FZ | 16

1708 Words
-happyreading- --- Naya meremas ponsel yang ada di genggamannya dan menghela nafas pasrah, pukul sudah menunjukkan tepat jam 12 malam. Namun, tak ada satupun ucapan yang ia terima dari sahabat-sahabatnya. Sebenarnya ia ragu, tak mungkin juga mereka mau mengucapkan kata 'happy birthday' padanya, apalagi Abel. But, Naya berusaha positif thinking jika itu merupakan rencana dari sahabat-sahabatnya untuk memberikan kejutan untuknya, mungkin.  Naya menghempaskan tubuhnya ke kasur lalu kembali duduk di atas kasur, gadis itu mengambil satu bantal dan ia letakan di atas pahanya. Naya membuka ponselnya dan membalas ucapan-ucapan yang di berikan teman sekelasnya maupun adik kelas, juga temannya yang lain. Naya memberenggut ketika melihat snapgram maupun status w******p dari orang-orang yang mengucapkannya, berbagai macam foto aibnya sudah tersebar. "Ajegile! Si Mamat bener-bener ye!," Naya menggerutu ketika melihat foto aibnya di salah satu snapgram temannya, foto itu di ambil ketika Naya sedang memasukan ujung pulpennya ke dalam lobang hidung. Naya mengernyitkan dahinya saat melihat salah satu snagram seseorang. Naya membaca usernamenya dengan baik, bahkan Naya menggosok matanya. Apakah Naya salah lihat atau tidak. Ini i********: Azzam, mengapa laki-laki itu memposting foto perempuan? meskipun wajahnya tak terlihat karena gadis di dalam foto itu menutup wajahnya. Naya merasakan jantung berdegup kencang, i********: Azzam online. Bahkan laki-laki itu sudah melihat snapgram Naya. "Azzam punya pacar?," gumam Naya pelan. Lama Naya memperhatikan foto itu, akhirnya Naya menggeser layarnya. Tak mau melihat itu lebih lama lagi. Tidak, Naya tidak boleh sedih. Ini hari bahagianya, kenapa ia harus sedih? Lagi pula Azzam cuma sahabatnya 'kan? "Ya, Azzam cuma sahabat gue." gumam Naya menunduk dalam. "BUNDAAA----!!!," "HAPPY BIRTHDAYYYY!!!!!!," Naya memekik kaget ketika mendengar suara letusan balon yang cukup besar, kemudian ia menutup kedua mulutnya ketika melihat Ayah, Bunda, Abangnya dan Nando, sahabat Abangnya datang menghampirinya. Di tangan Kirana sudah ada birthday cake black forest kesukaan Naya, sedangkan di tangan Rizky sudah ada donat huruf yang bertuliskan 'Happy birthday', tak lupa dengan lilin yang menancap di setiap donat. "Make a wish!!," ujar Regil bersemangat ketika mereka menyelesaikan nyanyian happy birthday dan tiup lilin untuk Naya. Naya tersenyum dan memejamkan matanya, berharap semuanya kembali seperti awal. Persahabatannya membaik dan tak akan renggang. Ia juga berharap bahwa Azzam, akan memiliki perasaan yang sama dengannya. Selain itu, ia meminta umur panjang kepada tuhan dan berharap semoga dirinya semakin baik untuk kedepannya. Setelah beberapa saat memejamkan mata, Naya membuka matanya dan langsung meniup lilin yang sudah mulai meleleh. Fyuhhh Duarrr... Bersamaan dengan matinya lilin tersebut, Regil langsung meledakan balon dan tembakan berisi kertas warna-warni *Aku gatau namanya apaan, tapi kalian tau lah ya apa yang aku maksud??? Hehehe. "Potong kuenya!," Naya memotong kue sesuai perintah Ayahnya kemudian ia menyuapkannya ke dalam mulut sang Ayah. "Selamat ulang tahun anak Ayah," Rizky memeluk tubuh anaknya menggunakan satu tangan. "Makasih, Yah," selanjutnya Naya menyuapkan potongan kuenya ke mulut Bundanya. "Selamat ulang tahun ya sayang, semoga kamu jadi lebih baik ke depannya," Naya memeluk Kirana yang sudah berkaca-kaca. "Makasih, Bun.". Usai berpelukkan dengan Bundanya, Naya mengayunkan kakinya menuju Regil. Kemudian, ia menyuapkan potongan kue ke dalam mulut Regil. "Selamat hari brojol ya, Dek!!," ujar Regil mencium pipi Naya. "Ih abang!!," Naya mengusap cream yang menempel di pipinya. Regil mengeluarkan ponselnya ketika Naya menghampiri Nando. Dengan jantung yang berdebar, Naya menyuapkan kue ke dalam mulut Nando dan di terima dengan manis oleh sang empunya. Dan dengan cepat pula Regil mengambil gambar moment tersebut. "Selamat ulang tahun," Naya tersenyum mendengar ucapan dari Nando. "Makasih," Setelah menyuapkan kue pada Nando, Naya kembali  mengecek ponselnya dan mendesah pelan. Belum ada ucapan dari teman-temannya. "Yaudah tidur lagi kalian," ujar Kirana membawa kue dan donat tadi keluar dari kamar Naya diikuti Rizki. Naya mengangguk pelan meskipun ia belum ingin tidur. Naya masih menunggu ucapan dari seseorang yang mungkin tak akan memberi ucapan itu padanya. "Lo lagi nunggu ucapan dari siapa si?," tanya Regil melihat adiknya yang begitu gelisah. "Kepo lo, udah sana ke kamar lo! Gue mau tidur!!," usir Naya mendorong Regil hingga ke depan pintu. Naya menutup pintu kamar dan menguncinya lalu berbalik dan langsung terkejut. "Gue belum keluar lo udah main kunci aja," ujar Nando pelan. Naya mengelus dadanya pelan "Ngagetin aja sih lo ah!," ujar Naya kembali membuka pintunya. "Lo nya aja yang kagetan," gumam Nando berjalan ke arah pintu. "Tidur, gausah nunggu sesuatu yang ga pasti. Kalo dia emang niat ngucapin lo, dia udah daritadi nge chat lo." sambung Nando mengelus kepala Naya pelan. Naya memejamkan matanya, menerima elusan lembut Nando. Kemudian kembali membuka matanya, perkataan Nando ada benarnya juga. Untuk apa Naya menunggu ucapan dari Azzam yang sepertinya memang tidak ada niat untuk memberi ucapan padanya? ✨✨✨ "Kak, buru ih bawa mobilnya!! Nay udah telat nihh!!," ujar Naya seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Untuk saat ini Naya menyesali kebodohannya untuk bergadang hanya demi menunggu ucapan selamat dari Azzam dan sahabatnya yang lain. Namun semuanya sia-sia, hanya Abian yang mengucapkannya. Naya bahkan membuka kolom chat Azzam berulang kali hanya untuk mengecek apakah Azzam sudah mengucapkannya atau belum. Namun nihil, tak ada satu kata pun yang Azzam kirim padanya. Merasa lelah menunggu, Naya memilih memejamkan matanya dan tertidur pulas. Hingga akhirnya ia terbangun tepat pukul 07.05, tidak ada yang membangunkannya karena satu rumah kesiangan. Akibat terkejut karna kesiangan, Naya refleks berteriak dan sukses membangunkan orang-orang di rumahnya. Mereka semua berlarian ke kamar Naya, mereka pikir sesuatu yang buruk terjadi pada anak itu. Setelah bersiap Naya langsung berlari ke mobil Nando dan masuk dalamnya. Nando memang sengaja mengantarkan Naya karna ia sekalian ingin pulang ke rumahnya yang kebetulan searah dengan sekolah Naya. "Anjir Nay!," pekik Nando ketika Naya langsung melompat dari mobil yang belum berhenti sepenuhnya. "GUA BERANGKAT, MAKASIH YAA!!," Naya berbalik dan berlari ke arah gerbang sekolah yang sudah di tutup. Nando terkekeh memperhatikan Naya yang sepertinya sedang merayu satpam sekolah. Ntah apa yang di bicarakan gadis itu, namun sepertinya satpam sekolah itu sudah mulai luluh. Nando menggeleng takjub melihat Naya yang bisa merayu satpam sekolah. Setelah punggung Naya tak terlihat, Nando kembali menjalankan mobilnya sambil senyum-senyum tidak jelas. Naya berlari menaiki tangga, ia bahkan hampir terpeleset. "Eh, IPA 7 ada guru kagak??," tanya Naya pada salah satu siswa 12 IPA 6, karna kelas mereka bersebelahan. Siswa itu tampak berpikir sebentar kemudian mengangguk "Pak Hamid," jawabnya. Naya menepuk jidatnya, tugas biologi yang di berikan guru itu minggu lalu ketinggalan. Guru itu merupakan salah satu guru terkiller di sekolah ini, karna dia merupakan pembina eskul karate dan pramuka membuatnya jadi sangat tegas dan disiplin. Pak Hamid sangat tidak menyukai murid yang terlambat, acak-acakkan dan tidak disiplin. Ia tak segan-segan menghukum siapa saja yang terlambat tanpa pandang bulu, semua ia sama ratakan. Tapi guru ini memiliki selera humor yang rendah, ia sangat suka bercanda pada murid-muridnya meskipun terkadang ia suka marah dan membentak. "Makasih ya!," balas Naya lalu berlari menuju kelasnya. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Regil untuk mengantarkan tugas biologi miliknya yang tertinggal di atas meja belajarnya.. Naya memasukkan ponselnya dan mengatur nafasnya yang sedikit sesak, setelah menghembuskan nafas ia mengetok pintu dan membukannya. Bulu kuduk Naya meremang merasakan aura tidak enak dari dalam kelas ini. Naya meneguk ludahnya, semua orang menatapnya. Naya menggigit pipi bagian dalamnya. Tangan Naya mengenggam erat pegangan pintu. "Assalamualaikum, Pak," ujar Naya memasukan tubuhnya dari sela pintu yang ia buka kecil. "Dari mana kamu?," Naya menelan ludahnya ketika nada bicara Pak Hamid tidak bersahabatnya. "Kesiangan Pak," balas Naya pelan. Pak Hamid mengernyit lalu menatap jam yang menempel di dinding "Jam setengah 8 itu, siang atau pagi?," tanyanya pada Naya. "Pagi, Pak." jawab Naya polos. "Lah terus tadi katanya kesiangan?," Naya mengepalkan tangannya, s**l! Dia di kerjain. "Hukum aja Pak udah, ikhlas saya mah Pak!," ujar Naya putus asa membuat teman sekelasnya tertawa. "Beliin bapak es teh anget di kantin!," ujar guru itu seraya memberikan Naya selembar uang 20 puluh ribu. "Harus es teh anget loh ya!!," ingatnya pada Naya membuat Naya mengangguk pasrah. SEJAK KAPAN ADA ES TEH ANGET?!!!! ✨✨✨ Naya masuk ke kantin dan melangkah kan kakinya menuju salah satu kedai yang biasa ia kunjungi. "Bang, ada jual es teh anget kaga?," tanya Naya pada anak penjual es cincau langganannya. Cowok itu tertawa "Mana ada es teh anget, kocak lu!,". "Yee, bukan gua Malih! Noh si Pak Hamid," balas Naya cemberut. "Mana ada es teh anget," ujar cowok itu lalu kembali tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Naya nampak berpikir, lalu tersenyum "Ngapa lu? Kesambet?," Cowok itu meraup wajah Naya. "Ck, gua ada ide! Lu bikin aja teh anget terus taroin es batunya di mangkuk atau dimana gitu," ujar Naya bangga. Cowok itu tersenyum dan mengangguk lalu membuatkan pesanan Naya. Naya memberikan uang pada cowok itu dan membawa nampan berisikan satu gelas teh anget dan semangkuk es batu. "Bener kan ini es, teh anget?," tanya Naya menunjuk es batu lalu teh anget yang ada di dalam nampan. "Benerin ae lah!," Naya berbalik dengan nampan di tangannya, membawa nampan itu dengan hati-hati. Naya menghela nafas, hari ini tidak ada yang spesial. Justru Naya merasa ini hari terburuknya. Terlambat, foto cewe di insta story Azzam, tidak ada ucapan dari sahabatnya. Naya menghela nafas memikirkan itu semua. Separah itu kah kesalahpahaman di antara mereka? Bahkan Abian sudah menjelaskan semuanya pada mereka. Tapi, mengapa mereka masih marah padanya? Ini tidak adil, mereka dengan mudah memaafkan Abian tapi tidak memaafkan Naya. Naya bertanya-tanya dalam hati, apakah ia memiliki kesalahan lain yang tak ia sadari sehingga teman-temannya belum memaafkan Naya? Naya berdeham dan menarik nafasnya dalam-dalam, entah kenapa Naya merasa sedikit sesak di dadanya. Naya berhenti dan duduk di anak tangga, gadis itu meletakan nampan yang berisi pesanan pak Hamid. Naya mengatur nafasnya yang sedikit tersendat. "Anjir gue kenapa sih," desis Naya mengambil kuciran yang ia jadikan gelang lalu mengucir asal rambutnya. Sepertinya Naya kecapean karna berlari-lari tadi, apalagi pas sampai di kelas Naya malah di suruh ke kantin untuk membeli es teh anget pesanan Pak Hamid. Setidaknya Naya bersyukur karena tidak di hukum push up atau lari mengelilingi lapangan sekolah. Setelah merasa pernafasannya cukup membaik, Naya mengambil nampan itu dan berdiri. Gadis itu kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga  dan menuju ke kelasnya. ✨✨✨ Tbc Apa kabar kalian???? Sorry ya kalo aku slow update :( Babang Azzam belom ada nongol ye haha. Btw itu bwang nando ngapa senyum-senyum sendiri?? Naksir kali ya sama Naya?? Thanks for read❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD