Hayana menjadi pihak yang begitu antusias dalam menyambut kedatangan Karyna dalam rumahnya yang mewah. Bukan berarti Karyna tak pernah tahu mengenai kehidupan orang kaya dari lahir, hanya saja dia merasa tak nyaman jika kekayaan itu milik orang lain. Terlalu banyak rasa sungkan ketika memasuki rumah milik orang kaya, meskipun dia bekerja dibawah naungan Dave yang begitu menjunjung hidup di atas strata.
"Mama setuju sekali dengan dipercepatnya pernikahan kalian. Tapi..." Hayana mendekati anak dan calon menantunya. Sengaja berbisik, "apa sudah isi duluan makanya mau dimajuin?"
Karyna melirik calon suaminya yang sudah menghabisi dirinya di atas ranjang berulang kali dengan niat serta tujuan segera membuat Karyna hamil. Karyna hanya ingin Dave-lah yang menjawab pertanyaan tersebut.
Tahu apa makna dari tatapan Karyna dengan senyumannya yang menawan tetapi mematikan, Dave merangkul bahu perempuan yang ingin dijadikan ibu dari anak-anaknya itu.
Dave menangkupkan tangan pada permukaan perut Karyna. Sengaja mengusapnya seolah mengiyakan ucapan Hayana. "Aku nggak perlu jawab pertanyaan itu, kan, Ma?" Kata Dave dengan gayanya yang begitu percaya diri.
Karyna yang tak mau nantinya dirinya yang menjadi pihak disalahkan, segera membalas lengan Dave di atas perutnya dan berkata, "Tenang aja, Tante. Saya yang akan menjaga supaya saya nggak merusak nama baik keluarga ini. Saya nggak akan hamil lebih dulu sebelum menikah."
Ada raut kecewa juga lega diwajah Hayana. Kecewa karena sepertinya memang dia mengharapkan segera menjadi nenek, sekaligus lega karena tak akan mendapat pertanyaan mengenai menantunya yang melahirkan cucunya lebih cepat dari hitungan hari pernikahan di depan teman-teman arisannya.
"Okeeeeyyy. Mama kira kalian akan nekat. Zaman sekarang, kelakuan anak muda aneh-aneh.
Meskipun mama memang udah kebelet gendong cucu, tapi perlu digaris bawahi kalo sampe
Karyna melahirkan lebih cepat dari pesta pernikahannya."
Karyna memberikan senyumannya sekilas. Dia juga tak mau mempermalukan diri sendiri, belum lagi statusnya sebagai sekretaris kepercayaan Dave di kantor. Bisa rusak segala reputasi yang dirinya bangun selama ini.
Hayana menepuk tangan Dave yang masih bertengger manis pada perut Karyna. "Lepas dulu! Jangan gampang pegang-pegang gitu, dong, Dave! Mama memang nggak kuno dengan pergaulan kalian yang suka aneh-aneh tapi jangan berlebihan juga! Mama juga pahamlah kamu udah siap—"
"Tante, apa nggak lebih baik kita bahas soal kebutuhan pernikahan? Saya mau ngurus juga sebagai mempelai wanita." Karyna menatap Dave dengan pancaran yang dewasa tetapi membuat Hayana begitu percaya menyerahkan putranya pada Karyna. "Kamu mau ikut? Atau nunggu hasil jadinya aja?" tanya Karyna pada Dave di sampingnya.
Dave menatap Karyna. Mengecup pipi perempuan itu dengan s*****l di depan mamanya sendiri. "Aku ikut apa kata kamu. Menurut kamu gimana? Apa aku harus terlibat langsung?"
Dan Karyna sama sekali tak berbasa-basi untuk menjawab pertanyaan pancingan Dave itu.
"Ya. Kamu harus terlibat, karena kamu calon suamiku."
*
Karyna paling tahu bagaimana mempermainkan kartu untuk membuat Dave bertekuk lutut secara tak langsung. Ketika mereka berada dalam waktu yang tepat maka Karyna akan menuntaskan segalanya agar Dave tidak melayangkan protes.
Jadi, ketika Dave memutuskan mengantar pulang Karyna untuk tahu juga seperti apa rupa orangtua Karyna—yang dihalangi sepenuhnya oleh Karyna—untuk menyapa sejenak dan menjelaskan bahwa Karyna tak akan bisa diganggu lagi, semuanya tak berjalan sesuai keinginan Dave.
"Siapa ini, Na??? Apa-apaan bawa pulang laki!?"
Ayah Karyna—yang diakui sebagai om—memprotes habis keberadaan Dave.
"Ini..."
"Saya calon suami Karyna, Pak. Saya ingin bertemu bapak untuk meminang dengan cara yang benar."
Pria itu langsung menatap Karyna dengan mata tajam. "Lu nggak mau bayarin hutang-hutang bapak lu ini, ya!? Makanya lu mau kawin sama, nih laki nggak gue kenal!"
Dave tidak tahu nama ayah Karyna itu, tetapi dia sangat kesal dengan sikap pria yang sepenuhnya menyalahkan Karyna atas hutang yang seharusnya bukan menjadi tanggungan Karyna lagi setelah Karyna menghidupi pendidikannya sekuat tenaga sendiri.
"Mungkin kita bisa bicara di dalam, Pak—"
"Eh, lu!" tunjuk ayah Karyna dengan tidak sopan. "Jangan ikut-ikutan! Siapa lu mau bawa anak gue buat lu nikahin!? Lu harusnya bebasin hidup gue dari tanggungan kalo mau bawa anak gue!!!"
"Bapak!" protes Karyna.
"Diem lu, Na! Jangan sok belain, nih laki."
Karyna yang terpancing menarik pria itu masuk ke rumah. Sebelum masuk, Karyna mengucapkan kalimat yang membuat Dave semakin senewen. "Sebaiknya bapak pulang. Orang ini mabuk, dia teler makanya bicaranya melantur. Bapak harus lanjutkan apapun rencana bapak, saya yang akan mengurus orang-orang ini."
Dave senewen karena Karyna tak melibatkannya sebagai pria yang akan mengambil alih hidup Karyna. Harga diri Dave seketika saja memanas, tanpa pikir panjang dia menelepon anak buahnya untuk menyelesaikan masalah tersebut dan akan segera membawa Karyna ke tempatnya mulai besok. Sebab Dave tak ingin keturunannya mengenal dunia kotor
yang akan ayah Karyna tularkan.