Satrio membuang sampah terlebih di tong sampah depan rumah Sarah sebelum kembali ke rumah.
Ia meraih gagang pintu rumahnya kemudian memanggil wanita yang sudah menemaninya selama dua tahun berumah tangga itu.
"Sayang!" ucapnya begitu mendapati Lina sedang duduk di ruang tamu.
"Iya Mas! udah beres rumahnya Mbak Sarah?" Lina menutup majalah yang sedang ia baca.
"Sudah, ada bangkai tikus" jawab Satrio hendak menghampiri Lina tapi berhenti karena tiba-tiba Lina menutup hidungnya.
"Mas, Kamu kotor banget!" Seru Lina kala melihat Suaminya penuh dengan sarang laba-laba. Satrio nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yaa namanya juga loteng, Dek!"
"Stop! Berhenti disitu! Kamu Bau! Hoekkk!" Lina menutup hidungnya langsung berlari menuju washtafel karena mencium bau tak sedap begitu Satrio mendekat.
"Dek, Kamu ga papa?" Satrio mencium bajunya sendiri, menurutnya tidak bau. Seingat Satrio dia sudah menggunakan plastik untuk membuang bangkai tikus. Mungkin karena Lina sedang hamil jadi hidungnya lebih peka dengan bau-bauan.
"Jangan deket-deket! Mas, mandi lagi sana ganti baju tapi langsung di rendem bajunya ya, Aku ga kuat baunya" ucapnya masih berdiri di washtafel dan menutup mulutnya.
"Iya-iya, Mas mandi lagi nih, untung sayang"
Satrio hendak mencubit pipi istrinya tapi Lina segera mengelak, kalau bagi sebagian suami mungkin Lina dianggap kurang ajar karena menyuruh suami mengerjakan pekerjaan domestik tapi bagi mereka sesuatu yang biasa sudah keinginan Satrio di awal pernikahan akan membantunya selama Satrio tidak sibuk toh Lina juga sudah merawatnya dengan sangat baik.
"Eitsss, Masss!!!" teriaknya menjauh.
Satrio tertawa melihat tingkah istrinya, sejak hamil istrinya memang sangat peka dengan bau-bauan sebenarnya sudah tidak terlalu parah seperti awal kehamilan tapi tetap saja ketika mencium bau tak sedap sedikit Lina langsung muntah.
Satrio membuka bajunya langsung merendam cucian sesuai instruksi nyonya besar. Kemudian lanjut membersihkan diri lagi, kondisi loteng Sarah yang sangat kotor membuat baju yang dikenakan Satrio menjadi ikut kotor maklum namanya juga loteng jarang dijamah kecuali tikus yang suka berlari-larian di sana.
"Tadi Mbak Sarah godain Aku loh" Satrio yang sudah berganti pakaian langsung rebahan di pangkuan Lina. Lina mengernyit kemudian meletakan majalahnya di samping.
"Jangan ngada-ngada deh! Masa iya? Dia kan istri Randu, lagian Aku lihat Mas Randu kan baik ganteng juga" ucapan Lina tanpa sengaja memuji Randu membuat Satrio bangun dari tidurnya.
"Randu ganteng? Gantengan Akulah!" wajahnya sangat dekat dengan Lina, Lina mengerjap-ngerjapkan matanya bingung. 'Apa yang Salah?' Ia hanya berkata apa yang ada dipikirannya.
"Ck, yang bilang gantengan dia siapa? Aku kan cuma bilang Randu ganteng dan baik apa iya Mbak Sarah tega sama Mas Randu" Lina mencubit pelan pipi suaminya, Ia baru sadar sepertinya Satrio sedang cemburu.
Satrio memutar bola mata malas "Yayaya, terus aja di puji"
Gantian Lina yang tertawa melihat Randu cemburu, "Dah ah, masa cemburu sama Randu, suamiku ini paling ganteng se-Indonesia Raya, eh ralat se-dunia" Lina tidak bisa menyembunyikan ketawanya. Tapi pikirannya sedikit terusik karena ucapan Satrio tadi.
'Apa iya Sarah suka Mas Satrio? Ah cuma perasaan Mas Satrio saja mungkin'
"Assalamualaikum, Mbak Lina Mas Randu!" baru saja di bicarakan orangnya sudah muncul, seperti biasa langsung buka pintu karena memang tidak dikunci. Sarah langsung nyelonong masuk dan duduk di sofa. Ia sama sekali tidak sungkan melihat kemesraan suami-istri yang telah Ia ganggu waktunya.
"Ihhh, Mbak Lina sama Mas Sat senengnya mesra-mesraan deh, kasian Aku loh jauh dari Mas Randu" ucapnya tanpa dosa.
"Ya wajarlah Mbak, Kami mesra-mesraan sudah sah apalagi Kami ngelakuinnya di rumah sendiri, yang ngga wajar itu Mbak Sarah nyelonong masuk ke rumah orang belum izin" jawab Satrio tenang Ia sengaja tidak pindah dari posisinya yang sedang bermesraan di sofa dengan Lina.
Lina mencubit pelan pinggang Satrio. Lina memang tidak enakan orangnya, Sarah kan wanita pasti perasaannya lebih sensitif. Pikirnya
"Ck, Kaya sama siapa aja Mas, kan dulu Mas Randu sama Mas Sat satu kostan, udah biasa ah" Sarah menjawab tanpa rasa tersinggung sedikitpun.
Satrio dan Randu sempat satu kostan di semester akhir, Randu sering membawa Sarah ke kostannya atau Sarah sering mengunjungi Randu ke kostan. Berbeda dengan Lina meskipun sering di ajak ke kost tapi hanya sebatas teras halaman saja.
'Owalah, ini kenapa Randu bisa dapet modelan gini' ucap Satrio dalam hati, ia sadar kenapa jadi cerewet sekali pada Sarah. Ini juga karena ulah Sarah yang keganjenan sama Satrio, Ia tidak ingin Sarah berpikir macam-macam tentangnya.
"Itu kan kostan Mbak, beda dengan rumah pribadi" Satrio tak mau kalah, Ia ingin mengetok kepala Sarah sepertinya ada yang konslet otaknya.
"Sudah-sudah, ngomong-ngomong ada apa ya Mbak Sarah?" Lina menengahi mereka berdua.
"Tuhkan, Mbak Lina aja gapapa, ini Aku tadi pesan gofood, buat Mas Sat sebagai ucapan terimakasih, tadi Mas Sat buru-buru banget baliknya" Sarah menyodorkan pizza yang ia beli secara online.
"Duh, ga usah repot Mbak Sarah!" jawab Lina
'Saya juga ga mau repot, tapi gimana donk kan pengen lihat Satrio habis kalo hari minggu Satrio jarang keluar' ucap Sarah dalam hati sambil senyum-senyum, Lina melihatnya sedikit aneh tapi ia abaikan.
"Gapapa Mbak, Aku disuruh Mas Randu tadi mereka kan teman baik" jawab Sarah memberi alasan, memang Randu juga yang minta Ia membelikan buah tangan untuk Satrio.
Setelah menyerahkan kotak pizza Sarah tidak langsung kembali Ia sengaja ingin berlama-lama di rumah Satrio. Karena Sarah tidak beranjak pulang dan sungkan untuk mengusir akhirnya Lina membuatkan minum untuk tamu tak diundangnya itu.
"Kalo gitu sebentar Saya buatin minum dulu untuk teman makan pizza"
Satrio ikut bangun mengikuti Lina ke dapur.
"Mas Sat di sini aja temanin Aku, masa tamu di cuekin!" ucap Sarah menahan Satrio, Ia kan ke sini ingin melihat Satrio.
Lina menoleh ke arah Sarah karena menahannya. 'Benar juga sih masa tamu dianggurin' Lina masih berpikir positif pada Sarah.
"Maaf Mbak, Aku mules! Ngeliat Kamu" jawab Satrio pelan di akhir kalimat tak terdengar Sarah.
"Ngapain sih bikinin minum segala" Satrio menyedekapkan kedua tangannya bersandar pada meja dapur.
"Dia udah bawain makanan, ga enak langsung usir"
"Iya tapi Kamu bikinin teh makin betah, Aku kan mau berduaan aja sama Kamu" Satrio memeluk Lina dari belakang dan meletakan kepalanya di ceruk leher istrinya.
"Mbak Lina!"
Lina dan Satrio menoleh ke sumber suara
'Ya ampun, nih orang bener-bener deh sampe masuk-masuk ke dapur segala' Satrio benar-benar heran dengan tingkah istri temannya itu.
"Eh... Aku mau numpang ke kamar mandi" ucap Sarah matanya tidak lepas menatap Satrio yang sedang memeluk Lina dari belakang, cemburu.
"Silakan Mbak!" jawab Lina.
'Kalau gini terus gagal deh quality time sama Lina, Gue harus mikirin cara supaya Sarah kembali ke rumahnya'
"Mas, udah ah Aku mau bawa minum ke depan" ucap Lina menyadarkan lamunan Satrio yang sedang memikirkan cara mengusir hama daritadi Satrio tidak melepaskan pelukannya.
"Gak mau, biar aja biar dia pergi!"
"Ssttt!!!" ucap Lina bertepatan dengan Sarah keluar dari kamar mandi. Satrio memutar bola mata malas.
"Aku ke teras ya, gerah!" ucap Satrio meninggalkan mereka, mata Sarah terus melihat Satrio sampai tidak terlihat lagi.
"Mbak, Yuk!" Lina menyadarkan Sarah dari lamunannya. Ia mengajak Sarah ke ruang tamu.
"Eh, iya. Enak ya Kamu Lin bisa terus sama Mas Satrio setiap hari" ucap Sarah pada Lina. Lina mengernyitkan alisnya ya wajarlah kan suaminya.
"Maksudnya bareng suamimu, beda kaya Aku ketemu tiga bulan sekali, kesepian Aku" Sarah meralat ucapannya kembali melihat ekspresi Lina yang tidak biasa.
"Ooo... Sabar ya Mbak, nanti juga Mbak bisa bareng sama Mas Randu, diminum tehnya" hibur Lina pada Sarah.
"Aku pamit dulu deh Lin, lupa tadi lagi nyalain mesin cuci" ucapnya tapi tidak mengekspresikan kalau Ia memang benar-benar lupa sedang mencuci.
"Loh?" Lina semakin heran tadi ia semangat sekali bertamu sekarang malah pengen balik.
"Maaf ya ngerepotin" ucapnya sempat meminum teh seteguk sebelum keluar dari rumah Lina. .
"Oh ya, gapapa Mbak!" Lina tersenyum paksa pada Sarah.
Sarah mendapati Satrio sedang menyiram tanaman.
"Mas Sat, Aku pamit dulu ya" Sarah melihat Satrio dengan tatapan menggoda. Satrio sama sekali tidak menoleh hanya menjawab dengan deheman. Untuk apa berbasa-basi kalau memang tidak suka.
"Hmmm.. Ya"
'Ish, Mas Satrio sok jual mahal, Aku sama Lina kan cantikan Aku, lihat aja nanti Kamu bakal kesengsem sama Aku Mas, apalagi kalau sudah.....' Sarah membayangkan adegan ena-ena dengan Satrio tanpa Sadar ia senyum-senyum sendiri.
Syuurrr...
"Masssss Sattttrio" baju Sarah basah kena siraman air selang saat Ia sedang melamun,
"Haha, maaf Mbak nggak sengaja" jawab Satrio,
Sarah menghentakan kakinya sedikit berlari ke rumahnya.
B e r s a m b u n g
kira-kira emang beneram ngga sengaja atau
Sengaja ya Satrio nyiram Sarah?