Chapter 1

770 Words
Karyna tak sempat atau lebih tepatnya tak bisa mengelak dari titah yang Dave Mahendra inginkan. Seperti para pemain judi diluaran sana, Dave juga memiliki kartu as yang bisa saja menghentikan penghasilan serta peluang kerja Karyna dimanapun nantinya. Tak ada yang tahu bahwa ayah Karyn adalah seorang penjudi dan pemabuk berat. Tugasnya yang mengemban tanggung jawab tulang punggung keluarga membuat Karyn harus mau untuk menuruti apa yang Dave butuhkan. Namun, memiliki anak bukan hal yang mudah dan bisa dilakukan begitu saja. Perintah yang turun dari bibir pria itu dengan begitu entengnya pasti memiliki alasan yang lebih besar dari apapun. Karyn memang belum tahu apapun tetapi mencoba mengerti posisi yang Dave rasakan sekarang. “Bapak mau saya hamil?” “Bukan hanya sembarangan hamil, Karyna. Saya mau kamu mengandung anak saya. Melahirkan keturunan saya.” Degup jantung Karyna berdentum lebih keras lagi. Membayangkan tubuhnya digunakan untuk memenuhi rencana atasan yang sudah banyak memberikannya keleluasaan dalam bekerja. Mana sanggup dirinya menolak? “Jadi, saya harus melahirkan keturunan untuk bapak?” Dave mengangguk mantap. “Ya. Betul. Karena hanya kamu yang bisa masuk dalam kandidat yang saya mau. Saya juga bisa memantau anak saya ketika dia lahir nanti karena saya tahu kamu calon ibu yang tidak akan membuat anak-anak saya tidak memiliki hati seperti saya.” Memang benar, bicara itu mudah adanya. Bagaimana tidak, dengan segala kemudahan yang ada Dave Mahendra dengan seenaknya mengatakan jika Karyna tak seperti diri pria tersebut barangkali dirinya lupa, bahwa Karyn juga memiliki keluarga yang rusak hingga mungkin saja Karyn dapat berdampak buruk pada calon keturunan Dave.  “Mungkin bapak lupa kalau keluarga saya–“ “Tentu saya selalu ingat, Karyna. Ini hanya tentang kamu dan saya saja. Tidak perlu ada pihak lain yang tahu mengenai rencana kita berdua. Gimana?” “Tapi kalau bapak menginginkan anak dari saya… sama saja anak itu akan terlibat dengan keluarga saya, Pak.” “Nggak masalah. Saya sudah bilang, kan, saya percaya dengan kamu. Apapun keputusan yang nantinya kamu ajarkan kepada anak saya, kamu pasti akan membicarakannya dengan saya terlebih dahulu.” Kepercayaan Dave terlalu dalam terhadap Karyna. Dia menginginkan segalanya agar Karyna ikut memutuskan apa saja yang nantinya berlaku dalam hidup calon keturunan Dave. “Bagaimana dengan keluarga bapak?” “Justru ini yang harus saya lakukan demi tuntutan keluarga. Kamu juga bisa bersandiwara, kan?” Selain menjadi sekretaris pria itu, sepertinya Karyna akan memulai hidup baru dengan menjadi rekanan Dave yang sengaja dibuat statusnya menjadi pasangan pria kaya itu. Sejujurnya Karyna tak keberatan jika hanya berakting mereka saling mencintai dan menikah, tetapi melahirkan seorang anak… Karyna merasa hidupnya akan berubah drastis. * “Jangan lupa rekanan yang saya beritahu kemarin. Dia berpotensi membuat jabatan saya naik dimata papa saya, Karyna.” Sepanjang perjalanan setelah pembicaraan mengenai rencana memiliki keturunan selesai keduanya sudah kembali sibuk membahas pekerjaan. Dalam pikiran mereka, sudah pasti yang pertama kali diserukan adalah tender, kerjasama antar perusahaan keluarga, saham, klien, meeting, dan segalanya mengenai dunia perbisnisan. Dave tahu Karyna adalah perempuan yang tepat untuk kelangsungan pekerjaannya. Jika meminta sembarangan perempuan, bisa saja karier Dave terhambat karena drama yang perempuan lain ciptakan. Namun, Karyna tak begitu. Dia benar-benar sosok yang Dave banggakan karena sangat mampu mengurusi segalanya dan tidak akan pernah protes mengenai jam kerja Dave yang sudah melebihi para pembuat film yang jem kerjanya memang tak menentu. “Apa saya terlalu ambisius, Karyna?” tanya Dave. Karyna melirik bos-nya. Mendapati wajah tak merasa bersalah sedikitpun dari pria itu. Jawaban yang Karyna sematkan sukses membuat Dave puas hati. “Saya tidak akan bekerja dengan bapak kalau bapak tidak ambisius. Karena kalau bapak sama sekali melewatkan segala keambisiusan, gaji saya tidak akan sebegitu besarnya.” Dave tertawa senang. “Kamu benar, kamu juga mata duitan ternyata. Kalau jabatan saya tidak setinggi ini dan menginginkan yang lebih lagi, mungkin kamu akan menjadi anak buah papa saya.” Karyna sudah terbiasa tidak menanggapi lebih jika Dave hanya melontarkan pernyataan. Pria yang memang pantas disebut tak memiliki hati itu memandangi kukunya yang tertata rapid an indah. Untuk ukuran seorang pebisnis, Dave tetap mementingkan penampilan. Itu sebabnya Karyna juga tak pernah terlihat lusuh sebentar saja. Dimana Dave mengurus diri, maka Karyna juga harus mengurus dirinya sendiri. “Saya mau papa saya segera tahu kalau kamu calon ibu dari anak saya.” “Saya belum hamil, Pak.” “Siapa yang bilang kamu sudah hamil? Saya menyematkan kata calon ibu.” “Tapi bapak tidak menyemantkan calon anak bapak.” Dave memandang Karyna dengan geram kali ini. “Kenapa kamu keras kepala untuk hal sepele, Karyna?” “Karena bapak salah menempatkan kata-kata. Orang lain bisa salah paham dengan satu kata yang dihilangkan begitu saja, Pak.” Mengurut pelipisnya, Dave menggeram marah. “Apa kita akan mendebatkan soal ini, Karyna?” Karyna menunduk. “Maaf, Pak. Tidak akan saya ulangi.” Setiap kali tahu atasannya marah dan kesal dengan sikapnya yang dirasa Dave tak cocok untuk dibiasakan, Karyna akan dengan senang hati meminta maaf dan tidak mau mengulangi kelakuannya itu. Mungkin ketika khilaf dia akan mengulanginya, untuk mengingatkan Dave jika ada bagian yang kurang terperinci ketika menghadapi klien… mungkin saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD