-happyreading-
---
Naya menyusuri koridor lantai satu dengan santai, menikmati lagu yang mengalun indah dari earphone yang menempel di kedua telinganya. Sudah seminggu sejak kejadian dimana ia ribut dengan sahabatnya hanya karena kesalahpahaman.
Tidak ada yang berubah, ke enam sahabatnya masih mendiamkannya. Hanya Cika dan Abian yang masih mau menegurnya, meskipun Cika hanya menegurnya sekali dua kali saja. Ntah, kesalahan apa yang Naya perbuat sampai mereka membuat Naya seperti najis yang haram untuk di dekati.
Bahkan Nabila yang merupakan sahabat terdekatnya pun enggan untuk sekedar berdekatan dengannya, Nabila memilih bertukar tempat duduk dengan Cika untuk sementara waktu.
Naya menghela nafas, sampai kapan keadaan harus seperti ini. Terlalu sibuk dengan pemikirannya, tanpa sadar Naya sudah berada di tempat duduknya. Dengan ragu, ia meletakkan tasnya di atas meja dan mengabaikan tatapan sinis Abel, Bela, dan Nabila.
Naya tertegun ketika manik matanya dan Azzam bertemu sampai Azzam memutuskan kontak mata tersebut. Jujur, Naya rindu Azzam yang dulu. Sudah tidak ada lagi Azzam yang tersenyum manis kepadanya, Azzam yang menjemputnya atau bersikap manis padanya.
Mungkin benar kata Nando, Azzam bersikap seperti itu hanya karena Azzzam menganggapnya sebagai teman, tidak kurang dan tidak lebih.
Naya terkekeh pelan "Apasih yang gue harapin dari lo? Lo cuma nganggap gue temen," lirih Naya yang dapat di dengar Cika.
"Lo ngomong sama siapa?," tanya Cika membuat Naya menoleh.
"Lo ngomong sama siapa? Gue?," tanya Naya balik pada Cika.
"Iya,"
"Oh, ga papa kok," Naya memainkan kabel earphonenya "Kalian masih marah sama gue ya?," tanya Naya hati-hati.
"Gue sih udah ga, tapi mereka masih kecewa sama lo," jawab Cika pelan agar tidak terdengar oleh ketiga sahabatnya.
"Jujur, sebenarnya Abian itu sepupu gue. Gue ga ada maksud buat bohongin lo pada atau apapun yang kalian pikirkan tentang gue," jelas Naya.
"Gue tau, Abian udah jelasin kok. Tapi ya lo tau Abel gimana, dia masih ga percaya aja sama lo,"
"Gue harus apa biar mereka maafin gue? Randy sama Azzam pun ikut-ikutan ga negur gue," ujar Naya sedih.
"Cika! Lo ngapain sih ngobrol sama dia?! Udah sini sama kita-kita!," panggil Abel setengah berteriak membuat Naya menoleh ke belakang.
Di belakang sudah ada ketujuh sahabatnya yang berkumpul. Di tangan Azzam sudah ada gitar, mungkin mereka akan bernyanyi bersama, seraya menunggu guru masuk.
Naya menolehkan kepalanya kembali dan menatap Cika "Sana gih, ntar lo di marahin sama mereka," pinta Naya berusaha menahan air matanya.
Naya rindu, Naya ingin ikut bernyanyi bersama sahabatnya. Membuat instastory dengan Nabila, berfoto dengan berbagai macam pose bersama si kembar Abel dan Bela. Rindu bergurau dengan Randy dan rindu genggaman tangan Azzam.
Cika mengangguk dan langsung memutar kursinya ke arah belakang, dan setelah itu terdengarlah suara sahabat dan teman kelasnya bernyanyi. Bahkan teman sekelasnya pun sedikit cuek kepada Naya.
Naya menelungkupkan kepalanya dan membesarkan volume musiknya hingga full, membiarkan telinganya sakit.
✨✨✨
Bel pulang berbunyi dengan keras, menandakan kegiatan belajar mengajar telah selesai, suara bising pun tak bisa di hindari. Naya memasukan semua peralatan menulis dan bukunya ke dalam tas, mengabaikan teriakan teman-temannya yang heboh karena bel pulang sudah berbunyi.
Setelah di rasa cukup, Naya langsung mengendong tasnya dan berjalan keluar kelas. Ingin rasanya ia bergabung di barisan teman-temannya, tapi sepertinya ia hanya najis yang haram untuk di dekati.
Naya tersenyum getir ketika mendengar suara tawa Abel dan Nabila, suara tawa yang membuat hati Naya teriris. Seperti menertawakan keadaan Naya saat ini.
Naya menatap barisan teman-temannya dari belakang, ada yang janggal di pengelihatan Naya. Azzam mengandeng tangan seorang perempuan, seperti ia mengenggam tangan Naya saat itu.
"Audrey?," lirih Naya ketika gadis itu menoleh dan tersenyum padanya.
"Kak Naya! Sini deh!," panggil Audrey membuat Abel dan Nabila mendelik sinis.
"Ngapain coba manggil penjilat kek dia?!," ujar Abel yang jelas menohok hati Naya.
"Udah elah, kasian anak orang lo gituin," balas Randy lalu merangkul Abel.
Naya menghela nafas dan menundukan kepalanya, airmatanya sudah menggenang di pelupuk mata. Penjilat seperti apa yang dimaksud Abel?
Bukan, Naya bukan menangis karna Abel mengatakannya penjilat. Ia menangis karna Azzam justru mengenggam tangan Audrey dan tertawa tanpa memikirkan perasaannya.
Sebenarnya, Naya ini di anggap apa oleh Azzam? Hanya mainan yang jika ia bosan ia tinggalkan begitu saja?
Seperti karma buruk bagi Naya, dulu Naya sering mengejek Abel terkena friendzone dengan Abian, dan sekarang? Dia bahkan merasakannya.
Naya mengusap airmatanya dan mendongakkan kepalanya, sudah tidak ada teman-temannya. Hanya ada murid-murid dari kelas lain yang menatapnya dengan tatapan aneh. Mungkin karna ia menangis sendirian, pikirnya.
Naya mendudukan tubuhnya di kursi halte dan memangku tasnya, ia mengambil ponsel berlogo apel digigit miliknya dan langsung mengirim pesan kepada Abangnya.
================================
Abangke❤
me: Bg, bs jmpt Nay kgk?
Lah? Ayah ga bisa jemput lo?
me: Nay, blm mau plg krmh :(
Jmpt yaa!!!
Gua ada kelas dodol!
Ngapa lagi lu? Galau?
Tunggu disitu ntar gua usahain jemput!
me: Y
Read
================================
Naya menghela nafas, matanya tertuju ke arah seorang cowok yang sedang membonceng seorang perempuan di belakangnya.
"Azzam?," gumam Naya ketika lelaki itu menoleh ke arahnya.
Naya tersenyum tipis, tapi yang ia dapatkan bukan senyum Azzam, melainkan wajah datar Azzam. Naya meringis dalam hati ketika Audrey memeluk pinggang Azzam, bahkan Azzam hanya tersenyum. Tidak ada wajah risih ketika Audrey berlaku seperti itu.
Sebenarnya apa hubungan Azzam dengan Audrey sebenarnya? Naya memilih berfikir positif, mungkin saja Audrey hanya saudara Azzam. Sama seperti Naya dan Abian. Tapi, apa iya saudara main peluk-pelukan seperti itu? Naya menggelengkan kepalanya pelan. Bisa saja memang seperti itu mengingat Naya dan Regil juga sering berpelukan satu sama lain.
"Hopefully," lirih Naya pelan.
"Hey!," Naya mendongak dan mendapati Nando tengah melambaikan tangan ke arahnya.
"Tayo!," sambungnya lagi ketika Naya hendak membalas ucapannya.
Naya mengerucutkan bibirnya kesal, wajah Nando begitu terlihat mengesalkan, seperti sedang mengejeknya.
Sejak pertemuan mereka seminggu lalu, Naya dan Nando menjadi lebih dekat. Nando yang mudah berbaur dan Naya yang gampang akrab dengan orang baru lah membuat mereka jadi gampang dekat. Bahkan terkadang Nando yang mengantarr dan menjemput Naya sekolah. Terkadang karena suruhan Regil dan terkadang karena inisiatifnya sendiri.
Kadang Naya sampai heran jika Nando tiba-tiba sudah stay di depan sekolah, padahal Nando tidak menngatakan apa-apa padanya.
"Ngapain di sini?," tanya Naya ketus ketika Nando menghampirinya dan ikut duduk di sampingnya. Naya sudah tak heran karena laki-laki itu memang suka datang tiba-tiba menjemputnya tanpa du suruh.
"Lah? Emang ga boleh?!," Nando membalikan pertanyaan Naya dengan Nada sewot yang sengaja ia buat-buat.
"Lo mau jemput gue kan???," tanya Naya percaya diri.
Nando menyemburkan tawanya "Jemput lo? NGIMPI!,".
Naya mencebik "Yaudah sana! Ngeselin banget sih," usir Naya menggebu-gebu.
Rasa sedih yang tadi ia rasakan hilang entah kemana, tergantikan dengan rasa kesal yang teramat dalam terhadap makhluk dihadapannya ini.
"Aduh-duh sakit!," ringis Nando ketika Naya memukulinya.
"Bencanda elah, gue mau jemput bidadari," ujar Nando seraya menahan tangan Naya yang hendak memukulinya.
"Gue ya??," tanya Naya dengan PD.
Nando tertawa lalu mengacak pelan rambut Naya "Iyain dah!,".
"Kuylah pulang!," ajak Nando lalu menarik tangan Naya dan mengenggamnya.
Naya menatap tangan Nando yang mengenggam tangannya erat, terasa hangat dan menenangkan. Sama persis seperti gengaman tangan Azzam saat itu.
✨✨✨
"Ini suruhan Abang apa inisiatif lo lagi?," tanya Naya saat sudah berada di dalam mobil.
Naya mencepol asal rambutnya dan memainkan ponselnya sebentar.
Nando menoleh pada Naya "Suruhan Regil," balas Nando.
"Bukannya kalian satu kelas ya? Harusnya kan lo juga masih kelas sekarang," tanya Naya dengan dahi mengernyit bingung.
Nando menyengir membuat Naya membulatkan matanya.
"Lo modol ya bang?!!," tuduh Naya menunjuk Nando.
"Gue di keluarin dari kelas Nay, yaudah mendingan gue jemput lo aja timbang gue gabut di kampus." jelas Azzam membuat Naya mengangguk paham.
"Kok bisa di keluarin?," tanya Naya.
"Gue lupa bawa tugas," balas Nando membuat Naya berdesis.
"Lo tuh bentar lagi mau skripsian bang, kuliah yang bener napa. Emang lo mau jadi mahasiswa abadi? Nanti nangess," ujar Naya sok menasehati.
"Iya bawel, orang gue beneran lupa. Gue tuh buru-buru banget tadi pagi,"
"Telat bangun lagi pasti," tebak Naya membuat Nando tertawa karena tebakan gadis itu tepat sasaran.
"Kok lo tau sih? Cenayang lo ya?," tuduh Nando.
"Tau lah!!!," ujar Naya sombong.
"Makanya jangan suka gadang sampe subuh, lo nih bebel banget di bilangin." omel Naya memukul pelan bahu Nando.
"Susah Nay, gue udah biasa begadang. Susah kalo mau tidur cepet juga." ujar Nando.
Naya mengakui hal itu, bahkan Naya sendiri tak bisa tidur cepat jika tidak meminum paracetamol atau pun obat tidur. Itu memang kebiasaan buruk yang dilarang keras untuk di tiru. Entahlah sampai kapan akan seperti itu, Naya juga sedang berusaha agar tidak ketergangtungan lagi. Naya tidak mau kebiasaan itu akan berpengaruh buruk bagi kesehatannya.
"Ya usaha bang! Kalo udah jam 11 malem hp lo matiin. Gausah mainan hp. Terus merem, kali aja tidur." balas Naya.
"Tidur kaga uring-uringan iya," ujar Nando.
Nando membelokan mobilnya masuk ke komplek perumahan Naya, membuat Naya mengambil tasnya di jok belakang.
"Gamau singgah dulu?," tanya Naya saat mobil Nando sudah berhenti di perkarangan rumah.
"Ga deh, gue langsung aja," balas Nando.
"Oke, makasih ya. Hati-hati, jangan ngebut!!,' ujar Naya sebelum membuka pintu mobil dan keluar.
Naya berdiri di depan pagar, Nando menurunkan kaca jendela dan melambaikan tangannya pada Naya. Gadis itu tersenyum dan membalas lambaian tangan Nando.
"Gue duluan!," pamit Nando menjalankan mobilnya.
"Hati-hati!!," balas Naya lalu membuka pagar rumah dan masuk ke dalam ketika mobil Nando sudah menghilang di tikungan.
✨✨✨
Tbc
Thanks for read....