Beli Jaket

1015 Words
Seperti yang sudah dikatakan papa, Bina dan Doyi akhirnya mereka memutuskan untuk tidak usah pulang ke rumah untuk mengambil jaket. Katanya kelamaan dan harus putar balik lagi. Hari ini Bina seperti sedang kejatuhan durian runtuh merk musang king seperti yang ada di serial kartun upin dan ipin dalam episode lomba raja durian di kampung durian runtuh. Karena selain dirinya diajak main ke puncak atau teknisnya adalah sebuah daerah di pegunungan dengan udara yang pastinya akan sangat sejuk oleh Doyi, Bina juga bakal ditraktir laki-laki itu sebuah jaket. Bisa dibayangkan suasana hati Bina yang sangat bahagia dan sedari tadi perempuan itu hanya senyum-senyum saja saking bahagianya. Ia sampai tidak menyangka bahwa Doyi akan membelikannya jaket. Rasanya sudah lama laki-laki itu tidak mentraktirnya barang makanan pinggir jalan sekalipun, ya karena hubungan keduanya yang sempat merenggang untuk waktu yang cukup lama. Pilihan mereka berdua jatuh pada model jaket baseball hitam dengan garis kuning di pergelangan tangan dan kerahnya. Bukan hanya modelnya saja yang keren dan unik, tetapi bahannya pun termasuk bagus. Bina memang pandai sekali untuk memilih jaket dengan bahan yang tidak ecek-ecek itu. Mereka berdua juga sengaja mengambil model yang sama, karena sedang ada diskon beli dua hemat sembilan ratus ribu rupiah. Lumayan, dari pada memilih model yang berbeda, nanti bisa boros. Bina dan Doyi adalah mahasiswa fakultas ekonomi, yang sudah pasti prinsip ekonomi yang mereka dapat di bangku perkualihan harus benar-benar mereka harus terapkan di kehidupan sehari-hari. Tunggu. Jaket itu bukan pilihan mereka berdua, tetapi benar-benar hanya pilihan Bina saja. Doyi benar-benar pasrah dengan pilihan Bina, dari pada gadis itu menangis termehek-mehek di dalam toko dan malah membuatnya malu karena dilihat banyak orang. Doyi tahu jika Bina menangis pasti tangisan itu hanya sebuah candaan, tapi tetap saja, yang namanya Bina Sabrina itu tidak punya rasa malu. Doyi sempat mencak-mencak saat tahu harga jaket yang dipilih Bina hampir sebesar gajinya selama satu bulan. Walau dapat dua jaket, sama saja. Bisa-bisa Doyi tidak jajan sampai gajian berikutnya. Toh, model yang dipilih Bina menurutnya sedikit aneh. Jaket baseball hitam itu memang keren, tapi sejumlah payet yang tersebar di bagian d**a sampai lengan atas itu sedikit mengganggu. Kata Doyi, itu jaket apa kebaya kok banyak payetnya! Ah, atau pemain baseball akan menggunakan jaket itu untuk pergi ke kondangan mantan. What, kenapa jadi bawa-bawa mantan? Oke, lupakan. Kita kembali berbicara tentang Bina dan Doyi. Namun mau bagaimana lagi. Pada akhirnya Doyi menyetujui dan memberikan sepotong kartu pada mbak-mbak kasir. Sejalan dengan kesalnya Doyi, Bina sumringah menenteng dua jaket tersebut yang sengaja tidak usah dimasukkan ke dalam kantong plastik. Katanya, go green untuk menjaga bumi. "Mas Doyi ganteng. Makasih jaketnya," ucap Bina dengan nada imut, yang langsung membuat Doyi membuang muka sembari mengembuskan napasnya lelah. Bina tidak peduli dengan tanggapan Doyi, ia juga tidak berharap jika Doyi akan merespon ucapannya itu dengan tanggapan yang manis seperti dirinya. Ia sudah hafal betul bahkan sejak dulu jika Doyi itu sebenarnya orangnya anti romatis, tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Ah, kalau saat ini dirinya benar-benar sedikit kesal dengan Bina karena jaket pilihan perempuan itu sebenarnya bukanlah seleranya. "Kalau ada maunya aja panggil mas." Doyi hanya menanggapi dengan datar tanpa ada rasa senang. Jujur, Bina sedang menyebalkan. Bukannya pelit, tetapi melihat dirinya yang kalah dengan Bina adalah rasa sebal yang sesungguhnya. "Karena kakak yang baik adalah kakak yang selalu beliin sesuatu untuk adiknya." Jika begini saja, Bina mau mengakui bahwa Doyi lebih tua dari dirinya. Tetapi, bukannya yang lebih muda harusnya hormat kepada yang lebih tua? Sayangnya, saat ini Doyi sedang tidak berperan sebagai dosennya Bina yang gila hormat. Saat ini Doyi sedang berperan sebagai sahabat Bina. Doyi kembali berdecih. "Untung gue bukan kakak lo. Gue juga nggak bakal mau jadi kakak lo!" Ia memang tidak pernah menjadi kakak dari Bina, jika menjadi teman dan sahabat saja sudah cukup. Ah, mungkin kah Doyi menaruh rasa yang lebih pada Bina selayaknya rasa antara laki-laki kepada perempuan? Tetapi, rasanya tidak akan mungkin karena Doyi selalu menyangkal hal tersebut dan sifat Bina pun memang menyebalkan, bagaimana ia bisa suka dengan perempuan yang menyebalkan seperti Bina? Bina meringis tepat di depan wajah Doyi. Selain hobi menggoda Mas Johnny, Bina juga suka menggoda Doyi. Pokoknya saat bersama dengan dua laki-laki yang lebih tua darinya itu, Bina sangat senaag. Karena ia merasa seperti anak kecil yang akan selalu dituruti apapun yang ia minta. Hal itu sudah bukan menjadi rahasia lagi kok. Bina sering manja-manja pada Mas Johnny dan untungnya Mas Johnny tidak pernah marah pada Bina, Mas Johnny selalu menuruti apa keinginan Bina, selama keinginannya bukanlah sesuatu hal yang macam-macam. Mas Johnny tidak hanya menuruti semua keinginan Bina, tetapi laki-laki itu juga sering menasihati Bina tentang apapun yang mungkin perempuan itu melakukan kesalahan kecil. Mas Johnny sama seperti seorang kakak pada umumnya yang akan selalu melindungi dan menjaga adik kecilnya. Sama halnya dengan Mas Johnny, Doyi juga memperalakukan Bina dengan demikian, hanya saja Doyi orangnya sedikit keras kepala dan tidak jarang keduanya akan bertengkar mempeributkan hal-hal kecil. Sampai-sampai, hal besar terjadi ketika Doyi mulai menjadi dosen Bina, membuat hubungan mereka merenggang. Walau Bina selalu menyebalkan, tetapi Doyi tetap sayang dengan perempuan itu. Bahkan, ia tidak berhenti itu bersyukur karena hubungannya dengan Bina sudah kembali membaik walau dalam beberapa kesempatan masih ada kecanggungan antara keduanya dan kedekatan mereka tidak sedekat dulu lagi. Jika saja Doyi boleh memutar waktu, dirinya tidak akan pernah ingin merasa sombong dan di atas angin ketika baru saja menjadi dosen dan meminta Bina untuk tidak saling mengenal satu sama lain. Jika hal itu tidak pernah terjadi, mungkin saja akan banyak sekali hal-hal seru yang telah mereka lakukan, bahkan ketika di kampuspun mereka tidak perlu saling membuang muka, dan kemungkinan juga akan terjadi banyak hal indah walau tidak menutup kemungkinan mereka juga akan bertengkat tentang hal-hal kecil seperti krucil yang suka kabur-kaburan ke rumah Doyi. Laki-laki itu memelankan jalannya, membiarkan Bina berjalan mendahuluinya. Cara berjalan perempuan itu masih sama saja seperti dulu ketika Doyi sering membelikannya es krim atau kembang gula. Bina nampak riang seperti anak kecil saja. Ah, bagi Doyi, Bina itu juga seperti anak kecilnya, adik kecilnya, dan lagi-lagi ia menepis pikirannya tentang apa yang ia rasakan kepada Bina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD