bc

Di Balik Topeng Pernikahan

book_age18+
88
FOLLOW
1K
READ
possessive
contract marriage
second chance
student
drama
bxg
campus
enimies to lovers
teacher
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Mengetahui sebuah rahasia yang selama ini disembunyikan sang Ayah, membuat Cassandra marah. Terlebih lagi Cassandra dipaksa untuk merahasiakannya dari sang Ibu. Tentu saja membuat Cassandra kecewa. Dilema yang Cassandra rasakan justru membuat sikapnya berubah 180 derajat.

Kesalahan satu malam bersama seorang Pria membuat Cassandra jatuh dalam penyesalan. Kini dia tengah berbadan dua. Namun kekasihnya tidak mau bertanggung jawab dan tidak mengakui perbuatannya. Demi menutupi aib dan menyelamatkan nama baik keluarga, Cassandra terpaksa menerima sebuah pernikahan.

Cassandraa harus menerima perjodohan dengan seseorang pemuda yang pernah dia maki-maki. Namanya Arman Muzakki—mantan driver ojek Online yang saat ini menjadi Dosen di kampus Cassandra.

Bagaimana bisa? Apakah pernikahan mereka mampu bertahan? Adakah dendam yang terpendam dalam hati Arman? Mampukah Cassandra menjalani hari-harinya? Bagaimana jika pria di masa lalunya datang kembali di antara pernikahan mereka?

Cover Vector by Riandra_27

Font by Picsart gold

chap-preview
Free preview
1. Dua Garis Merah
Dua bulan berlalu setelah peristiwa itu. Cassandra merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya tiga hari belakangan ini. Gadis berusia 19 tahun, yang belum lama menjadi mahasiswa baru di sebuah Universitas itu merasa aneh setiap kali bangun dari tidurnya sebelum memulai aktivitas. Badannya terasa lebih hangat. Kepalanya terasa agak pening. Dia pun mual-mual setiap kali mencium aroma sabun mandi varian lemon di kamar mandinya. “Ya Tuhan, beberapa hari ini kok badanku rasanya remuk redam! Seperti habis diserang orang sekampung!” ucapnya jujur. Pemilik tubuh mungil dengan bola mata kecokelatan itu, merasa ingin bermalas-malasan lebih lama di atas tempat tidurnya. Cassandra pun berpikir kalau dirinya salah makan atau terlalu banyak beraktivitas di luar hingga membuatnya masuk angin. Tiba-tiba Cassandra terkesiap. ‘Bentar-bentar! Bulan kemarin kan Aku nggak datang bulan? Terus bulan ini ....’ bisiknya dalam hati. Saat ini gadis yang menjadi anak semata wayang salah satu orang terpandang di Jakarta itu mulai sedikit panik. Cassandra bergegas meraih ponsel yang ada di sebelahnya. Matanya menajam melihat aplikasi kalender siklus haidnya. Wajahnya pucat pasi bagai tak bernyawa. Dia pun mematung menatap layar ponsel miliknya. ‘Sudah lewat siklus haid? Astaga!’ suaranya tercekat. Cassandra pun mendadak panik. Tidak enak makan, tidak enak tidur, dan dia terus-menerus membuka laman internet di ponsel pintarnya untuk mencari artikel yang memuat tanda-tanda kehamilan. Setelah membaca beberapa artikel mengenai tanda-tanda kehamilan, ia semakin ketakutan. Lalu memutuskan untuk membeli alat tes kehamilan—testpack, demi memperjelas keadaan. Setidaknya dia tidak dihantui rasa penasaran yang membuatnya tidak berdaya. *** Cassandra merasa begitu takut mendapati kenyataan yang akan segera dia ketahui. Sesampainya di rumah. Gadis itu bergegas untuk pergi ke kamar mandi sembari membawa alat tes kehamilan tersebut. Dengan gugup Cassandra menunggu alat tes kehamilan itu bereaksi beberapa saat, setelah dicelupkan dalam urine yang ia tampung di dalam tabung kecil. Cassandra hampir tidak percaya melihat garis samar berwarna merah muncul dari testpack yang dipegangnya saat ini. “Dua garis merah?” pekiknya, karena merasa dirinya gagal menjaga diri. “Nggak mungkin! Nggak! Nggak!” Dia kembali mencoba membuka testpack lain dengan merek yang berbeda. “Astaga! Dua garis merah?” “Nggak! Nggak!” Tubuh Cassandra mulai gemetaran sembari menitikkan air mata. Dia membuang urinenya dan kembali mengulangi langkah untuk mengetahui reaksi testpack dengan merek yang lain. “Nggak! Nggak!” Cassandra tidak percaya dengan hasilnya. Dia masih memegangi testpack itu dengan tangan yang gemetaran hebat. Dua garis merah dari tiga testpack dengan merek berbeda. Cassandra ingin menjerit. Penyesalan selalu datang terlambat. Air matanya tumpah. Ada rasa takut, hina, dan pedih membuncah menjadi satu, mendapati kenyataan bahwa dirinya tengah berbadan dua di luar nikah. “Bodoh! Bodoh! Bodoh!” Cassandra terus merengek dan menyesali perbuatannya. Dia kembali teringat peristiwa dua bulan yang lalu. Dia merasa samar kalau dia sudah melakukan hal itu. Karena yang dia ingat malam itu Rio melakukannya. Namanya Rio Dewangga. Pemilik tubuh tinggi tegap 186 cm. Rambutnya agak gondrong, berkulit putih bak artis Korea. Kakak tingkat dua tahun lebih tua dari Cassandra. Awalnya mereka tidak sengaja bertabrakan di tangga menuju lantai dua kampus mereka. Rio yang dikenal dingin nyatanya bersikap begitu hangat terhadap Cassandra. Namun pergaulan Rio yang bebas membawa dampak buruk bagi kehidupan Cassandra yang tengah berada dalam situasi buruk dalam keluarganya. Hampir setiap hari Rio mengajak Cassandra pergi ke klub malam. Padahal gadis manja yang dikenal sebagai anak rumahan itu belum pernah menginjakkan kaki di klub malam sebelumnya. Namun karena frustrasi menghadapi situasi dan perang dingin dengan ayahnya. Membuat Cassandra mau dan terbuai dalam gemerlapnya kehidupan malam. Tidak lama setelah mereka dekat dan saling mengenal. Rio menyatakan cintanya kepada Cassandra. Mereka dimabuk asmara. Cassandra merasa nyaman ketika bersama Rio. Hingga sering membolos kuliah hanya karena mengantuk setelah semalaman dugem bersama kekasihnya. Suatu hari Rio hanya pergi berdua dengan Cassandra ke sebuah klub yang biasa mereka kunjungi. Malam itu Rio memang memiliki niat yang tidak baik terhadap Cassandra. Rio membuat Cassandra setengah mabuk. Setelah itu membawanya pergi ke sebuah hotel yang sudah dipesannya. Peristiwa itu pun terjadi. Cassandra yang dalam keadaan setengah sadar, hanya bisa menikmati sentuhan Rio di setiap jengkal tubuhnya. Napas Cassandra terengah lebih cepat seiring permainan Rio yang tidak bisa ditolaknya. Cassandra terhanyut dalam buaian pemuda flamboyan yang tengah dalam puncak gairah. Dia tidak bisa mengingat dengan baik bagaimana peristiwa itu terjadi. Karena semua dirasa seperti mimpi yang membuatnya terhempas dalam kenikmatan sesaat. Mereka melakukan kesalahan fatal yang seharusnya tidak boleh mereka lakukan. Kilas bayangan itu terus menghantui Cassandra. Hingga membuatnya frustrasi. Berulang kali Cassandra menjambak rambutnya sendiri dan membasuh tubuhnya di bawah shower. Berulang kali Cassandra menggosok tubuhnya menggunakan sabun beraroma mawar. Seakan-akan dia merasa kotor karena baru menyadari hal itu bukan mimpi. Melainkan kenyataan yang harus dia hadapi dan dia tidak bisa lari dari tanggung jawab. Ada rasa malu, takut, menyesal, dan ingin pergi jauh dari lingkungan keluarganya. Cassandra yang memendam sebuah rahasia besar tentang ayahnya yang membuat dia frustrasi dan terjerumus dalam pergaulan bebas yang tidak bisa dikontrol. Namun yang terjadi sesungguh di luar dugaan. Kesucian Cassandra telah direnggut oleh kekasihnya sendiri. Setelah hampir satu jam Cassandra merenung di dalam kamarnya. Dia memutuskan untuk mencari kekasihnya yang bernama Rio di kampus. *** Kampus, Pukul 14.10 WIB. Cassandra berlari mengejar pemuda yang tengah berjalan sendirian di lorong kampus. Berulang kali gadis itu memanggil-manggil namanya. Namun tidak digubris sama sekali. “Rio! Rio! Tunggu!” Gadis itu terus mengejar hingga berhasil meraih lengan pemuda itu. Cengkeraman jemari lentik di lengan sang pria mampu menghentikan langkahnya untuk menoleh ke arah sang gadis. “Aku mau bicara empat mata!” Gadis itu terlihat memohon. “Bicara apa?” jawab pemuda itu dengan datar tanpa ekspresi. Wajahnya terlihat malas untuk bertemu gadis yang masih memegangi lengannya. Cassandra melihat situasi di sekitar lorong kampus. Ia memastikan keadaan aman, tanpa ada orang lain di sana. Karena tidak mau ada orang lain yang mendengar perbincangan mereka. Kebetulan mereka sedang berada pada lorong kampus, di dekat ruangan kelas yang kosong. Tidak ada orang lain di sana selain mereka. Cassandra berusaha memberanikan diri untuk menatap Rio. “Apa ini?” tanya Rio sambil memandang kertas tespack di tangannya. “Aku hamil!” bisik gadis itu sembari gemetaran saat mengucapkan kalimat yang membuat pemuda itu tercengang. “Hamil?” Rio mengernyitkan dahinya dan menghempas paksa cengkeraman tangan sang gadis dari lengannya. Cassandra bingung menerima perlakuan sang pemuda tampan. “Lantas apa urusannya denganku, Sandra?” tanya Rio. “Aku hamil!” Gadis itu mengiba. Dadanya menyesak ketika mencoba meminta pertanggungjawaban. Namun bingung bagaimana mengungkapkannya. Karena cepat atau lambat perutnya akan semakin membuncit. “Kamu menuduh aku yang menghamili kamu?” “Hah? Kamu?” Cassandra melongo mendengar pertanyaan Rio. “Memangnya ada yang salah sama pertanyaanku? Apa hubungannya testpack ini sama aku?” Rio terlihat innocent. “Ini anak kamu, Rio! Hanya kamu yang pernah bermain denganku. Lalu dengan siapa lagi aku hamil?” Gadis itu berusaha untuk meyakinkannya. “Sssttt! Nggak mungkin, Sandra! Jangan seenaknya memfitnah!” bisik pemuda itu yang tidak terima kalau dia dituduh menghamili sang gadis. “Astaga!” Cassandra masih melongo tidak percaya. “Rio! Ini anak kamu! Kamu yang melakukan ini semua! Malam itu! Dua bulan yang lalu!” Cassandra menatap Rio dengan sedikit ragu. Sedangkan Rio bergeming sembari menatapnya dengan tajam bagai kilatan mata elang. “Aku nggak percaya! Nggak mungkin hanya dengan aku kamu melakukannya, karena memang bukan aku yang melakukannya!” tandas pemuda pemilik lesung pipi memesona itu. “Ma—malam itu, Rio! Bahkan aku masih ingat walau semua ingatan saat itu hanya sekelebat saja, tapi aku yakin itu kamu!” Gadis itu memekik, menahan nada bicaranya yang hampir berteriak, karena perasaan kesal yang membuncah. Bulir bening mulai menggenang di pelupuk matanya. “Mana buktinya, hah?” ucap Rio di samping telinga Cassandra. Rio menantang Cassandra. Namun, Si gadis hanya mematung. Dia tidak memiliki bukti apa pun. “Jawab! Jangan hanya diam!” tegas Rio. “Aku rasa itu cukup membuktikan keraguanku. Kamu mencoba menjeratku dengan tuduhan tanpa bukti! Iya, kan?” “Nggak Rio! Aku punya bukti kalau kamu adalah Ayah dari janin yang aku kandung! Bahkan aku bisa saja melaporkan kamu ke polisi!” ancam Cassandra yang marah dengan situasi saat itu. “Laporin aja kalau kamu berani! Aku yakin kamu takut! Karena memang nggak ada buktinya!” tantang Rio. “Dengar, Cassandra! Jangan seenaknya menuduh aku yang sudah menidurimu! Walau pun kamu mengatakan hal itu kepada semua orang, aku tetap nggak peduli! Satu lagi yang harus kamu ingat! Perjalanan masa depanku masih panjang! Aku ingin meraih impianku untuk bisa meneruskan takhta perusahaan Ayahku! Jadi jangan menghentikan langkahku dengan dalih kehamilanmu! Camkan itu! Jelas?” Rio berlalu dari pandangan Cassandra yang nanar bagai tersambar petir di siang bolong, mendapati jawaban yang menohok. Gadis itu hanya bisa mematung. Seperti peribahasa habis manis sepah dibuang. Itulah yang menggambarkan Cassandra saat ini. Dadanya menyesak dan bulir bening berlinang dari sudut matanya. Dia biarkan air matanya mengalir tanpa henti. Karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mengurangi pedih dalam hatinya. Cassandra mulai bingung. Dia tidak mungkin menyembunyikan kondisinya saat ini di depan kedua orang tuanya. Permasalahan semakin rumit ketika Cassandra harus mengatakan hal itu dengan jujur. Butuh keberanian untuk berdamai, karena mendapati kenyataan pahit yang saat ini dia rasakan. Cassandra pun pasrah dengan keadaan. Dia sadar sudah mencoreng nama baik keluarga Sadewo Arya Pramono. Pengusaha sukses yang tersohor. Dia pun pasrah apakah anak itu terlahir tanpa ayah atau takdir justru membawanya pada situasi yang berbeda?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook