. Elsa menepuk keningnya, begitu ia baru sadar bahwa Alisa adalah kembarannya. Jelas Alisa akan merasakan apa yang Elsa rasakan. Lebih tepatnya, ikatan batin Elsa dan Alisa sangat kuat. "Al! Gue mau makan. Lo pergi ya dari kamar gue," ujar Elsa mengusir Alisa dengan halus. "Dih, makan tinggal makan. Kenapa sih? Kok jadi salah tingkah gini," ucap Alisa bertanya-tanya. "Duh, Alisa lo-" "Alisa... " teriakan suara Erisa dari luar ruangan membuat Alisa mendesah kesal. "Oke fine! Gue pergi," ucap Alisa. Elsa bernafas lega. Ketika melihat Alisa keluar dari kamarnya. Namun, ia kembali terkejut, ketika Alisa membuka pintu dan mendongak kearahnya. "Tapi nanti lo harus cerita sama gue," ucap Alisa. "Iy... Iya, iya!" ucap Elsa. Alisa pun pergi dari kamar Elsa. "Jangan sampai Alisa tau. Mampus bisa di ketawain gue kalau sampai Alisa tau, " ucap Elsa menepuk keningnya. Elsa mengambil ponsel di dalam tas. Kedua bibirnya berkedut, membuat sebuah lekungan. Elsa tersenyum sembari memeluk ponselnya. Kepalanya tersandar pada kepala ranjang. "Fiks! Gue beneran jatuh cinta sama Yasha! Ya Tuhan... Gimana ini!" gumam Elsa. Gadis itu menutup wajahnya dengan bantal, lalu berteriak. Elsa telah sadar apa yang ia rasakan adalah bentuk dari jatuh cinta. "Huft!  Untung aja Yasha udah putus sama Mala. Jadi gue masih ada kesempatan," ucap Elsa tersenyum. "Duh Yasha lo buat gue gila!" ucap Elsa gemas dengan semua ini. **** Sementara itu, Yasha dengan duduk di tepi ranjangnya. Kepalanya bersandar pada kepala ranjang. Ia mengamati sebuah lirik lagu yang di berikan oleh Bu Novi tadi. Kedua bibirnya bergumam, menyanyikan lagu tersebut. Tiba-tiba pintu kamar Yasha terbuka. Menampilkan sosok Rista. Rista tersenyum lalu masuk kedalam kamar Yasha. Rista mengerutkan keningnya. "Kata Mama, lo baru pulang? Bener?" tanya Rista. "Iya. Gue baru aja pulang," jawab Yasha tersenyum. "Oh Bu Novi minta jadwal panjang ya? Gara-gara mau lomba?" tanya Rista merampas kertas lirik milik Yasha. "Enggak sih. Aslinya gue udah pulang sejak tadi. Tapi ya gimana, gara-gara cewek sinting itu. Gue jadi pulang terlambat deh," ucap Yasha raut wajahnya berubah menjadi masam. "Cewek sinting?" Rista menyatukan kedua alisnya. "Elsa," jawab Yasha. Rista tertawa, mendengar ucapan Yasha. "Kok cewek sinting sih. Dia tuh gak sinting Yas, cuma dia tuh cewek unik tahu." "Dih, apanya yang unik?" ucap Yasha tidak terima. "Hust! Jangan gitu lah, kalau Elsa adalah jodoh lo gimana? Hayo loh... " goda Rista sembari tertawa. "Mit amit ya Allah, gue punya jodoh kek gitu," ucap Yasha bergidik ngeri. "Dah deh, jadi ngomongin orang kan. Eh by the way, gue kesini karena hari ini gue seneng banget!" ucap Rista antusias. "Kenapa?" tanya Yasha. "Tadi gue pulang bareng Tristan! Akhirnya setelah sekian lama gue bisa dekat sama dia," ucap Rista masih begitu ekspresif. "Ternyata, Tristan itu anaknya humble, terus ya masa tadi dia kasih jaketnya buat nutupin rok gue. Duh belum apa-apa aja udah meleleh hati gue," sambung Rista. Yasha hanya diam, menyimak obrolan Rista. "Lo beneran suka sama Tristan?" tanya Yasha menatap kearah Rista. Dalam hati Yasha menjerit, karena ia tidak sanggup menerima kenyataan. "Iya Yas!  Gue suka sama Tristan!" ucap Rista antusias. BUM! Hancur sudah hati Yasha. **** Dengan langkah ringan, Elsa berjalan meskipun kakinya masih terkilir. Gadis dengan rambut yang di cepol asal itu menyusuri koridor sekolahnya. Senyumnya mengembang, tatkala mengingat ke jadian kemarin. Bahkan dengan mengingat Yasha pun jantungnya semakin berdetak kencang. Dari arah belakang seorang gadis beransel biru muda itu menatap Elsa heran. Ia berpikir, sepertinya temannya yang satu ini sudah tidak waras. Dengan ide cemerlang dari otak cantiknya, ia mengagetkan Elsa dari belakang. "Woy!" Gina menepuk bahu Elsa keras membuat Elsa reflek menampar lengan Gina. "Gindut, lo tuh ngagetin aja deh. Kalau gue jatuh gimana coba!" ujar Elsa kesal, sementara Gina perempuan itu mengusap lengan tangannya yang di tampar oleh Elsa. "Elsa, lo tuh jahat banget sih. Sakit tau nggak. Perih njir," ucap Gina melihat lengannya yang sudah memerah. "Salah siapa? Siapa yang udah ngagetin gue!" ujar Elsa mebuat Gina memutarkan bola mata ya kesal. Gina berjalan lebih dulu, Elsa yang menatap Gina seperti itu pun memanggil Gina. "Gina tungguin gue! Gak berakhlak banget sih lo!" teriak Elsa di penjuru koridor. Namun Gina tak menghiraukan teriakan Elsa, membuat Elsa berlari kecil. Dari arah kanan, Elsa tidak menyadari ada seseorang lelaki yang berjalan berlawanan dengannya. Dan lelaki itu pun tampak santai berjalan dengan ponsel di genggaman tangannya. Brukkk... Keduanya jatuh bersama di lantai.  Lelaki itu memutar bola matanya kesal menatap kearah Elsa. "Lo tuh emang hobinya nabrak gue ya. Atau jangan-jangan sengaja nabrak gue?" ucap Yasha lalu berdiri menepuk bagian belakang celana abu-abu ya. Elsa mengerucutkan bibirnya kesal. "Untuk kali ini, lo yang nabrak gue. Bukan gue yang nabrak lo, Yasha!" ujar Elsa tak terima di salahkan. Yasha tidak menghiraukan perkataan Elsa, lelaki itu melangkah meninggalkan Elsa yang masih duduk di lantai. Baru 2 langkah, "Yasha, bantuan gue. Lo tega banget sih!" ujar Elsa dengan raut wajah kesal. Yasha berhenti, ia memutar bola matanya kesal lalu berjalan menuju Elsa. Elsa yang melihat Yasha berjalan kearahnya pun menyodorkan tangannya. Dengan berat hati Yasha membantu Elsa berdiri. Elsa meringis, kakinya kembali sakit. Padahal baru semalam kakinya di urut oleh Pakdhe Joko tukang urut di kompleksnya. Elsa sudah berdiri, Yasha akan pergi namun. "Yasha...," panggil Elsa lagi. Yasha menghembuskan nafasnya kesal. Kesabarannya habis menghadapi Elsa. "Apa lagi!" ucap Yasha mengacak-acak rambutnya kesal. "Bantuin gue ke kelas, gue susah jalan," ujar Elsa kepasa Yasha yang mengelus dadanya berusaha sabar kepada Elsa. "Selain hobi nabrak gue. Lo juga hobi ya ngerepotin gue," ucapan Yasha begitu pedas di telinga Elsa. Namun akhirnya Yasha memegang tangan Elsa, menuntun  gadis itu menuju kelasnya. Elsa diam, ia masih menikmati momen langka ini. "Yasha jantung gue deg-degan," batin Elsa berteriak. Elsa berharap, waktu berhenti berputar. Ia ingin menikmati semuanya. Tanpa di sadari Yasha, Elsa tersenyum menatap wajah Yasha di sebalahnya. Hingga mereka sampai di depan kelas Elsa. Yasha melepaskan tangan Elsa dari genggaman tangannya. Membuat Elsa sadar lalu menatap sekelilingnya. Elsa kaget, karena ia sudah  berada di depan Kelasnya. Yasha pergi tanpa pamit, Elsa menatap punggung Yasha yang semakin menjauh. Gadis itu baru sadar bahwa ia belum mengucapkan terimakasih kepada Yasha. *** Di ruang musik, Yasha sedang duduk bersandar pada sofa. Dengan kertas di pada pahanya dan pena di tangan. Suara knop pintu terdengar, terlihat seorang gadis berbandana hitam itu berdiri di ambang pintu dengan senyum mengembang. "Eh Yasha gue kira nggak ada orang, di sini," ujar perempuan itu berjalan menghampiri Yasha. Perempuan itu nampak cantik, dengan kulit putih, bulu mata lentik, warna mata hitam legam serta hidung minimalis namun runcing. Bisa di pastikan, gadis itu adalah Rista. "Lo nggak masuk kelas Ris?" tanya Yasha kepada gadis itu. "Kelas gue jam kosong. Jadi gue kesini deh. Tadinya mau main gitar. Dari pada gabut di kelas," ujar Rista. "Eh iya gimana lomba solo song lo?" tanya Rista antusias. "Iya gitu deh masih minggu depan. Lo jangan lupa nonton yah," ujar Yasha dengan senyum menawan di wajahnya. "Pasti, Lo coba dong nyanyi dikit gitu," ujar Rista, Yasha mengambil gitar di sampingnya lalu mulai memainkan gitar tersebut. Tuhan ku cinta dia, Ku ingin bersama nya, Ku ingin habis kan nafas ini Berdua dengan nya. Jangan rubah takdir ku, Satukan lah hati ku dengan hati nya.. Bersama sampai akhir..... Yasha mengahir permainan gitarnya. Membuat Rista bertepuk tangan. "Suara lo tetap aja bagus, mau nyanyi apa aja," ucap Rista. Yasha tersenyum mengacak-acak rambut  Rista. Tanpa mereka sadari, Elsa mengintip dari jendela ruang musik. Hatinya sakit, melihat Yasha yang begitu perhatian dengan Rista. Apalagi ketika melihat Yasha bernyanyi untuk Rista, penghayatan dan pancaran mata dari Yasha cukup membuktikan bahwa ada rasa lebih dari teman di dalam mata Yasha. Elsa memutuskan untuk pergi, hatinya tidak kuat jika harus melihat Yasha dan Rista lagi. "Btw, lagunya buat siapa nih? Cie udah ada tambatan hati keknya," goda Rista membuat Yasha menunjukan ekspresi Bingung. "Siapa yg lo maksud?" tanya Yasha. "Jangan bilang Elsa?" sambung Yasha tidak suka. Tapi malah Rista mengangguk. "Gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Dan masalah lagu..." Yasha terdiam sebentar." Lagu itu buat lo Ris.." batin Yasha.  "Lagu itu karena gue suka aja sama lagunya," sambung Yasha Rista hanya mengangguk paham. Bagi Yasha, Rista adalah cinta pertama ya. Sedari SMP Yasha sudah menaruh hati kepada Rista. Rista tidak pernah sadar akan hal itu, Yasha hanya mampu memendam semuanya sendiri. Yah hanya memendam karena ia tahu Rista tidak memiliki rasa untuknya. ●●●
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD