bab 1
"kamu harus bisa menerima semua ini" ucap seorang pria yang bersimpuh di hadapannya dengan meneteskan air mata.
"kamu pikir muda mas! selama ini aku berpikir kamu serius menjalin hubungan dengan aku tapi ternyata rupanya aku salah" jawab Elina dengan penuh kekecewaan
"aku tahu kamu kecewa tapi kamu harus mengerti, aku tidak mungkin menentang keinginan orang tua aku! apa kamu pikir aku siap kehilangan kamu tidak El, aku begitu sangat mencintai kamu tapi aku tidak bisa menolak apa yang sudah menjadi keputusan kedua orang tuaku"
Elina, seorang gadis cantik berusia dua puluh dua tahun tidak pernah menyangka bahwa tepat di hari ulang tahunnya justru Hardi yang telah dua tahun menjalin kasih dengannya memutuskan hubungan mereka.
hatinya begitu sakit dan hancur saat mendengar itu, ia tidak menyangka bahwa jalinan kasih dirinya harus berakhir karena sang kekasih di jodohkan oleh kedua orang tuanya hingga membuat kekasihnya itu memutuskan hubungan dengannya.
"baiklah jika itu keputusan kamu mas, jujur aku kecewa tapi aku tidak akan memaksa kamu mempertahan kan aku dan terima kasih selama ini karena kamu sudah menemani hari-hariku dan aku berharap kamu hidup bahagia dengan pilihan orang tua kamu"
setelah mengatakan itu El segera beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan Hardi yang masih bersimpuh hatinya begitu hancur namun dia berusaha menerima semuanya
Hardi yang melihat kepergiaan wanita yang di cintai-nya hanya bisa menundukkan wajahnya sambil meneteskan air mata dirinya merasakan dadanya terasa sesak ketika dia harus mengatakan semuanya kepada El, karena jauh di lubuk hatinya ia begitu sangat mencintai gadis itu namun karena orang tuanya sudah menjodohkan dia dengan gadis lain maka dia dengan terpaksa harus melepaskan El.
El yang baru saja tiba di rumah dengan raut wajah penuh kesedihan hingga sapaan ibunya tidak dia pedulikan, hingga membuat ibunya bingung melihat keadaan putrinya memutusakan untuk menyusul El ke kamarnya.
"El, apa yang terjadi?" tanya ibunya sambil berjalan mengikuti El yang terus melangkah menuju kamarnya.
dia sama sekali tidak mempedulikan pertanyaan ibunya karena hatinya begitu hancur, dia segera melangkah masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu kamarnya dengan sangat keras hingga membuat ibunya kaget bukan main.
di dalam kamar El segera melupakan semua kemarahannya dengan melempar semua barang yang ada di dalam kamar hingga membuat keadaan kamar begitu berantakan setelah meluapkan semua kemarahannya dia menjatuhkan dirinya sambil terisak.
"El, buka sayang" ibunya terus mengetuk pintu saat mendengar suara ribut di dalam.
"tinggalkan aku sendiri Bu" pinta El dengan suara yang begitu lirih
"tidak El, sekarang buka pintunya jangan membuat ibu khawatir"
"aku bilang ibu pergi" teriaknya hingga membuat suara bergema di ruangan itu.
Bu Rahma yang mendengarnya langsung terdiam mendengar teriakan anaknya tentunya dia merasa khawatir karena untuk pertama kalinya melihat sikap putrinya yang seperti itu.
malam harinya El yang seharian meratapi kisah cintanya yang harus kandas segera melihat ke arah jam yang berada di dinding dengan badan terasa lemah dia segera beranjak dari duduknya sambil melihat ke sekeliling kamar yang begitu berantakan.
ia sudah tidak peduli lagi dengan keadaan kamarnya dengan penampilan kacau dia melangkah menuju pintu dan segera membuka pintunya saat bersamaan ibunya yang sedari tadi duduk di depan pintu segera beranjak saat melihat pintu kamar El terbuka.
"akhirnya kamu membuka pintu juga nak" ucap Bu Rahma yang lega karena putrinya akhirnya membuka pintu kamarnya.
El hanya terdiam seribu bahasa bahkan penampilannya begitu kacau hingga membuat Bu Rahma yang memerhatikan penampilan putrinya terenyuh karena untuk pertama kalinya melihat anaknya seperti itu.
Hardi yang bagus saja tidak dirumah dengan raut wajah sedih bahkan dia tidak mempedulikan sambutan pelayan kepadanya dari jauh seorang wanita paruh baya yang melihat kedatanganya segera berjalan menghampiri putra kesayangannya itu.
"kamu dari mana saja?" tanya Risma yang sudah berdiri di hadapan Hardi.
"mami harusnya lebih tau aku dari mana" jawab Hardi dengan raut wajah penuh kekecewaan yang di tunjukan kepada maminya.
"jadi kamu habis bertemu dengan gadis itu!" tebak Risma yang tahu bahwa anaknya pasti menemui gadis rendahan itu.
"dia punya nama mi" sahut Hardi yang tidak Suka karena maminya selalu menyebut Elina dengan sebutan seperti itu.
Risma mendengarnya hanya tersenyum kecut tentunya dia tidak peduli siapa nama gadis itu karena baginya sekarang bagaimana caranya membuat Hardi menikah dengan gadis pilihannya
Hardi yang melihat senyum di wajah maminya hanya tersenyum getir karena maminya sama sekali tidak memperdulikan apa yang dia rasakan saat ini andai saja dia bisa menolak ke inginkan maminya mungkin saja dia tidak akan merasakan sakit seperti ini.
"terserah mami tidak peduli dengan nama gadis itu, yang terpenting kamu ingat janji kamu bahwa kamu bersedia menikah dengan Niki dan lupakan gadis rendahan itu"
"cukup mi! jangan sebut El seperti itu karena gadis yang mami bilang rendahan itu adalah gadis yang aku cintai jadi mami jangan pernah menghina dia di hadapan aku karena aku tidak akan membiarkan siapapun menghina dia seperti itu!"
Risma menatap tajam ke arah Hardi tentunya dia masih tidak menyangka bahwa anaknya masih saja membela gadis yang jelas-jelas dia tidak sukai bahwa dengan berbagai cara dia berusaha memisahkannya
"jangan sebut wanita itu di rumah ini lagi" Risma kini menaikan suaranya kepada Hardi
"kenapa mi? apa mami sakit mendengarnya? aku hanya mengatakan apa yang sebenarnya karena sampai kapan pun aku akan tetap mencintai Elina walaupun mami meminta aku menikahi Niki tapi itu tidak akan merubah apa-apa" tegas Hardi yang sudah muak dengan semua yang maminya lakukan demi memisahkan dirinya dan juga Elina
"apa ini cara kamu berbicara kepada mami? semenjak kamu mengenal wanita itu kamu berani kamu menentang mami"
"aku seperti ini bukan karena Elina tapi semua karena sikap mami yang tidak pernah berubah apa mami tidak sadar itu? aku capek mi, dari aku kecil sampai sekarang mami selalu mengatur semua kehidupan aku apa mami sadar aku tertekan mi. aku juga bukan boneka mami yang harus mengikuti semua ke inginkan mami" ucap lirih Hardi yang meluapkan semua apa yang dia rasakan selama ini.
Risma yang mendengar itu tersulut emosi hingga tanpa sadar menggakat tangannya tentu saja Hardi melihat itu hanya diam tanpa bereaksi apapun sedangkan risma yang sadar segera mengurungkan niatnya untuk menampar Hardi karena dia tidak ingin anaknya itu semakin berani membangkang.
"kenapa mi? tampar aku jika itu bisa membuat mami puas bukan kah aku disini hanya bisa menerima apapun yang mami lakukan kepada aku" Hardi kali ini berani menantang maminya karena dia sudah sangat lelah menghadapi maminya.