Stasiun Kereta

2163 Words
Walaupun semalaman Bina hanya tidur kurang dari tiga jam dan harus segera pulang dari rumah Budhe Endang setelah subuh, tetapi dirinya kini sama sekali tidak merasakan kantuk yang berarti. Jika Mas Johnny dan Arini saja bisa langsung beraktivitas seperti biasa yaitu bekerja, mengapa ia tidak beraktivitas seperti biasa juga? Apalagi Papa dan Mama yang harus langsung menyiapkan warung bakso setelah beberapa hari libur. Sempat sesaat, perempuan itu meminta maaf kepada ranjang empuk nan nyaman yang telah menjadi sahabatnya sejak lama yang sudah memanggil-manggil namanya. Ia sangat ingin berbaring di atas kasur empuk itu, tetapi ia menolak dengan tangguh, karena hari ini adalah hari yang sangat penting dan bisa jadi juga hari ini hari yang menyedihkan untuk persahabatan Bina dengan sahabatnya di BHAM Squad. Seperti agenda tahunan, hari ini akan terjadi lagi dan Bina harus mempersiapkan segala sesuatu termasuk hatinya untuk hari ini. Pagi ini jam yang tertera di lockscreen ponsel siapapun belum ada pukul delapan. Namun Bina dan juga Haekal Ayu dan Mark sudah nangkring di sebuah kedai kaki lima di pinggi jalan yang menyediakan kopi dan ketan di Jl. Surabaya, di sisi selatan kampusnya Universitas Matahaya. Bina tidak sedang bergalau ria di pagi hari ini dengan segelas kopi hitam dan juga sepiring kecil ketan bertabur kacang yang sudah dihaluskan. Dirinya tidak sendirian di tempat ini, karena BHAM Squad sedang menikmati saat-saat terakhir mereka sebelum berpisah karena liburan. Jangan heran jika di sana terdapat dua buah koper besar yang masing masing milik Ayu dan Mark beserta beberapa kantong belanja yang berisi buah tangan untuk keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. "Cepet habisin ketannya, Bin!" ucap Ayu ketika melihat ketan yang ada di depan Bina belum banyak berkurang. Ayu sedikit gupuh karena Bina lama sekali memakan ketannya dan jam terus saja bergulir menunjukkan bahwa jika mereka tidak cepat, mereka akan terlambat dan ketinggalan kereta. "Udah hampir jam delapan," lanjut Mark tidak kalah gupuh ya. "Kamu juga habisin cepet, Kal!" ucapnya lagi dengan sedikit menyentak saat beralih pada Haekal yang terlihat sangat santai sekali. Padahal, Ayu dan Mark sudah tergupuh ria karena takut ketinggalan kereta. Perjalanan jauh tak 'ku rasa Kerna hatiku melonjak sama Ingin berjumpa sanak saudara Yang selalu bermain di mata Nun menghijau gunung ladang dan rimba Langit nan tinggi bertambah birunya Deru angin turut sama berlagu Semuanya bagaikan turut gembira Ketiga sahabatnya itu hanya terdiam mendengar Bina bernyanyi lagu Upin-Ipin secara pelan tiada gairah, sambil menatap kosong kopi hitam di depannya. Ia juga memainkan garpu kecil yang diketukan ke piring dan menimbulkan irama selaras ketukan lagu Upin Ipin yang sedang ia nyanyikan. Ooo, balik kampung Ooo, balik kampung Ooo, balik kampung Hati girang Ooo, balik kampung Ooo, balik kampung Ooo, balik kampung Hati girang Setelah mendengar reff dari lagu tersebut, ditambah dengan ekspresi Bina yang sangat bertolak belakang dengan lirik-liriknya, membuat ketiga sahabat itu tertegun. Pikiran mereka semua agaknya sama, yaitu tentang bagaimana mereka sangat merasakan kehilangan walau hanya sekitar tiga bulan. Walaupun Ayu dan Mark akan berjumpa sanak saudara ketika tiba di kampung halaman nanti, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa dalam lubuk hatinya masing-masing terbesit rasa enggan untuk pulang dan berpisah dengan BHAM Squad. Haekal menyeruput habis kopi hitamnya. Ia menerawang tatapan kosong Bina. Pemuda itu sangat sadar bahwa Bina sebentar lagi akan merasa kehilangan, walau hanya sesaat. Haekal tahu pasti, di saat seperti inilah Bina merasa sangat sedih dan sedihnya Bina tidak pernah dibuat buat oleh perempuan itu. "Bin, mau nambah ketannya nggak? Katanya ketan siram saus mangga juga enak, lho," ucap Haekal padanya. Alisnya naik turun berusaha untuk mengubah ekspresi menyedihkan perempuan yang cukup cantik menurut Haekal tersebut Bina sama sekali tidak menggubris dan tidak menjawab. Ia masih bergumam menyanyikan lagu Upin-Ipin yang sangat ia hafal berkat kegemarannya menonton serial kartun anak kembar yang berasal dari negeri tetangga tersebut. Ooo, balik kampung Ooo, balik kampung Ooo, balik kampung Hati girang "Pak, tambah ketan mangga satu, ya!" ucap Haekal pada Bapak penjual kopi ketan. Telunjuknya juga mengacung spontan karena yang ia pesan adalah satu porsi lagi. Sontak, Ayu dan Mark memukul lengan pemuda itu. "Kan!" ucapnya bersamaan. Dengan ekspresi wajah yang sudah kesal dan lagi lagi dengan cemas karena mereka sangat amat takut untuk ketinggalan kereta tujuan Malang ke Solo Jawa Tengah di mana Mark tinggal bersama orang tuanya. "Apaan, sih. Kan gue pengen ngerasain ketan mangga." Haekal acuh. Ia merasa bodo amat dan seenaknya sendiri berkata seperti itu. Hal tersebut semakin membuat dua anak manusia yang akan melakukan perjalanan itu semakin kesal. "Tapi udah jam delapan lebih." Ayu mengomel sambil menunjukkan layar ponselnya. Haekal memutar bola mata. "Ya terus? Masalah buat lo?" Ia kemudian menerima ketan mangga yang baru saja disajikan oleh bapak bapak penjual ketan berkumis tipis dan berkemeja rapi tersebut. Plakk Plakk Plakk Plakk Ayu memukul beberapa kali lengan Haekal, tetapi pemuda itu sama sekali tidak menggubrisnyA. "Ya masalah, lah. Kereta kita jam sembilan!" Ayu sudah berteriak di sana, emosi menghadapi Haekal yang terlihat sangat tidak peduli. Padahal, rencananya Bina dan Haekal akan mengantar Ayu dan Mark ke stasiun Malang Kota Lama. Tetapi malah mereka mampir sarapan ke kedai kopi ketan berkat ide s****n Haekal bin s****n bin nyebelin bin segala galanya yang bikin kesal Ayu beringdut untuk berdiri. Ia sangat kesal hingga napasnya terengah. "Yaudah. Mark, ayo kita berangkat ke stasiun aja!" Ayu sudah siap berdiri dan menarik kopernya. Namun Mark menahannya tanpa berkata dan menatap Ayu dengan sendu. Mark mengangguk perlahan mengisyaratkan sesuatu, seketika itu Ayu menjatuhkan tubuhnya lagi ke bangku. Sepertinya Ayu adalah seseorang yang sangat bisa memahami keadaan, apalagi dengan isyarat isyarat yang diberikan Mark. Terbukti, dengan sekali tatapan yang berarti mata Mark sedang berbicara, Ayu langsung mengerti dan kembali duduk walau ia sangat ingin cepat berangkat ke stasiun. "Kok duduk lagi, katanya mau berangkat?" goda Haekal. Ia tersenyum senyum sambil menjilati sendok yang tertempel ketan dan mangga. "Ketan gue belum habis," ucap Ayu, lalu menyendok ketan dan memakannya dengan perasaan yang tidak karuan. Ayu juga merasakan hal yang sama. Selain tidak bisa tenang karena takut ketinggalan kereta, dirinya juga sangat berat harus berpisah untuk sementara dengan BHAM Squad. Dalam suapan demi suapan hingga menghabiskan ketannya, sebenarnya jantung Ayu merasa getar dan ia ingin sekali menangis karena kenyataannya ia harus pergi meninggalkan sahabat sahabatnya walau hanya sementara waktu. Karena sahabatnya tersebut sangat berarti baginya dan adalah orang yang sudah menemani ayu selama dua tahun di perantauan. Namun, lagi lagi yang membuat Ayu gemetaran adalah, ia juga memikirkan bagaimana jika kenyataan memberikan cobaan padanya dengan keterlambatan menuju stasiun yang merek lakukan. "Bin ...," panggil Mark pelan. Bina tidak menoleh. Perempuan itu masih mengunyah ketan dengan tenang. Mark mengembuskan napasnya, ia menoleh kepada Ayu, memberikan isyarat untuk melakukan sesuatu. Dan lagi lagi, Ayu langsung paham dengan keadaan. "Bin, Pak Doyi ganteng, ya?" Ucap Ayu sekenanya, karena yang ada dipikirannya setelah Mark mengkode dirinya untuk melakukan sesuatu pada Bina, Ayu hanya teringat dengan Pak Doyi karena akhir akhir ini apapun yang berhubungan dengan Pak Doyi selalu berhasil membuat Bina kalang kabut dan penuh emosi ingin membunuh Dosen muda yang tampan namun sangat galak tersebut. Mungkin beberapa saat lagi Pak Doyi yang entah sedang berada di mana pasti akan merasakan kedutan hebat di kelopak matanya karena sebentar lagi akan ada Ghibahan oleh BHAM Squad. Bina langsung menoleh, mengerutkan alisnya menatap Ayu. Bukan hanya Bina, tetapi juga dengan Haechan dan Mark. "Kok tiba-tiba bahas Pak Doyi, sih, Ay?" tanya Mark. Dirinya memang menyuruh Ayu untuk mengajak Bina membahas sesuatu agar bisa tidak merasa sedih lagi, tetapi Mark tidak pernah menyangka jika yang dibahas Ayu adalah tentang si dosen muda yang galaknya luar biasa tersebut. Ayu hanya meringis. Ia pun juga tidak tahu kenapa mulutnya malah berkata seperti itu. Atau mungkin karena ia baru saja membuka group chat AKM3. "Eh, enggak." Ayu menggeleng. "Coba cek grup AKM 3, deh. Pak Doyi ngajakin penelitian. Kali aja lo mau ikut, mumpung lo nggak kemana-mana juga." kata Ayu kemudian. Sepertinya memang alasannya membahas Pak Doyi adalah karena Pak Doyi yang baru saja mengirim pesan di grup mata kuliah akuntansi keuangan menengah 3 yang ada di aplikasi w******p. Mereka semua langsung mengecek ponselnya masing-masing. Semuanya sibuk dengan ponsel kecuali Ayu, karena memang Ayu sudah membaca pesan itu beberapa detik yang lalu sebelum mengasih tahu sahabat sahabatnya. AKM 3 Pak DY 2020 (4) Doyi : Bagi kalian yang nggak mau gabut dan agar liburannya bermanfaat, bisa ikut kerja part time sama saya (5 orang saja) untuk menjadi research assistant. Pekerjaan terkait research: - mencari jurnal nasional dan internasional (english) - merangkum jurnal - mengumpulkan data penelitian - menyimpan dan merapikan daftar referensi Syarat: - mahasiswa/i Jurusan Akuntansi angkatan 2017-2018 - menguasai Ms. Excel - mampu bekerja cepat dan tepat - mampu bekerja secara tim - sangat teliti, tidak baperan, tidak mudah putus asa, tidak manja, mau belajar sungguh-sungguh, mau diajak maju - menguasai PUEBI - hobi menulis karya ilmiah - menguasai Bahasa Inggris Jika ada yang berminat segera hubungi Pak Doyi dan tidak usah menunggu jam kerja. Terima kasih. 08.14 Bina mengembuskan napasnya panjang. Tatapannya kembali kosong. Ia sama sekali tidak peduli dengan pesan yang dikirimkan Pak Doyi untuk mahasiswanya. "Bin, lo kenapa?" tanya Haekal yang penasaran karena Bina hanya berwajah lempeng tanpa ekspresi seperti setiap kali ada pembahasan mengenai Pak Doyi "Gue mah lebih baik gabut tiga bulan, daripada harus ikut penelitian," ucapnya malas. "Apalagi nilai AKM 3 gue dapet D. Mana mungkin gue diterima?" Nada bicaranya berubah mencak mencak. Alisnya berkerut yang membuktikan Bina mulai kesal. Mark, manusia paling kalem se BHAM Squad berusaha memotivasi. "Coba aja dulu. Kalo belum coba, mana bakal tahu lolos apa enggak." Ucapannya penuh motivasi dan aura motivatornya keluar. "Gue doain nggak banyak yang minat deh, Bin," ucap Haekal sambil mengunyah suapan terakhir ketannya. Bina menoleh. "Kenapa?" "Biar lo lolos. Hahaha." Haekal hanya bisa tergelak, karena sesaat kemudian ia sudah digeplak oleh Bina di lengannya. Plakk "Aduh ...." Ia mengasuh kesakitan. Tetapi, sepertinya tidak ada yang peduli dengan rasa sakit yang saat ini dirasakan Haekal karena geplakan Bina. "WOI, UDAH JAM SETENGAH SEMBILAN!" Sekoyong-koyong Ayu berteriak dan langsung gupuh. Apalagi Mark, walaupun ia kalem, tetapi tetap saja, ia akan sangat khawatir jika benar-benar ketinggalan kereta. Mereka semua langsung terburu buru untuk segera menghabiskan yang tersisa. Setelah membayar, mereka semua sudah berdiri di pinggir Jl. Surabaya dengan keringatnya yang becucuran. Mereka semua panik. Sudah hampir sepuluh menit menunggu taksi online yang mereka pesan, tetapi belum terlihat juga. Sampai sampai Bina dan Haekal yang tidak ikut naik kereta pun ikutan merasa gupuh dan takut juga jika Mark dan Ayu ketinggalan kereta. "Itu, bukan?" tanya Mark ketika melihat Xenia silver mendekat. Ia menunjuk mobil yang semakin lama semakin mendekat. Ayu menggeleng. "Bukan. Avanza silver plat nomornya N 1 KAH," ucapnya bergetar dengan air mata yang sudah menggenang saking paniknya. "Hah? NIKAH? Yo opo, Rek. Plat e sangar." Ucap Haekal Plakk "Lo jangan bercanda, Chan. Ayu sama Mark lagi panik gitu." Bina sudah menyentak saja. Tetapi bagaimanapun Haekal, dia adalah manusia paling selengekan yang pernah Bina, Ayu, dan Mark temui di muka bumi ini. "Biarin, Bin. Biar mereka ketinggalan kereta, terus nggak jadi pulang." Haekal masih saja terkekeh, walau lengannya sudah dijamin babak belur karena tampolan Ayu dan Bina. Untung saja Mark tidak ikut main tangan, kalaupun iya, mungkin Haekal akan benar benar babak belur karena tenaga Mark jika sudah main tangan tidak pernah main main. Syukurlah mobil silver bernomor plat N 1 KAH sudah berhenti di depan mereka. Sesegera mungkin mereka masuk dan mobil siap melaju menuju Stasiun Kotabaru. Perjalanan tidak sampai sepuluh menit dari Jl. Surabaya, seandainya tidak macet. Dan semoga saja tidak ada macet dalam perjalanan menuju stasiun kereta. "Pak, rada ngebut, ya," pinta Ayu kepada sang pengemudi. "Keretanya berangkat jam berapa, Mbak?" tanya driver di balik kemudinya, sang driver masih sangat santai mengemudikan mobilnya itu. "Jam sembilan lebih sepuluh, Pak." Ayu tetap saja tergupuh ria. "Oh, tenang, Mbak. Masih nutuk." Pak driver lagi-lagi masih santai sekali "Tuh, santai, Ay." Celetuk Haekal tak kalah santainya. "Cangkemu." Balas Ayu dengan singkat, padat, dan jelas mewakili kekesalan dan kegelisahannya. Alunan lagu berjudul Selow milik penyanyi bernama Wahyu Selow sama sekali tidak membuat Ayu dan Mark merasa selow. Karna ku selow sungguh selow Sangat selow tetap selow Santai santai jodoh gak akan kemana Iya, Ayu dan Mark tahu, jika jodoh tidak akan lari kemana. Namun, saat ini yang mereka kejar bukanlah jodoh, melainkan gerbong kelas bisnis tujuan Stasiun Balapan. Ayu dan Mark sengaja membeli tiket kelas bisnis dengan menabung selama satu semester, karena harga tiketnya tiga kali lebih mahal dari tiket kelas ekonomi yang biasa mereka naiki. Kan tidak lucu, uang jajan mereka sudah terpotong, eh malah tiketnya hangus begitu saja karena ketinggalan kereta. Ya memang tidak lucu. Siapa yang berani bilang lucu, sini Mark tempeleng. "Karna ku selow sungguh selow, sangat selow." Haekal masih bernyanyi bersama alunan yang keluar dari radio. Namun tidak ada yang menggubrisnya. "Semoga nanti cetak boarding passnya nggak antre." Ucapan Mark diamini Ayu dan Bina, tidak dengan Haekal. "Enggak Amin." Kali ini mulut Haekal memang tidak bisa diajak serius barang sedetik saja, membuat setiap orang yang bersamanya otomatis merasa geram ingin menjahit mulut itu. Plakk
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD