Bab. 2 - Kangen

1005 Words
Anna berniat membangunkan Nessa dari lamunan. Namun, suara derap langkah seseorang mendadak mengganggu aktifitas keduanya. Mereka menoleh arah lain, mendapati Niko berlari tunggang langgang. Bisa diprediksi, cowok cakep tapi krisis kesetiaan itu pasti baru bermasalah dengan pacar orang lagi. Hobinya menggoda para gadis lebih sering tanpa pandang bulu. Tak peduli mangsanga sudah punya pacar atau belum. Tapi siapa lawannya kali ini? Sampai bisa membuat si tukang gombal belingsatan. Nessa dan Anna memandang horor. Niko hanya menampilkan senyum terselubung. Bila para gadis akan meleleh melihat senyum semanis kurma asli itu, maka tidak bagi Nessa dan Anna. "Jangan bilang lo pada ngelihat gue ya!" pinta Niko setengah tersengal. Napasnya ngos-ngosan tak beraturan. "Males!" "Kagak mau! Bo'ong dosa tahu!" Nessa dan Anna berseru bergantian. Mereka melengos cuek. Sudah berulang kali Niko selalu bersembunyi dengan meminta bantuan dua sahabat baiknya ini. Lama-lama Nessa dan Anna bosan juga harus mengurusi ulah absurd Niko. "Gue traktir makan sepuas kalian deh!" rayu Niko. Nessa dan Anna menggeleng mantap. "Gue traktir nonton plus makan minum!" Tawaran tetap ditolak. "Oke, gue kasih foto dan tanda tangan asli Iqbal Ramadhan sama Joe Taslim." Seketika mata Nessa dan Anna langsung berbinar kesenangan. "Lo nggak bokis kan?!" Niko mengangguk mantap. "Deal!" teriak Nessa dan Anna melakukan tos. Niko bersembunyi di dalam tong sampah kering yang belum terisi penuh. Dia tidak punya pilihan lain, karna hanya itu yang disarankan dua teman baiknya. "Kampret! Ini niat nolongin gue apa ngerjain gue!" gerutu Niko, lalu meringkuk dalam tong. "Nasib amat, cogan level dunia kek gue jadi begini!" celetuknya. Sementara Nessa dan Anna hanya bisa menahan tawa. "Sorry, lo lihat Niko nggak? Ada yang bilang tadi lari ke sini?" tanya seorang cowok tambun bertampang sangar. Rambutnya agak gondrong seleher, ada tato di tangan kirinya. Tampangnya sebetulnya lumayan, tapi kelihatan kurang terawat. Nessa dan Anna terpaksa mengatakan tidak. Demi foto dan tanda tangan aktor idola mereka. Anna menunjuk arah seberang. "Kayaknya ke sana deh." Si cowok tampak berpikir sebentar, kemudian menurut arah yang ditunjuk Anna. Setelah keadaan aman, Nessa menyuruh Niko keluar dari persembunyiannya. "Siapa lagi korban lo, Nik? Tobat napa!" sinis Anna. Niko tak menggubris, terus sibuk membersihkan daun kering yang menempel di jaket merahnya. "Woii?! Kapan lo tobat?!" Anna mulai emosi. "Ntar, nunggu lo mau sama gue," jawab Niko sambil nyengir. ============== Gama berkacak pinggang di tengah tim, yang membentuk barisan melingkar. Ia berada di tengah-tengah dengan ceramah panjang tanpa jeda. Yang lain diam. Mereka lebih memilih berpura-pura memahami maksud ucapan ketuanya, ketimbang harus lebih lama berada disana bersama sang Killer Boy. Nessa memasang headset di balik hody putihnya. Ia jengah hampir sejam lebih mendengar penuturan Gama. Cowok itu kalau sudah bicara dan mengomel tak akan mengerti bahkan ingat waktu lagi. Nessa bahkan sedang menimbang, mengingat kapan terakhir kali Gama diam dan tenang. Nihil. Niko menyenggol lengan Anna, membisikan sesuatu ke telinga gadis berkacamata itu. "Kabur yuk!" ajak Niko. Anna mendelik bingung. "Gimana caranya?" "Gampang. Ala-ala James Bond aja." Anna mencubit perut Niko, membuat cowok itu merintih kesakitan. "Oke, Nessa Almeira, tolong ulangin penjelasan terakhir gue barusan!" bentak Gama. Raut mukany menampilkan mimik tak senang, karena ada anggota yang sepertinya sengaja tidak memperhatikan pidato dadakannya. Anna menyenggol lengan Nessa. Gadis itu bergeming, masih tak sadar juga. Ia terlalu larut dengan musik yang mendengung merdu di telinga. Suara tinggi Judika melengking nyaring penuh penghayatan. Dua mata Nessa terpejam seolah masuk dalam alam mimpi yang indah. Hatinya tengah bergejolak mengkhayalkan sesuatu yang ia yakin tak mungkin terjadi. Mengingat betapa perasaannya hanya bernyanyi dalam kediaman batin. Gama sudah berdiri di dekat Nessa. Satu tangan mengisyaratkan yang lain untuk bubar. Niko menarik Anna segera menjauh. Sebelum mereka pun kena sasaran omelan panjang Gama. "Aduh, Nes ... i'm so sorry," seloroh Anna pelan. Mereka mengemas tas dan makalah kemudian meninggalkan ruangan begitu saja. Gama melepas sebelah headset yang sejak tadi menutupi lubang telinga Nessa. "Apa lagunya bagus?" bisik Gama tiba-tiba menimbulkan rasa merinding bagi Nessa.. Gadis itu terperanjat. Hatinya berdebar tak karuan. Ia baru terbangun dari sebagian mimpi semunya. Gama menjitak dahi Nessa dengan gulungan kertas. Mengakibatkan rintihan sendu Nessa yang mengiba. "Sakit tahu!" Nessa mendengkus kesal. "Lo tuh ya, seneng banget sih cuekin gue. Mau gue kasih hukuman lagi? Bersihin aula sendirian, mau?" "Apaan sih, Gam. Masa gue mulu yang kena hukuman. Lo demen amat bikin capek gue." "Kalo lo nggak mau dapet hukuman, ya perhatiin omongan gue. Bukan malah asik dengerin musik." "Iya-iya, sensi amat sih jadi cowok! Cepet tua baru tahu rasa." Lagi-lagi sebuah gulungan kertas mendarat di kening Nessa. Gadis itu bersungut, kakinya menghentak lantai, satu tangannya mengusap dahi. Ampun dah, kenapa gue bisa naksir sama makhluk super duper ngeselin kayak nih orang! Apa dosa gue dimasa lalu, Yaa Rab? Batin Nessa berseru pilu. Siangnya, di dalam mobil Niko dan Anna melongo. Memandang tanpa ekspresi ke arah Gama yang baru masuk ke mobil. Keduanya melirik sekilas pada Nessa. Lebih tepat disebut lirikan intimidasi. "Lo ngapain ngajak makhluk absurd ini?" Niko linglung. "Tanya aja sendiri noh sama orangnya. Gue juga capek diikutin mulu sama manusia purba satu ini," tukas Nessa melirik ke sisi kanannya. Gama memukulkan gulungan map ke kening Nessa. Hari ini entah sudah berapa kali dia diperlakukan demikian. Dan hanya bisa mendengkus sebal. Melempar karbondioksida ke udara kuat-kuat. Berharap emosinya lekas mereda. "Anterin gue ke toko Linggar Jati." Niko mendesis tak suka. "Lo pikir gue supir pribari lo apa?!" omelnya. "Oke, kalo nggak mau, folder rahasia di flashdisk lo bakal gue sebarin," ancam Gama penuh kemenangan. Skak mat. Seperti raja yang tak bisa berkutik dihadang oleh kuda atau benteng dan pion bersamaan. Niko pun tak berani membalas lagi. Ia hanya menggerutu pelan seraya menyalakan mesin mobil. Sialan nih orang! Pengen gue lempar ke Antartika! maki Niko dalam hati. Nessa dan Anna saling memandang. Tanpa diberitahu, agaknya mereka sudah bisa menebak isi folder rahasia yang dimaksud oleh Gama. "Makanya jangan suka koleksi bokep! Koleksi cewek apalagi koleksi dosa! Kena batunya kan lo!" ejek Anna antusias. "Makanya lo mau sama gue, biar kagak koleksi macem-macem lagi gue," timpal Niko mencolek dagu runcing gadis di sebelahnya. "Najis mugholadoh!" Anna melengos tak peduli. =======Romanceship=======
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD