lima

1102 Words
RADHA mendapati keadaan rumahnya yang sudah terang benderang, mobil milik kakaknya pun terparkir sempurna di garasi rumahnya. Memaksakan untuk tetap ceria, Radha membuka pintu pagar rumahnya lalu membuka pintu yang membawanya menuju ruang tamu. Suara berisik terdengar dari meja makan, dengan perlahan Radha mendekat, ia mendapati Kris tengah bercanda dengan Adam dan Eva. "Radha? Kamu sudah pulang? Kenapa diam disitu saja?" suara Mimi membuat Radha memaki kakaknya dalam hati. Radha memaksakan senyumnya. "Aku baru datang." Mimi menatapnya dengan alis terangkat, "Dari?" "Dexter Company," jawab Radha tenang. Ia berjalan untuk duduk di hadapan Kris lalu meletakkan tasnya diatas pangkuannya. Wajah Kris memucat seketika mendengar perkataan Radha. "Apa maksud kakak menjadikan Radha bayaran dalam hutang papa?" Tanya Radha sebisa mungkin menahan air matanya. Adam, Eva, dan Mimi menatap Kris tak percaya. "Apa maksud adik kamu, Kris?" Tanya Adam yang suaranya mulai meningkat 1 oktaf. "A-aku kemarin bilang kan kalau aku menawari CEO Dexter Company sebuah penawaran...?" Kris menarik nafas kuat-kuat, "Aku menawarkan saham perusahaan kita sebesar 45% dan Radha." "Apa?!" pekik Adam. Ia menggebrak meja, membuat keempat orang lainnya menoleh kearahnya. "Kamu menjadikan adik kamu alat untuk membayar hutang perusahaan kita?! Apa kamu gila Kris? Radha itu manusia! Bukan barang yang bisa menggantikan hutang kita! Itu sama saja kamu menjual adik kamu sendiri!" "Tapi pa, aku tidak sekejam itu! Menurutku apabila Radha dan CEO Dexter Company menikah, kondisi keuangan keluarga kita akan membaik! Dan juga, Dexter Company akan membantu perusahaan kita untuk bangkit dari keterpurukan!" Kris memberi jeda sejenak. "Kalau aku tidak menawarkan hal itu, perusahaan kita akan diambil alih sepenuhnya oleh Dexter Company sehingga aku dan papa bisa dipecat darisana dan juga seluruh harta benda kita akan disita! Kalau aku menawarkan saham dan pernikahan, CEO Dexter Company tidak akan memecat kita karena Radha adalah istrinya dan kita menjadi besan, pa!" "Tapi Radha tidak tahu apa-apa Kris! Dia tidak salah sedikit pun disini! Yang salah itu kamu! Kenapa justru kamu menjadikan Radha sebagai tumbal atas kesalahanmu itu? Papa tidak menyangka kamu sekejam itu sama adikmu sendiri, Kris!" Adam menepuk-nepuk dadanya dengan kuat, Radha menggigit bibir bawahnya berusaha menahan bulir air mata yang hendak meluncur dari pelupuknya. "Pa..." jerit Kris tertahan. "Sungguh. Aku tidak bermaksud menjual Radha, lagipula CEO Dexter Company bilang ia tidak mau melakukannya apabila Radha memang tidak bersedia. Kumohon pa, mengertilah tujuan baikku ini. Radha, apa kamu mau menikah dengan CEO Dexter Company?" Seluruh mata menatap Radha membuat gadis itu merasakan sesak di dadanya. Jujur ia bingung, ia tidak siap memikirkan apapun, Radha benar-benar tak bisa berpikir. "A-aku..." Radha membuka mulutnya dengan susah payah, "...belum bisa memutuskan apapun." Kris menyunggingkan senyum kecilnya dan menyentuh punggung tangan Radha. "Tidak apa. Pikirkan ini baik-baik Radha, kakak tidak akan memaksamu kalau kamu tidak mau." *** Radha terdiam di dalam kamarnya memikirkan perkataan Kris dan Max tadi. Apa yang harus ia lakukan? Kepalanya terasa sakit memikirkan ini semua. Ia ingin sekali mengatakan 'ya' dengan mudah tetapi hati kecilnya masih menjerit. TOK, TOK, TOK. "Radha, ini mama. Boleh mama masuk?" Radha tersadar dari lamunannya dan menyahut. "Masuk saja, ma." Eva memasuki kamar Radha dan tersenyum kecil, ia duduk di samping gadis itu dan membelai rambutnya. "Jangan terlalu dipikirkan perkataan kakakmu itu." Radha menunduk berusaha menghindari tatapan Eva. "Bagi mama dan papa, kehilangan ini semua tidak apa." Radha memandangi kedua telapak tangannya, dengan lembut Eva meraih kedua tangan Radha, membuat gadis itu menatap langsung kedua bola mata Ibunya, "Bagi kami, kebahagiaanmu-lah yang terpenting. Jangan hiraukan kami, Radha. Mama yakin papamu dan Kris bisa menyelesaikan masalah perusahaan dengan baik." "Ma..." panggil Radha lemah. Eva mengangguk dan membiarkan Radha menghambur ke dalam pelukannya. "Sshh... Jangan menangis sayang." Ia mengelus punggung putrinya dengan lembut, "Mama, papa, Kris, dan Mimi mencintaimu. Jangan paksakan diri. Mama yakin Kris mengatakan hal itu karena panik. Jangan bebani dirimu dengan hal seperti ini ya." Eva menarik Radha dari pelukannya dan mengusap bekas air mata putrinya, "Istirahatlah. Jangan pikirkan hal ini lagi. Lebih baik kamu mempersiapkan dirimu dengan belajar untuk membantu papa dan Kris di perusahaan ya? Berhenti menangis dan tersenyumlah, Radha." Radha mengangguk dan memeluk Eva sekali lagi. "Terima kasih, ma." Sepeninggal Eva, hati Radha tetap tidak terasa membaik. Ia semakin bersalah memikirkan betapa baiknya kedua orang tuanya selama ini, betapa mereka lebih menomorsatukan kebahagiannya dan tidak mempedulikan kesusahan mereka sendiri. Baru saja Radha ingin menyalakan lampu tidurnya, Mimi memasuki kamarnya tanpa permisi dan menarik lengan Radha. "Aduhh apa sih Kak?" Tanya Radha bingung. "Denger ya Ra, pokoknya kamu harus mau menikah sama CEO Dexter Company!" ultimatum Mimi. "Maksud kakak apa sih?" Tanya Radha lagi. "Pokoknya kamu harus mau! Kamu nggak usah kebanyakan mikir deh! Ini semua demi kebahagiaan mama dan papa! Kamu rela ngelihat mereka hidup susah payah karena keegoisan kamu? Kamu mau hidup di kolong jembatan karena keegoisan kamu? Kamu mau liat usaha yang papa jalankan dari jaman Opa hancur karena kamu?" Radha menatap Mimi tidak terima. "Kamu jangan pernah jadi egois Radha! Stop cengeng! Stop manja! Kamu harus tahu kapan kamu berguna!" "Kenapa sih mulut kakak itu jahat banget? Memang kakak pikir kakak nggak bersalah apa?" balas Radha tak terima. Mimi mendengus dan meraih kerah baju Radha. "Denger ya, kalau aku nggak menikah sama si miskin Surya. Kalau aku nggak ngandung anak sialan ini. Dan kalau aku di posisi kamu, aku pasti bakal bilang iya tanpa pikir panjang! Why? Karena kamu itu bakal nikahin salah satu konglomerat di Indonesia! Jangan sok naïf deh mikirin cinta dan kebahagiaan! Dan juga ini semua demi keluarga kita! Kamu ngerti?" Mimi menghempaskan Radha ke kasur yang dibalas tatapan tak percaya oleh Radha. "Kenapa kakak bisa bicara sekeji itu? Aku nggak masalah kalau kakak ngehina aku karena aku sudah biasa, tapi bayi kakak dan kak Surya? Aku nggak terima. Sudah bagus kak Surya mau nikahin kakak dan tanggung jawab atas bayi kakak, lalu kakak bisa bilang 'si miskin Surya'?" Mimi memelototi Radha penuh emosi. "Kamu nggak usah menggurui aku ya! Si Surya itu memang miskin! Uang yang dia kasih enggak pernah cukup untuk kebutuhan salon dan pakaianku!" "Sudahlah kamu besok tinggal bilang mau dan beres masalah! Seenggaknya, jadikan dirimu berguna kali ini. Kapan sih kamu itu berguna di keluarga ini? Kamu tuh enggak pernah bisa jadi manusia yang berguna! Apa pernah kamu banggain mama dan papa? Kamu cuma bisa nangis dan cengeng, kamu tuh tidak pernah diharapkan ada di keluarga ini." Setelah mengatakan hal itu, Mimi keluar dari kamar dengan membanting pintu sedikit keras membuat pertahanan Radha runtuh seketika. Kenapa Mimi harus menyalahkannya? Memangnya apa salah Radha sehingga ia harus mengalami ini semua? Memang, sejak kecil ia tidak pernah akrab dengan kakaknya tapi ia tidak menyangka kakaknya bisa sekeji itu melontarkan hal-hal yang membuat hatinya semakin pedih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD