"Na, ini ada undangan buat kamu." Ibu mengetuk pintu kamar Kanya dari luar, membuat Kanaya yang baru saja pulang bekerja dan ingin merebahkan tubuh di atas kasur terpaksa bangkit kemudian membuka pintu kamarnya, menghampiri ibunya di depan kamar.
"Undangan dari siapa, Bu?" tanya Kanaya.
"Gak tahu, belum Ibu buka." Ibu menyerahkan sepucuk kertas berwarna emas yang dibalut dengan pita warna senada pada Kanaya, kemudian berbalik untuk melanjutkan aktivitas menonton televisi.
Kanaya membolak-balikan undangan di tangannya, mencari sang pengirim nama yang mungkin tertera di sampul undangan, tetapi nihil. Mau tidak mau dia mengerutkan kening memperhatikan undangan yang berada di tangannya. Otaknya berpikir keras memikirkan temannya yang mana yang akan menikah. Perasaan dari tadi grup chat angkatannya adem ayem, tidak ada yang membahas soal menikah.
Kanaya memutuskan membuka undangan itu di dalam kamar. Ada inisial N dan R tertulis besar di cover undangan, membuatnya semakin penasaran dengan nama si pengirim.
Pita emas yang membungkus undangan pernikahan itu berhasil Kanaya buka. Lembar pertama undangan memperlihatkan nama Niko dan Rachel terpampang besar-besar di atas kertas. Hati Kanaya mencelos. Pikirannya otomatis langsung mengarah ke mantan pacarnya. Ini Niko mantannya, bukan? Yang kemarin memutuskannya dan bilang bahwa mereka tidak cocok? Lalu kenapa undangan ini bisa sampai ada di tangannya dengan nama yang sama dengan mantan pacarnya? Lelucon macam apa ini!
Kanaya tidak bisa untuk tidak terkejut. Dia bingung harus berekspresi bagaimana. Di satu sisi dia sedih karena ternyata kata putus yang diucapkan Niko tempo lalu hanya dijadikan alasan agar pria itu bisa berpisah dan menikah dengan wanita lain. Namun, di sisi lain dia juga bersyukur karena dia sudah diperlihatkan sisi b***t mantan pacarnya.
Tidak, tidak boleh begini! Kanaya tidak bisa hanya diam saja setelah merasa dikhianati oleh mantannya. Ini baru selang lima hari setelah mereka putus. Apakah logis jika Niko langsung mendapatkan penggantinya dan memutuskan untuk menikah? Kecuali jika hubungan pria itu dengan calon istrinya adalah hasil perselingkuhan di belakangnya? Kanaya yakin bahwa saat bersamanya, Niko sudah menjalin hubungan dengan wanita itu hingga Niko merasa yakin untuk menikahinya. Itu artinya selama ini Kanaya dibohongi oleh mantannya. Kenapa Kanaya bisa jadi sebodoh ini hingga tak menyadari perselingkuhan mantan pacarnya?
"Pokoknya gue gak boleh keliatan menyedihkan di depan Niko. Apa pun caranya, gue harus keliatan bahagia tanpa dia. Kalau Niko bisa punya pasangan secepat itu, kenapa gue gak bisa?" Itu yang sedari tadi tertanam di otak Kanaya. Sayangnya, dia tak memiliki opsi pria yang akan dijadikan objek pembalasan dendam terhadap mantannya. Selama ini Kanaya selalu menjadi perempuan naif. Dia mengira bahwa jika dirinya menjadi perempuan setia, pasti pasangannya juga akan melakukan hal sama. Nyatanya, dunia tidak sebaik itu. Sekarang dia dikhianati oleh mantan pacarnya dan kebingungan mencari pria untuk melancarkan aksinya karena selama ini dia membatasi hubungan dengan laki-laki manapun untuk menjaga hubungannya dengan Niko agar pria itu tidak cemburu berlebihan.
Kanaya memutuskan menghubungi Laras—sahabatnya dari zaman SMA. Siapa tahu perempuan itu punya solusi atas masalahnya.
Me:
Ras, sibuk gak?
Larasita Ayodya:
Gue baru pulang kerja, nih. Lembur. Kenapa?
Me:
Gak apa-apa. Gue mau minta bantuan lo
Larasita Ayodya:
Bantuan apa?
Me:
Cariin gue cowok
Larasita Ayodya:
Maksudnya? Lo kan udah punya pacar. Ngapain nyuruh gue nyariin cowok?
Me:
Gue udah putus dari Niko
Larasita Ayodya:
Hah? Sejak kapan? Kok gue gak tahu
Kanaya memang tidak memberitahukan hal ini kepada siapa-siapa. Bahkan Ibu dan bapaknya tidak diberitahu soal ini. Dia hanya mencari waktu yang pas untuk memberitahu orang-orang. Apalagi kepada kedua orangtuanya. Mereka sudah lama mengenal Niko, dan ada harapan yang terselip kalau suatu saat Kanaya akan menikah dengan Niko.
Me:
Belum lama ini. Gue belum sempet cerita ke elo.
Larasita Ayodya:
Terus? Lo mau ngelampiasin perasaan lo dengan nyari pacar baru? Come on, Kana. Lo gak bakalan dapat solusi dengan ngelampiasin perasaan lo ke orang lain yang cuma dijadiin alat buat move on dari Niko.
Me:
Hari ini gue dapet undangan dari Niko. Undangan pernikahan dia sama wanita yang gue gak tahu asal-usulnya dari mana. Kami bahkan belum genap seminggu putus, Ras, tapi dia udah mau nikah. Apa kabar sama gue?
Larasita Ayodya:
Sumpah demi apa? Selama ini lo gak diselingkuhin, kan, sama Niko?
Me:
Idk. Gue gak mau mikirin itu
Larasita Ayodya:
Oke, gue bakalan cari cowok buat lo. Pokoknya gue bakal nyari cowok yang segala-galanya lebih dari mantan lo yang b******k itu. Tenang aja, Na. Di pernikahan Niko nanti, lo bakalan angkat dagu setinggi-tingginya dan nyombongin di depan Niko dan istri selingkuhannya itu.
Me:
Thanks, Ras. Gue gak tahu lagi harus minta tolong siapa. Lo tahu sendiri, kan, selama pacaran sama Niko gue gak pernah deket sama cowok. Bahkan kontak cowok di HP gue cuma kontak bokap sama dia, yang lainnya gak pernah gue save.
Larasita Ayodya:
Lagian lo juga bego, sih. Mau-mau aja diatur ini-itu sama Niko. Sekarang baru ketahuan brengseknya dia, kan. Gue bener-bener gak bisa positif thinking sama hubungan dia dan calon istrinya. I mean, yah, you know, lah. Gak masuk akal banget kalo dia cuma butuh waktu kurang dari satu minggu buat nyari istri dan nyiapin pernikahannya secepet ini.
Me:
Gue tahu apa yang lo maksud, Ras. Yah, gue cuma gak berharap kalau plot twist-nya selama ini gue yang jadi selingkuhan, sih.
Larasita Ayodya:
Kalo itu ternyata bener, tinju gue siap melayang buat mantan lo, Na:)
Kanaya meletakkan ponselnya ke atas kasur. Dia menatap langit-langit kamarnya yang saat ini entah kenapa terasa lebih gelap daripada biasanya. Mungkin karena suasana hatinya yang sedang kacau, hingga membuat keadaan di sekitarnya juga terlihat lebih suram.
Tidak munafik kalau Kanaya berharap bahwa apa yang dikatakan Niko tempo lalu hanyalah sebuah candaan. Dia menunggu momen ketika Niko mengetuk pintu rumahnya, kemudian menemui dirinya dan mengatakan bahwa semua ini hanyalah prank. Mereka tidak benar-benar putus. Namun, kenyataan soal kandasnya hubungan mereka baru benar-benar terasa nyata setelah Kanaya menerima sendiri undangan pernikahan dari mantan pacarnya. Semua ini nyata. Hubungan yang selama ini Kanaya jaga selama dua tahun ternyata harus berakhir menyedihkan seperti ini. Tidak, lebih tepatnya menyedihkan bagi dirinya. Apalagi melihat kenyataan bahwa semudah itu Niko melupakan dirinya dan menikah dengan wanita lain. Rasanya hati Kanaya serasa ditusuk-tusuk seribu jarum. Menghujam dan terasa menyakitkan.
***