bc

Indira's Bucket List (Bahasa Indonesia)

book_age12+
516
FOLLOW
2.5K
READ
possessive
love after marriage
fated
second chance
arranged marriage
goodgirl
boss
sweet
bxg
virgin
like
intro-logo
Blurb

Indira tersenyum sedih, karena isi bucket list yang pernah ditulisnya di awal-awal masa perkuliahan jadi hancur berantakan setelah sang kakak menikah dengan laki-laki yang disukai olehnya. Sehingga Indira pun memutuskan untuk melupakan semua bucket list miliknya. Lagi pula, ia sudah menyadari jika menulis bucket list semacam itu adalah hal terkonyol di dalam hidupnya.

Namun, siapa yang menduga kalau lelaki bernama Javier ternyata bersedia untuk membantu Indira mewujudkan salah satu bucket list miliknya, dan Indira malah menolaknya. Karena ia tahu jika itu adalah awal dari sebuah bencana.

...

Kira-kira apa isi bucket list yang pernah ditulis oleh Indira?

Silakan baca kisah sederhana ini untuk mengetahui jawabannya.

Copyright © by: ruangbicara

chap-preview
Free preview
BUCKET LIST - 01
INDIRA'S BUCKET LIST - 01 Indira yang saat ini sedang sibuk mencuci semua piring kotor setelah menyantap sarapan pagi bersama seluruh anggota keluarganya, tampak sesekali mengintip sekilas ke arah halaman belakang rumah melalui jendela kaca yang terletak tepat di hadapan dirinya. Karena saat ini Mahanta sedang menemani Sabrina bermain sepeda di sana. Hingga tanpa sadar, Indira pun dibuat tersenyum kecil begitu melihatnya. Namun, tak lama kemudian, Indira pun mulai tersadar, dan langsung mengerjap-ngerjap pelan. Seharusnya yang menjadi fokusnya saat ini adalah piring-piring kotor yang sedang dicuci oleh dirinya, atau si kecil Sabrina yang sedang asyik tertawa sembari mengendarai sepeda roda empat di halaman belakang rumah, bukannya sosok Mahanta yang sedang menundukkan punggungnya sembari menjaga tubuh putrinya itu dari arah belakang. Indira lantas menarik pelan bagian gorden yang ada di hadapannya, sehingga jendela kaca itu pun langsung tertutup dengan sempurna, dan ia tidak bisa lagi melihat ke arah Mahanta yang masih berada di halaman belakang rumah. Beberapa menit berselang, Indira pun tampak membuka kembali bagian gorden yang tadi sempat ditutup olehnya. Karena ia sudah selesai mencuci piring sekaligus menyusunnya ke tempat semula. Lalu, terlihat lah sosok Mahanta yang sedang duduk di atas sebuah bangku bambu yang terletak di halaman belakang rumah mereka sembari memangku Sabrina yang saat ini sedang memegang biskuit di tangan kanannya. Namun, kali ini laki-laki itu tidak hanya berdua saja bersama putrinya, melainkan bertiga bersama Siera juga. Dan Siera adalah kakaknya Indira sekaligus istrinya Mahanta, yang berarti perempuan itu adalah ibu kandungnya Sabrina. Ketiga orang itu adalah gambaran yang tepat dari definisi keluarga bahagia menurut Indira. Meski Indira tidak bisa menutup mata jika di awal-awal pernikahan, kedua orang tuanya Sabrina itu sempat dijadikan sebagai bahan gosip oleh para tetangga. Karena saat itu rumah tangganya Siera dan Mahanta sedang tidak berjalan dengan normal. Tetapi, semua orang juga tahu betapa Mahanta sangat mencintai istrinya. Indira lantas menghela napas pelan, dan ia pun segera berlalu dari sana. Karena ia ingin segera masuk ke dalam kamar. *** Sore harinya, Indira yang sedang duduk sendirian di atas sofa ruang tengah dengan televisi yang dibiarkan menyala, padahal ia sedang bermain ponsel di sana, tampak memalingkan pandangannya ke arah Mika—adik bungsunya—yang sudah terlihat cantik mengenakan sweatshirt berwarna putih dengan tulisan ‘Angel’ di bagian dadanya. Sementara untuk bawahannya, anak itu tampak mengenakan skinny jeans berwarna biru gelap, serta sepatu sneakers berwarna putih yang terlihat sangat serasi dengan atasannya saat ini. “Kamu mau pergi ke mana? Kok udah rapi aja?” tanya Indira kepada adik bungsunya. Mika lantas memamerkan senyum di bibirnya sembari membenarkan tali sling bag yang akan digunakan olehnya. “Biasa, Kak. Aku mau diajak Bang Genta jalan-jalan.” “Tuh dia, orangnya,” sambung Mika begitu mendengar suara pintu kamar yang terbuka, dan sosok Genta muncul di sana. “Mau jalan-jalan ke mana sih, G?” Indira langsung melemparkan pertanyaan kepada Genta, adiknya yang paling tua. “Ke mana aja, yang penting gak di rumah aja, Kak. Bosen tahu. Apa lagi ini malem minggu.” Tepat setelah Genta mengatakan hal itu, Ira tampak muncul dari arah pintu dapur. Sehingga Genta dan Mika pun segera berpamitan kepada ibu mereka itu. “Kamu gak ikut?” tanya Ira kepada Indira yang langsung menggelengkan kepalanya saat itu juga. “Lagian, Genta juga naik motor kan, Bu? Masa kami harus bonceng tiga?” Ira hanya tertawa begitu mendengarnya. “Minta jemput sama pacar kamu sana,” celetuk Denis yang baru saja muncul di ruang tengah dengan senyum jenaka di bibir tuanya. Sementara di salah satu tangannya terdapat papan catur yang sudah ditutup rapat. Karena ia baru saja selesai bermain catur bersama Mahanta di atas kursi teras. Indira langsung cemberut begitu mendengarnya. “Bapak gak usah ngeledek aku deh, aku belum punya pacar kok.” “Masa sih? Kamu itu cantik lho, Nak. Sama kayak Ibu kamu.” Ira langsung tersenyum, dan memukul pelan bahu suaminya itu. Lalu keduanya pun mulai sibuk mengobrol, sampai tak sengaja melupakan sosok Indira yang saat ini sedang tertegun. Indira ingat betul bagaimana parasnya yang sering dibanding-bandingkan dengan Siera oleh beberapa tetangga serta teman sebayanya saat kakak perempuannya itu baru pindah, dan tinggal di rumah ini bersama mereka semua. Karena hal itu lah, Indira jadi tidak terlalu percaya diri, dan tidak terlalu percaya juga pada beberapa orang yang mengatakan kalau dirinya cantik. Indira sadar, ia memang tidak secantik dan semenarik Siera. Tetapi, apa perlu diperjelas lagi oleh para tetangga, serta teman-teman sekolahnya? Sesungguhnya Indira merasa cukup tertekan dengan itu semua. Namun, ia hanya memendamnya sendirian, dan memilih untuk diam saja. Bahkan ia juga selalu menutupinya dengan senyuman saat dirinya tak sengaja mendengar kalau seseorang sedang mengatakan jika Siera jauh lebih cantik dari pada dirinya. *** “Lagi mikirin apa sih, Pak?” tanya Ira yang akhirnya berhasil menemukan Denis di atas kursi makan. Karena suaminya itu menghilang secara tiba-tiba dari atas ranjang. Padahal saat ini sudah tengah malam. “Enggak mikirin apa-apa kok, Bu. Cuma ....” “Cuma apa?” tanya Ira, karena Denis membiarkan kalimatnya menggantung begitu saja. “Indira.” Hanya itu yang dapat dikatakan oleh Denis kepada istrinya, tapi Denis mengetahui jika wanita paruh baya itu pasti mengerti apa yang baru saja dimaksud oleh dirinya. Terbukti dari raut wajah Ira yang langsung terlihat berubah. “Enggak lama lagi umurnya udah mau dua puluh lima tahun,” gumam Ira dengan pandangan yang sedikit terpaku. Denis hanya menganggukkan kepalanya, tampak membenarkan ucapan istrinya itu. “Kalau aja kita tinggal di kota besar, umurnya Indira enggak akan jadi masalah, Pak.” “Ibu bener, tapi ... kita enggak bisa pindah gitu aja kan, Bu?” Ira langsung tersenyum getir begitu mendengarnya, tapi ia tetap mengganggukkan kepalanya, meski dengan gerakan yang agak samar. “Pasti Bapak berat kan buat ninggalin Siera?” Denis lantas menghela napas panjang. Apa pun yang tidak bisa dilakukan oleh Denis untuk Indira, Genta, serta Mika, pasti Ira akan langsung menyangkutpautkannya dengan sosok Siera. Padahal .... “Bukannya Bapak ngerasa berat buat ninggalin Siera, Bu, tapi ... usaha keluarga kita, rumah kita, terlebih lagi anak-anak juga besar di sini semua, apa kamu tega buat ninggalin semuanya gitu aja?” “Kita mungkin bisa pindah, terus beli rumah baru di kota, tapi gimana sama semua kenangan yang ada?” sambung Denis begitu melihat Ira yang belum juga membuka suaranya, karena sesungguhnya wanita paruh baya itu sedang membenarkan ucapan suaminya barusan. “Tolong, berhenti menyangkutpautkan segalanya dengan Siera, Bu,” pinta Denis sembari menggenggam telapak tangan istrinya itu. Namun, Ira masih saja membisu, karena sesungguhnya ia sudah terbiasa menyangkutpautkan beberapa hal dengan anak sambungnya dari mantan istri suaminya itu. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook