"Maaf, kamu pasti sudah nunggu lama ya?" Arafi mengepalkan tangannya agar tidak gemetar berlebihan. Dia menggeleng sambil melempar senyum sopan pada dosennya itu. "Cuma lima belas menit, Pak," jawabnya jujur. Abrar di depannya tertawa kecil dan duduk di bangkunya. "Tadi ada anak di kelas yang nanya, jadi saya harus ladenin dulu. Sekali lagi saya minta maaf karena udah bikin kamu nunggu," ucapnya. Lagi-lagi Arafi menggeleng dan berkata bahwa itu bukan masalah besar. "Saya kesini untuk menjawab tawaran dari Bapak," ucap Arafi saat ia melihat suasana sudah tepat untuk mengutarakan maksud kedatangannya. Abrar tersenyum, dia melipat tangannya di atas meja dan memfokuskan diri pada pria muda di depannya. "Jadi kamu sudah memikirkan matang-matang keputusan yang akan kamu ambil ini?" tanya

