APA?
Kepala Radha terasa sakit seketika. Ia menatap mata Max lurus-lurus dan pria itu tampaknya benar-benar serius. Radha sangat mengharapkan pria berwajah lempeng itu tiba-tiba berteriak, 'Saya hanya bercanda.' Tapi nyatanya pria itu tetap diam dan malah menatapnya balik tak berkedip.
"Ini bukan tanggal 1 April 'kan, Pak?" Tanya Radha bingung.
Max melirik kearah kalender mejanya. "Bukan. Sekarang bulan September, Nona."
"Ini bukan aprilmop 'kan? Kantor anda sedang tidak diliput acara tv jebakan super 'kan?"
Max membuang nafasnya pelan dan menggeleng. "Saya tidak pernah main-main dengan segala perkataan saya." Pria itu beranjak dari posisinya dan menunjuk kearah cctv, "Kalau anda tidak percaya, saya bisa menunjukkan rekaman cctvnya."
Radha menelan ludahnya susah payah. Dengan ini artinya... sama saja Kris menjualnya bukan? "Ke-kenapa kakak saya menawarkan saya sebagai imbalannya?" tanyanya tak mengerti.
Max mengedikkan bahunya. "Entahlah. Saya juga tidak tahu. Kenapa anda tidak menanyakan hal ini sendiri ke kakak anda?"
Tubuh Radha semakin melemas, kepalanya tidak mampu berpikir lebih jauh. Kenapa Kris tega melakukan ini ke Radha? Kenapa? Memangnya dia ini barang apa?
"Wajah anda benar-benar pucat pasi, Nona. Lebih baik anda pulang dan berbicara dengan kakak anda."
"La-lalu... Anda menyetujui penawaran kakak saya?" Tanya Radha susah payah.
Max mencondongkan tubuhnya dan memperhatikan Radha lekat-lekat. "Kalau saya menyetujuinya, saya rasa anda tidak akan menginjakkan kaki anda di kantor saya karena kakak anda pasti sudah mengatur pertemuan untuk bertemu dengan saya."
Ah, benar juga! Itu artinya pria ini tidak menyetujuinya! "Tapi..." Max mulai bersuara lagi. "Kalau anda memang ingin menyelamatkan perusahaan Ayah anda, saya rasa anda harus memikirkannya."
"Ma-maksud anda?" Tanya Radha tak mengerti.
"Yang kakak anda tawarkan adalah pernikahan dan juga saham sebesar 45% itu artinya saya mengakuisisi perusahaan Ayah anda karena apabila dijumlah dengan saham yang saya miliki, saya menjadi pemegang saham terbesar. Saya rasa kakak anda menawarkan pernikahan supaya ia dapat tetap memiliki kendali akan perusahaan Ayah anda."
Radha terdiam. Meskipun dia tidak terlalu mengerti maksud Max tetapi ia dapat menangkap sedikit. "Ja-jadi maksud anda, kakak saya memberikan perusahaan Ayah saya ke anda untuk membayar hutang lalu memberikan saya supaya keluarga kita bisa menjadi besan, begitu?"
"Ya bisa dibilang begitu kurang lebih. Karena apabila saya mengakuisisi perusahaan Ayah anda, saya bisa memecat siapa saja termasuk Ayah anda dan kakak anda," terangnya santai.
Radha meremas ujung roknya dengan gelisah. Pernikahan. Apa ia harus melakukan hal ini? "Ka-kalau Ayah saya belum bisa membayar dan anda tidak memberikan dispensasi waktu... Anda tetap mengambil perusahaan Ayah saya 'kan?"
Max memutar-mutar bolpoin yang berada diatas meja kerjanya. "Tentu saja. Termasuk harta kekayaan dan seluruh asset keluarga anda. Ayah anda juga bisa berada di penjara karena saya pasti akan menuntutnya ke pengadilan."
Pria ini tidak main-main, setiap perkataannya terdengar serius di telinga Radha. Apa yang harus Radha lakukan?
"Tidak perlu khawatir. Kalau anda tidak mau melakukannya, saya tidak akan memaksa," ujar Max tenang yang sama sekali tidak membuat hati Radha tenang.
"Ke-kenapa anda tidak langsung menyetujui penawaran kakak saya?" Tanya Radha untuk kesekian kalinya.
"Well karena apa yang kita bicarakan ini adalah pernikahan, saya tidak akan memaksa seorang wanita menikah dengan saya kalau wanita itu tidak menginginkannya. Dan juga, perusahaan Ayah anda sudah benar-benar dalam kehancuran, saya tidak berminat untuk memperbaiki perusahaan itu. Perusahaan saya masih membutuhkan perhatian lebih dari saya."
"La-lalu kalau misalnya saya menyetujui dan mau menikah dengan anda, anda akan menerima begitu saja?"
"Tentu saja."
"Ke-kenapa? 'Kan anda tidak menyukai saya ataupun mengenal saya dengan baik."
Radha masih tak mengerti, kenapa pria ini lebih mengikuti keinginan sang perempuan? Bukankah pria ini yang memiliki kuasa untuk menikah dengan dia atau tidak? Kalau Max berkata akan menikahinya, Radha akan rela selama keluarganya baik-baik saja.
"Banyak sekali orang-orang yang menikah atas dasar harta, kekayaan, atau pun popularitas. Lantas, kenapa kita tidak bisa melakukannya? Kita sama-sama untung 'kan?"
Radha menyeringitkan dahinya. "Saya rasa itu tidak menguntungkan anda karena perusahaan Ayah saya yang benar-benar hancur."
Max menyunggingkan senyum dinginnya. "Anda cukup cerdas Nona Brathawidjaya. Tetapi kalau anda dan kakak anda yang bekerja untuk memperbaiki perusahaan Ayah anda lalu perusahaan Ayah anda bisa bangkit, saya juga mendapatkan keuntungannya bukan? Karena saya memegang penuh 45% dari saham perusahaan Ayah anda."
Jadi pria ini hanya menjadikannya dan Kris sapi perah? Radha menggeram dalam hatinya, pria ini sungguh-sungguh iblis! Bagaimana bisa ada orang seperti dia yang lahir di dunia ini? Rasanya ingin sekali Radha menendang b****g pria itu dan mematahkan lehernya.
"Jadi anda hanya memanfaatkan saya dan kakak saya, begitu?" tanyanya tak terima.
"Lantas, kakak anda sendiri tidak memanfaatkan saya, begitu?" balas Max santai. Ia melanjutkan perkataannya, "Selain itu, anda bisa membantu saya mengusir wanita-wanita tak penting yang berusaha mendekati saya bagaikan nyamuk."
Apa? Mendekatinya bagaikan nyamuk? Secuil pun Radha tidak sudi mendekati pria seperti Max! Apa sih bagusnya pria ini selain kaya dan tampan? Tidak ada! Sifatnya minus besar! Di dalam hati Radha terdapat gelojak batin, ia benar-benar bingung. Apa ia harus menyetujui penawaran yang diberikan kakaknya kepada pria ini?
Lagipula pria ini juga tidak jahat-jahat amat, setidaknya ia sempat menanyakan persetujuan Radha terlebih dahulu bukannya langsung mengiyakan dan akhirnya ia menjadi korban perjodohan seperti di film-film. Tetapi Radha belum ikhlas melepaskan masa lajangnya dengan menikahi pria ini, apalagi Ia sama sekali tidak mencintai pria ini.
Okelah kalau memang Radha mencintainya, nyatanya? Kenal saja baru hari ini! Terlebih sifat pria ini yang sangat angkuh dan auranya yang mengintimidasi membuat Radha kesal! Dia tidak pernah takut dengan siapapun—yah walaupun awal mulanya Radha takut sih menatap wajah Max—tetapi mengetahui secuil sifat pria ini membuatnya geram setengah mati.
Astaga! Apa yang harus dia lakukan? Dia benar-benar bingung dan tidak mengerti!
"Tenangkan diri anda, Nona Brathawidjaya." Radha menatap Max yang sudah menatapnya dengan sorot geli. "Di wajah anda tergambar seluruh kebingungan dan kekhawatiran anda itu."
Cepat-cepat Radha menunduk, rasanya malu sekali ketahuan Max kalau ia sedang memikirkan apapun yang dikatakan pria itu!
"Sekarang lebih baik anda pulang dan tanyakan ke kakak anda, saya rasa alasan yang akan dia lontarkan sama persis seperti yang saya jelaskan ke anda tadi. Pikirkan hal ini baik-baik, Nona."
Radha menggigit bibir bawahnya dan mengangguk pelan. "Baiklah," desahnya pasrah. "Saya akan membicarakan hal ini ke kakak saya," lanjutnya.
Radha segera bangkit berdiri dan sedikit menundukkan tubuhnya lalu berjalan keluar dari ruangan Max. Sepeninggal dari sana, aura menegangkan itu tampak mencair dan Radha mulai bisa bernafas dengan normal. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dan menatap ujung heels-nya. Tanpa ia sadari, air matanya sudah menetes dan membasahi ujung heels-nya.
Satu tetes, dua tetes, dan semakin banyak tetesan itu.
Radha mengusap wajahnya dengan kasar, ia tidak ingin orang-orang mengetahui kalau ia menangis. 'Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?'