Chapter 7

850 Words
"Kamu minum pil?" tanya Dave yang terkejut mendapati Karyna menelan pil putih dengan segelas air setelah memutuskan menginap di hotel terdekat dengan gairah yang masih sama-sama membumbung tinggi. Usai merasakan pil masuk dengan aman, Karyna mengangguk tenang. Melihat Dave yang rambutnya dalam keadaan basah dan hanya mengenakan handuk yang menutupi pinggang ke bawah saja dia malu, meremang, tetapi tak mau terlihat naif karena sudah merasakan tubuh pria itu. "Kamu tahu kesepakatan kita, kan!?" Dengan nada berapi Dave mulai tak sabaran. Langkahnya mendekati Karyna semakin kuat dan perempuan itu tidak merasa perlu takut sama sekali. Dave memang tipikal yang tidak bisa dikendalikan dengan kelemahan. Mendongak, Karyna membiarkan Dave menuangkan apa yang dirinya mau. Ini sudah lebih dari apa yang mereka bicarakan, tetapi Dave sepertinya tak mau tahu dan tak mau paham. "Saya mau kamu hamil, Karyna. Itu artinya usaha kita sedang dimulai—" "Bapak belum menikahi saya, bagaimana bisa ada kata sepakat bagi saya untuk menuruti bagian itu? Bapak yang menyanggupi ucapan saya waktu itu, saya tidak akan menerima begitu saja rencana kehamilan jika bapak masih bersikap begini." Dave mendengus keras bak banteng yang ingin mengamuk. Namun, bukan Karyna jika tak mengenali sosok dihadapannya yang berdiri dengan sombongnya. "Saya akan tetap menjaga sebisa saya supaya tidak hamil selama bapak—" Dave menangkup wajah Karyna, menariknya guna mencium dengan gerakan kasar sarat napsu dan amarah. Emosi yang tertuang dalam ciuman itu membuat Karyna menyadari bahwa Dave sedang tak ingin dibantah dengan kalimat apapun. Kembali membuat Karyna berbaring di ranjang hotel yang disewa permalam dengan mahal itu, Dave mengecupi seluruh bagian tubuh Karyna hingga desahan muncul dari bibir perempuan itu. Dave melemparkan handuknya asal hingga ia kembali telanjang. Dia menatap mata Karyna hingga rasanya tatapan itu akan membakar apapun dihadapannya. "Kamu harus dengar ini, Karyna. Saya memegang kendali di sini. Saya yang memutuskan apakah kamu akan hamil atau tidak. Yang jelas, saya nggak mau kamu meminum pil sialan apapun. Juga, saya nggak akan membiarkan kamu ke rumah sakit manapun untuk mendapat jenis kontrasepsi apapun!" Dave mengembuskan napasnya yang panas di depan wajah Karyna yang memerah. Efek dari setiap ciuman serta sentuhan Dave memang membuat Karyna tercengang habis. Mungkin karena tubuhnya belum pernah secara langsung mengalami pengalaman sehebat yang Dave berikan. "Pak, saya hanya mau satu saja. Bapak yang menikahi saya. Dengan begitu bapak bisa meminta saya hamil dan mengandung anak bapak sesuka hati. Karena ketika bapak sudah mengikat saya, semuanya akan lebih mudah. Saya akan tetap membangkang jika bapak juga tidak mau memikirkan simbiosis ini berjalan mutualisme." Kening Dave mengerut dengan kasar. Dia menarik kedua tangan Karyna ke atas kepala perempuan itu. "Apa kamu tidak bisa sekali saja tidak membantah saya!?" Karyna diam sejenak. Dia kembali merasakan pergelangan tangannya nyeri. "Bapak harus melepaskan tangan saya, karena kalau tidak orang kantor akan curiga besok dengan bekas tanda di sana." "Saya nggak peduli! Persetan dengan semua itu!" Karyna menyeringai. "Bapak jelas peduli. Karena kalau tidak, saya yang akan menyebarkan kabar di kantor kalau kita punya affair yang tidak wajar. Dengan begitu mereka akan membuat nama baik bapak sebagai—" Dave langsung melepaskan genggamannya. Menyentak lengan Karyna karena terbawa emosi. Kesal dengan ucapan Karyna yang memang benar adanya. Nama baik adalah yang paling Dave junjung di depan publik. "Saya akan menuruti kamu kali ini. Tapi tidak dengan kehamilan kamu. Saya akan majukan pernikahan kita, dengan begitu kamu tidak akan rugi jika hamil lebih dulu. Akan menguntungkan ketika kamu semakin cepat hamil dan melahirkan anak saya." "Keuntungan bapak datang lebih cepat, lalu apa untungnya bagi saya?" tantang Karyna. "Saya hamil itu bukan hal menguntungkan, justru akan memberatkan karena saya harus melewati fase kehamilan yang—" "Kamu akan terlepas dari ayahmu dan hutang piutang." Karyna membelalak. Dia tidak pernah mengakui tinggal bersama ayahnya atau orangtuanya, melainkan dengan om-nya yang suka menyulitkannya. Sengaja dia tak mengakui tinggal dengan ayahnya yang semacam itu, karena tak mau semakin diincar sebagai anak dari pasangan yang suka berhutang. "Bapak... tahu dari mana...?" Kali ini, giliran Dave yang menyeringai dengan lepas. "Saya bukan orang bodoh, Karyna. Kamu boleh mengatakan kamu ingin lepas dari om kamu, tapi saya nggak akan begitu saja percaya. Kamu adalah anak dari om kamu itu, dan tanpa perlu dilacak saya sudah bisa menebak banyak keganjilan dari pengakuan kamu itu. Jadi, kalau kamu ingin segera terlepas dari jerat hidupmu sekarang... turuti saya, Karyna." Karyna tidak langsung membalas dia membawa tubuhnya untuk duduk. Kakinya ditekuk dan dilebarkan seiring dengan jarak dimana Dave berada diantara kakinya. Tangan kanannya menyangga tubuh, sedangkan tangan lainnya mengusap kewanitaannya yang tertutup kain tipis bermotif renda hitam. "Saya akan turuti, tapi belum tentu saya akan hamil jika yang bapak lakukan hanya menyiksa saya saja. Saya juga mau dipuaskan. Saya nggak mau diikat-ikat lagi kali ini. Dan yang pasti... saya ingin pernikahannya disegerakan sesuai janji bapak. Jika tidak, walaupun saya hamil nantinya dan belum ada status jelas... saya tidak akan ragu menggugurkannya." Ancaman Karyna membuat Dave menegang. "Jangan bicara sembarangan! Saya akan membuktikan janji, saya juga akan bertanggung jawab dengan kamu yang saya pilih menjadi ibu dari anak-anak saya." "Hm. Kalau begitu jangan banyak bicara, hamili saya jika bapak memang jago membuat puas dan menunjukkan hasil yang memuaskan." Sial, dia menantang seorang Dave! 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD