3. SPSG

480 Words
POV Author Satrio mengikuti langkah Sarah dengan enggan, kalau bukan karena Randu teman baiknya Ia malas untuk membantu Sarah bukan apa-apa tangan Sarah suka ikut bersosialisasi kalau Satrio membantunya, seperti tadi hendak menarik lengan Satrio saat hendak ke rumahnya. Satrio merasa risih dipegang lawan jenis selain istrinya. "Ini loh Mas Sat, baunya nyengat banget kan?" Sarah menunjuk ke arah plafond sumber bau dari rumahnya. "Mbak Sarah ada masker dan tangga?" karena buru-buru Satrio lupa membawa masker. Sarah mengambil masker dari kotak P3K yang memang dia stok. "Tangganya ada di dapur Mas, ambil aja ya, Aku ambil masker dulu" Sarah menuju ruang tengah mengambil masker dikotak P3K "Ini mas!" Ia menyerahkan masker pada Satrio yang sedang berada di atas tangga, saat akan menerima dengan sengaja Sarah memegang tangan Satrio. Satrio dengan sigap melepaskan tangan Sarah yang masih memegang tangannya dan menatapnya tajam. "Eh, maaf" Sarah senyum-senyum menggoda pada Satrio, Satrio bergidik melihat kelakuan Sarah. Sarah duduk di kursi dan memperhatikan Satrio yang naik ke atas plafond lewat lubang khusus untuk naik ke atap. 'Ah Kamu malu-malu aja Mas, coba Kita ketemu lebih dulu pasti Kamu nikah sama Aku bukan saa Lina' gumam Sarah pelan, Satrio dan suaminya merupakan teman satu fakultas dulu saat dikenalkan dengan Satrio dia sudah berpacaran dengan Lina sementara Sarah dan suaminya masih tahap PDKT. Sarah tak mengelak pesona Satrio memang begitu kuat, dari dulu Ia sudah memberikan sinyal kalau tertarik dengannya tapi Satrio tidak peka di dunianya hanya ada Sarah lagipula Lina kan calon pacar Randu. Berbeda dengan Satrio, wajah Randu khas Indonesia, wajahnya cukup tampan dengan kulit sawo matang tubuh pun tidak terlalu kurus dan juga gemuk. Mungkin Sarah merasa kesepian karena sering ditinggal pergi tugas, kantornya belum membolehkan Randu membawa istri. Randu turun dari plafond dengan membawa satu buah kantong plastik berisi bangkai tikus. "Ihhh, Mas Sat. Jijikkk!" Lina bergidik ngeri, Ia sengaja memegang lengan Satrio yang bebas tidak memegang apa-apa. Satrio melepaskan lengannya pelan "Maaf Mbak, Saya risih" ucapnya blak-blakan pada Sarah. "Iya maaf Mas, Aku loh jijik sama tikusnya" Sarah mengerecutkan bibirnya masih dengan mimik dibuat semanja mungkin. Satrio menghela nafas, 'Huffft!!!" kalo saja Randu boleh membawa Sarah, Satrio tidak perlu repot melakukan ini semua. "Mas Sat, Kamu loh dari dulu panggil Aku Mbak, kita kan seumuran. Panggil aja Sarah lagipula Mas Sat sama Mas Randu kan teman baik" "Saya sudah terbiasa panggil Mbak, biar lebih sopan" "Ish, Mas Sat kayak sama siapa aja" Sarah mendorong pelan bahu Satrio. "Aku buatin teh dulu ya Mas" Sarah sengaja menahan agar Satrio lebih lama berada di rumahnya, 'yaa siapa tau Satrio khilaf' bisiknya pelan lantas menutup mulutnya. "Ngga usah Mbak, Lina pasti sudah nyiapin, sekalian Saya mau buang sampahnya" Satrio sengaja menyodorkan bungkusan sampah pada Sarah. Sarah menghindar sambil berteriak genit. "Auww, Mas Sattt!" Satrio segera kabur kembali ke rumahnya. B e r s a m b u n g Sarah meresahkan ya Bun, hihi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD