Apabila kalian memiliki teman yang membantumu dalam ketaatan, maka genggam erat tangannya. Karena mendapatkan seorang sahabat itu sulit, sedangkan berpisah darinya itu mudah."
-Imam Syafi'i-
Aqilla yang duduk di samping Rayan membuat Nadia bingung. Karena penasaran, Nadia pun menghampiri Aqilla.
"Aqilla!" panggil Nadia. Aqilla beranjak dan menghampiri Nadia.
"Ada apa, Nad?" tanya Aqilla.
"Aku mau bicara sama kamu. Gimana kalau bicaranya di taman saja?" ajak Nadia. Aqilla pun mengangguk dan mengikuti Nadia ke taman.
Sesampainya di taman, mereka duduk di kursi panjang, di bawah pohon yang rindang. "Aqilla, sebenarnya kamu sama Rayan ada hubungan apa sih?" tanya Nadia penasaran.
"Kamu cemburu?" ucap Aqilla sambil tertawa.
"Cemburu? Ya enggaklah, Qilla. Kamu tahu kan, Rayan itu sekarang genit sama semua cewek," tukas Nadia.
"Iya ... Iya. Aku tahu. Aku juga gak ngerti. Kok bisa saudara sepupuku bertingkah seperti itu? Aku jadi malu punya sepupu seperti Rayan," jawab Aqilla.
"Sepupu? Rayan sepupu kamu?" tanya Nadia tak percaya. Aqilla mengangguk dan tertawa geli melihat ekspresi Nadia yang kaget.
Tiba-tiba Amanda datang menghampiri mereka. "Dicari ke mana-mana, ternyata di sini. Salat Duha, yuk!" ajak Amanda. Mereka pun menyetujui ajakan Amanda dan bergegas ke musala.
Saat Amanda mengenakan mukena, pandangannya tidak sengaja bertemu dengan Rizky yang kini hanya terhalang kaca. Rizky berada di teras musala bersama temannya. Karena malu, Amanda menyuruh Nadia bertukar posisi.
Nadia bingung saat Amanda meminta bertukar posisi. Padahal tadi perempuan itu bersikukuh di sebelah kanan, sekarang ingin di sebelah kiri. Nadia yang penasaran pun melihat ke luar musala dan mendapati Rizky. Mungkin Amanda malu kalau Rizky melihat Amanda salat, pikir Nadia saat itu. Kemudian mereka melaksanakan salat duha dengan khusyuk.
Usai salat, mereka beranjak ke kelas. Sepanjang jalan, Nadia terus menanyakan kenapa Amanda meminta bertukar posisi salat. Amanda yang melihat sahabatnya itu sangat ingin tahu, memberitahu kalau ia malu Rizky menatapnya.
Bagai kebetulan, Rizky bersama temannya sedang duduk di kursi panjang dekat lapangan basket. Amanda memperce-pat langkahnya, sedangkan Nadia melihat Rizky yang mem-perhatikan Amanda dan Aqilla berjalan di belakang Nadia. Amanda berhasil melewati Rizky dan temannya, kemudian masuk kelas. Sementara Nadia tanpa sengaja mendengar pembicaraan Rizky dan temannya.
"Eh yang itu namanya Amanda, ‘kan?" ucap Rizky kepada temannya yang duduk di sampingnya sambil melihat ke arah Amanda.
"Iya," jawab temannya.
Belum terlalu jelas Rizky mengatakan apa, Aqilla lang-sung menarik tangan Nadia dan berlari masuk kelas.
Sesampainya di kelas, Nadia mendengus kesal kepada Aqilla. Kemudian mereka menghampiri Amanda dan duduk di sebelahnya.
"Amanda!" panggil Nadia.
"Hemm," jawab Amanda.
"Tadi, kalau tidak salah dengar, Rizky tanya ke temannya soal kamu. Kok mereka kenal kamu sih? Ya aku sih kenal Rizky. Secara, dia kan vokalis hadrah bareng Alvin. Tapi kok dia kenal kamu juga? Terus temannya juga kenal kamu," tanya Nadia ingin tahu.
"Masa sih? Dia kan anggota ROHIS, jadi kenal waktu ikut ROHIS. Terus temannya itu, teman SMP aku. Namanya Malvin. Aku jadi takut, Nad. Takut kalau Malvin cerita banyak ten-tangku kepada Rizky," jawab Amanda.
"Cerita banyak tentang apa?" Lagi-lagi Nadia ingin tahu.
"Dulu aku pacaran sama sahabatnya Malvin. Aku takut Malvin menceritakan kepada Rizky kalau aku pernah pacaran," jawab Amanda dengan muka sedih.
"Insyaallah gak bakalan, Manda. Kalau pun benar, ya tidak masalah. Dulu aku juga pernah pacaran. Bukanya kalau ada seseorang yang menyukai kita harus menerima keku-rangan kita? Ya, kekurangannya itu kita pernah pacaran. Seenggaknya kita sudah berubah dan meninggalkan perbuatan dosa itu, ‘kan? Aku tahu kamu mulai menyukai Rizky. Kalaupun Rizky menyukai kamu, pasti ia menerima segala kekurangan kamu, dong! Sudah, jangan takut apa pun. Sekarang, cukup mencintainya dalam diam. Aku gak mau ka-mu berharap lebih kepada seorang hamba melebihi cintamu kepada Allah. Aku tahu, jatuh cinta memang fitrah manusia. Namun, cinta yang abadi hanya mencintai Allah dan Rasulullah." Ada jeda sejenak. Kemudian, Nadia melan-jutkannya.
"Amanda, jagalah hati kita hanya untuk jodoh kita kelak. Siapa pun dia, entah di mana pun ia berada, pasti ia juga menjaga hatinya untuk kita. Sekarang kita harus meman-taskan diri untuk menjadi lebih baik. Supaya kelak mendapat jodoh yang baik akhlaknya, sehingga bisa menuntun kita untuk masuk ke jannah-Nya," jelas Nadia
Amanda terharu sekaligus bangga dengan perkataan sahabatnya itu, begitu pun Aqilla yang sudah sadar dari lamunannya. Mereka langsung berhambur memeluk Nadia.
"Uhibukki fillah, Sahabatku," ucap Amanda. Nadia pun tersenyum dan menghapus air mata Amanda dengan ibu jarinya.
"You're my best friends. I hope we together until Jannah," lanjut Aqilla.
Mereka mengaminkan doa Aqilla. Teman-teman kelas-nya senang melihat persahabatan mereka, bahkan ada yang iri. Persahabatan mereka berlandaskan cinta karena Allah. Bahkan Imam Syafi'i pernah berkata, "Apabila kalian memiliki teman yang membantumu dalam ketaatan, maka genggam erat tangannya. Karena mendapatkan seorang sahabat itu sulit, sedangkan berpisah darinya itu mudah."
Banyak orang datang dan pergi dari kehidupan kita. Namun, hanya sahabat sejatilah yang mampu bertahan. Pertahankan sahabat yang bisa mengajak kita berhijrah ke jalan-Nya. Yang senantiasa mengingatkan untuk selalu berbuat baik.