PESONA YASHA

1539 Words
Elsa menghembuskan nafas kasarnya. Gadis yang lebih mirip preman pasar dari pada anak sekolah itu memandang kesal kearah pintu toilet. Pasalnya, Kakak kelas Elsa yang katanya "cantik" itu masih menggedor-ngedor pintu toilet. Dengan berani Elsa keluar dari toilet itu. Saat pintu terbuka. Hal pertama yang di lihat Elsa adalah Mala dan kedua orang temannya. Mala memandang sengit kepada Elsa. Adik kelas yang baru 1 bulan menjadi kelas 10 itu. Berani-beraninya Elsa mengusik kehidupannya. "Oh jadi lo, yang sebarkan berita gak bermutu itu?" ujar Mala, dengan melipat tangannya di depan d**a. Elsa diam menatap Mala dari atas kebawah. Gadis itu juga, menatap remeh kearah Mala. "Kalau iya kenapa?" "Lo tahu gak? Kelakuan lo itu kampungan. Kampungan banget malah!" seru Mala tersungut emosi. Elsa memutar bola matanya malas. "Gini ya, Kakak Mala yang cuantik banget , nget-nget. Gue itu cuma pemburu berita, jadi salah lo sendiri yang nggak bisa jaga rahasia lo. Sekarang mending lo hati-hati aja kalau ada gue, takutnya nanti rahasia lo terbongkar lagi. Dan bakalan malu dua kali lagi, upss," ujar Elsa di akhiri dengan kedua tangan yang menutup mulutnya. Mala emosi, dia menjambak rambut panjang Elsa." Heh! Anak bau kencur, lo tuh nggak tahu, ya. Sedang berhadapan sama siapa!" Elsa memutar bola matanya kesal, ia mencoba untuk tidak terlihat kesakitan karena jambakan dari Mala. Elsa punya ide, ia mengambil ponsel yang ada di saku rok abu-abunya. Mala panik,  ketika Elsa mengarahkan kamera pada wajah Mala. "Heh mau ngapain lo!" ujar Mala, namun ia masih menjambak rambut Elsa. "Kak Mala kan tahu gue tadi udah bilang kalau gue adalah seorang pemburu berita. So---" ucapan Elsa berhenti setelah Mala melepaskan Jambakan pada rambutnya. "Awas aja lo sampai bikin artikel aneh-aneh tentang gue, lagi!" ujar Mala lalu pergi di ikuti oleh antek-anteknya. Setelah memastikan Mala pergi, baru lah Elsa mengelus-elus rambutnya yang terasa akan copot. Juga sangat perih itu. "Kurang asem tuh mak lampir, dikira nggak sakit kali ya. Anjirt banget!" omel Elsa geram, seraya keluar dari toilet. *** Bel pulang sudah berbunyi membuat Elsa cepat-cepat mengunakan sepatu miliknya. Ia ingin segera pulang dan bertemu dengan kasur kesayangan,   karena badannya sudah rindu dengan kasur tersebut. "El, penghapus gue tadi udah lo masukin ke tas belum?" tanya Gina membuka tasnya "Udah," ujar Elsa. "Loh kok nggak ada?" tanya Gina lagi. Gadis itu masih mencari cari penghapus milik yang tadi di pinjam oleh Elsa. "Orang gue masukin ke dalam tas gue, kok," ucap Elsa berdiri menepuk roknya agar tidak kotor. Gina memutar bola matanya sebal. "Ya udah deh bawa, awas kalau sampai ilang. Ganti 5 kali lipat pokoknya," ujar Gina, Elsa tak menanggapi ucapan Gina. Gadis itu pun pergi menuju parkiran. Saat melewati ruangan musik, Elsa berhenti. Ia mendengar seorang bernyanyi. Puncak sai indah, Puncak sai indah, Puncak sai indah, Gham bilang yo.... Elsa melihat Yasha dengan guru vokal di sekolahnya. Guru itu nampak menikmati suara emas Yasha. "Gilaa, gue pikir tuh bocah cuma bisa nge-bacot ternyata eh ternyata suaranya bagus juga." Elsa tersenyum ia mengambil ponsel dan mulai merekam suara indah Yasha. Setelah merekam suara Yasha, ia pun turun dari kursi yang ia ambil. Namun, naas kursi itu terjatuh dan membuat Elsa juga ikut terjatuh.  "Shh, arhggg...  Sakit." Elsa mengelus kakinya yang terkilir. Yasha dan Bu Novi, yang sedang latihan mendengar Elsa terjatuh pun langsung berjalan keluar. "Hey kamu kenapa?" tanya Bu Novi, Elsa nyengir. Sementara Yasha memandang bingung kearah Elsa. "Eum,anu.... Jatuh bu," ucap  Elsa kikuk, Bu Novi menggelengkan kepalanya. Namun Guru itu pun berjongkok untuk melihat kondisi Elsa. "Ada yang sakit?" tanya Bu Novi. "Kaki saya sakit banget, Bu. Keknya terkilir deh, " ujar Elsa jujur. Bu Novi mengecek kaki Elsa. Saat ia tekan kaki Elsa. Elsa mengaduh kesakitan. "Benar, kaki kamu terkilir," ucap Bu Novi. "Yasha, kita sudahi latihan untuk hari ini. Kamu bisa bantu dia. Soalnya ibu ada acara. Jadi tolong antar kan dia ya," ucap Bu Novi, Yasha menatap Elsa. Tidak mungkin jika dia akan menolak perintah dari Bu Novi. Mau tidak mau, Yasha harua mengantarkan Elsa pulang. Walaupun sebenarnya ia malas berurusan dengan gadis di depannya ini. Yasha menganggukkan kepalanya paham. Dalam Hati Elsa menjerit senang. "Ya sudah ibu ke kantor dulu. Hati-hati," ucap Bu Novi pergi, Yasha menatap Elsa tidak minat. "Bantuin gue, buat berdiri. Kaki gue sakit banget," ucap Elsa. "Ck, nyusahin banget sih lo," ucap Yasha Lelaki itu pun membantu Elsa berdiri. Tangannya memegang kedua tangan Elsa. Membuat jantung Elsa semakin berdebar. "Arghh, sumpah demi apa pun ini sakit banget," ujar Elsa lebay. Tanpa banyak bicara. Yasha menggendong tubuh Elsa, Elsa terdiam, jantungnya berdetak lebih kencang. Yasha mulai berjalan, Elsa menatap wajah Yasha dari samping. Hidung Yasha sangat mancung, alisnya tebal, dengan wajah bersih tanpa jerawat. Di atas bibir Yasha di tumbuhi kumis tipis, dan samar-samar Elsa melihat ada sebuah t**i lalat di atas bibir Yasha, membuat Elsa tidak bisa mengalihkan pandangannya. "Jangan liatin gue kek gitu. Nanti lo nafsu lagi sama gue. Atau nanti lo malah naksir sama gue," cibir Yasha, melirik Elsa dati ujung matanya. Elsa pun membuang mukanya. Mengalihkan objek matanya. "Jangan kepedean deh! Siapa juga yang naksir sama lo," ucap Elsa kesal. Yasha hanya diam tidak menanggapi ucapan Elsa. Mereka sampai di parkiran sekolah. "Motor lo dimana?" tanya Yasha. Elsa tidak menjawab, gadis itu hanya menunjuk motor Scoopy warna hitam di ujung parkiran. Yasha mendudukkan tubuh Elsa di atas motor  Elsa. Elsa diam, ia ragu apa ia bisa mengendarai motornya. "Jangan bilang lo nggak bisa naik motor lo. Jangan bilang juga gue harus nganterin lo pulang," ucap Yasha, membuat Elsa diam tanpa ekspresi. "Heh jawab lo bisa naik motor kan," desak Yasha. "Kan kaki gue terkilir, gimana gue nahan motornya. Ini aja masih sakit," jawab Elsa. Yasha menghembuskan nafasnya kasar, ia begitu sabar menghadapi Elsa meskipun, ada kejengkelan di dalam dadanya. "Lo tunggu sini, gue ambil tas dulu," ujar Yasha akhir nya. Membuat Elsa tersenyum. "Ini tuh musibah paling indah. Baru kali ini gue demen di kasih musibah gini," gumam Elsa setelah Yasha pergi. Tidak berapa lama Yasha datang. Lelaki itu langsung mengambil alih motor Elsa. "Oh iya, lo pegangan besi belakang motor. Jangan coba-coba modus buat peluk gue," ujar Yasha membuat Elsa mendengus  kesal. "Jangan kepedean deh, siapa juga yang mau meluk lo. Hih, najis," ucap Elsa, padahal tadinya Elsa sudah membayangkan akan memeluk tubuh tegap Yasha dari belakang, seperti adegan-adegan di sinetron yang ada Di TV. Yasha mulai melajukan motor Scoopy milik Elsa dengan ke cepatan Sedang. Semilir angin menerpa wajah Elsa. Di iringi dengan bau parfum yang sangat wangi. "Duh cium parfumnya aja buat gue deg-degan. Mampus, apa gue beneran suka sama Yasha?" "Kira-kira ini rasa kagum apa rasa Cinta ya?"  Elsa masih berdebat dengan hati dan perasaannya.  Elsa juga tidak menuruti permintaan Yasha untuk berpegang pada besi di belakang. Ia hanya duduk tanpa berpegangan apa pun. Tiba-tiba Yasha mengerem mendadak membuat Elsa yang duduk di belakang dengan sedikit jarak pun, menjadi memeluk pinggang Yasha erat. Bahkan kedua pipi Elsa menabrak bahu Yasha.  Mereka saling tatap dari kaca spion motor Elsa. Keduanya gugup, lalu Yasha menormalkan ekspresi wajahnya menjadi santai. Ia pun berdehem. Membuat Elsa melepaskan pelukannya. "Yang modus siapa?" cibir Elsa. "Lo nggak liat tadi ada anak ayam di depan?" ujar Yasha. Elsa hanya acuh, meski ia merasakan jantung yang berdetak lebih kencang. Dan perasaan yang benar-benar bimbang. Satu belokkan lagi, dan akhirnya mereka sampai di depan rumah Elsa. Yasha membunyikan klakson motornya. Lalu pintu gerbang terbuka. Yasha langsung masuk kedalam halaman rumah Elsa. Lelaki itu melepaskan helm yang ada di kepalanya. Lalu menatap Elsa yang masih mengenakan helm juga. "Sekalian dong," ucap Elsa menyodorkan kepala kepada Yasha. "Yang sakit kaki lo bukan tangan lo. Jangan manja deh," ucap Yasha membuat Elsa mengerucutkan bibirnya. "Nolongin setengah-setengah," ucap Elsa melepaskan helmnya sendiri. Yash hanya dia melirik Elsa. Setelah itu, ia berniat menuntun Elsa hingga masuk kedalam rumah. "Loh, Non Elsa kenapa to? Kok bisa begini," ucap pembantu rumah tangga Elsa. "Gak pa-pa kok Bi, cuma terkilir aja," jawab Elsa. "Bu... Non Elsa Bu," teriak Bi Uli heboh. "Ada apa sih Uli? Teriak-teriak masker saya nanti retak," ucap Erisa mendongak dari arah tangga. Erisa terdiam, melihat anak bungsunya berjalan tertaih di bantu oleh seorang lelaki. Dengan segera, Erisa pun turun dari tangga dan menghampiri mereka. "Elsa? Kamu kenapa?" tanya Erisa Mama Elsa. "Cuma terkilir kok Ma. Gak pa-pa," ucap Elsa. "Loh ini siapa? Pacar Elsa?" tanya Erisa menatap Yasha. "Eh bukan Ma," "Bukan Tante," Tanpa sadar, mereka mengucapkan kalimat bersamaan. Erisa tersenyum menatap keduanya. "Halah, kalian ini masih malu-malu," ucap Erisa tersenyum menatap keduanya. Elsa menggelengkan kepalanya. Lalu Erisa meminta Yasha untuk membantu Elsa sampai ke kamarnya. Di atas tangga, Yasha membopong tubuh Elsa lagi. Dan di tangga juga mereka bertemu dengan Alisa. "Loh, Yasha? Kok lo di sini?" ucap Alisa bingung menatap keduanya. "Nanti aja Al jelasinnya. Ini berat banget," ucap Yasha. Mendengar hal itu, membuat Elsa mengerucutkan bibirnya sebal. Alisa mengangguk, ia memberi jalan untuk Yasha. Yasha kembali melangkah, dan Alisa mengikuti mereka sampai ke kamar Elsa. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Alisa setelah Yasha meletakkan tubuh Elsa di atas kasur. "Kaki gue terkilir, terus Bu Novi nyuruh Yasha buat anterin gue," jawab Elsa. Alisa mengangguk paham. "By the way, kok lo ada di sini Al?" tanya Yasha bingung. "Ya iyalah, kan ini rumah gue," jawab Alisa yang juga bingung. "Rumah lo? Bukannya ini rumah Elsa?" ucap Yasha semakin bingung. "Ya rumah Elsa rumah gue juga kali Yas. Kan Elsa kembaran gue," ucap Alisa sembari tersenyum. "What? Kembaran?" ucap Yasha kaget. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD