3

1177 Words
Alisa terus terisak dan masih terus duduk di lantai meratapi nasib yang sebentar lagi akan menghampirinya. Nasib menjadi p*****r seseorang tanpa dia inginkan. Tiba-tiba lengan Alisa ditarik berdiri dengan paksa dan orang itu memeluknya dengan erat. "Sekarang kamu adalah milikku," ujar Mark dengan suara mulai b*******h. "Tidak!" Alisa memberontak berusaha melepaskan diri dari dekapan laki-laki itu tapi kekuatannya tidak sepadan hingga dia masih tetap berada di dalam dekapannya. Mark mencium Alisa dengan paksa dan memagut bibirnya b*******h. Saat pertama kali menyentuhkan bibirnya pada wanita ini gairahnya langsung bergejolak tinggi. "Awh!" teriak Mark saat merasakan bibirnya digigit hingga berdarah. Mark menatap Alisa dengan tajam. Dia segera melepaskan Alisa saat bibirnya terasa begitu sakit dan saat ini Alisa bergegas menjauh dari dia sambil menatapnya dengan waspada. "Kamu beruntung aku masih ingin menikmati tubuhmu dan aku tidak suka tubuh yang memar-memar atau pun penuh luka, jika tidak mungkin saat ini kamu akan mati di tanganku." "Silahkan saja jika ingin membunuhku, hal itu tampak lebih baik dari pada harus disentuh olehmu!" teriak Alisa marah. Mark tersenyum mendengarnya, baru kali ini seorang wanita membenci sentuhannya, biasanya mereka berlomba-lomba ingin disentuh olehnya dan berlomba-lomba untuk berada di posisi wanita ini. Dia lupa menanyakan siapa nama wanita ini. "Aku suka tantangan, aku akan membuatmu merintih, mendesah dan menjerit nikmat karena sentuhanku." "Menjijikkan!" "Lebih baik kamu serahkan dirimu secara suka rela padaku dan hemat tenagamu untuk bercinta denganku saja karena apa pun yang kamu lakukan dan apa pun yang terjadi, malam ini kamu akan menjadi milikku karena aku sudah membelimu." "Lebih baik aku mati dari pada menyerah dengan mudah padamu, kamu sama saja berengseknya dengan keluargaku!" maki Alisa kesal. "Baiklah," timpal Mark menghela napas dan mulai menggerakkan tubuhnya seolah-olah sedang melakukan pemanasan untuk berolahraga. "Aku sudah lama tidak perlu memaksa seorang wanita, kamu membuatku semakin b*******h. Dengan senang hati aku akan memerkosamu jika itu yang kamu mau." Ia hanya diam dan memandang Mark semakin waspada. Dengan pelan dia berjalan menghampiri Alisa dan saat melihat Alisa mencoba kabur, dia mempercepat langkahnya dan hanya dalam waktu sekejap Alisa sudah berada di dalam pelukannya dan dia menggendong Alisa yang berteriak dan menjerit histeris di bahunya. Dia membawa Alisa ke kamar yang sudah dirinya sediakan untuk menyekap Alisa dan melemparkannya di atas ranjang hingga dress yang Alisa pakai tersibak dan memperlihatkan paha mulusnya. Dia semakin tersenyum saat melihat tubuh Alisa yang tampak di hadapannya walau hanya sesaat karena Alisa segera menarik turun dress-nya untuk menutupinya lagi. Dia membuka pakaiannya dengan cepat hingga tanpa sehelai benang pun dan tangannya turun naik mengosok-gosok miliknya yang sudah sangat b*******h. Alisa terbelalak melihat itu semua karena dia belum pernah melihat tubuh laki-laki telanjang. Ia mulai merasakan rasa takut menghinggapinya. "Jangan, tolong lepaskan aku! Aku akan mengembalikan uang yang diambil keluargaku." "Ke mana gadis yang tadi pergi?" tanya Mark tersenyum sinis saat akhirnya wanita itu tampak ketakutan. Alisa ingin berpaling dari tubuh Mark tapi dia tidak berani karena laki-laki itu sewaktu-waktu bisa menyerangnya. "Aku mohon, lepaskan aku! Aku akan mengembalikannya. Aku akan meminta Omku membayarmu." Mark hanya tertawa mendengarnya. "Jika Ommu memang sekaya itu kenapa orang tuamu perlu menjualmu?" "Aku tidak bohong, aku mohon lepaskan aku," pinta Alisa. "Aku akan melepaskanmu setelah aku puas menikmati tubuhmu yang sudah aku beli dengan harga yang begitu mahal. Padahal aku bahkan bisa mendapatkan gadis mana pun dengan gratis," ucap Mark sambil naik ke ranjang, meraih dan menindih tubuh Alisa. "Tidak!" jerit Alisa saat Mark menindihnya dan mulai mencumbunya. Sekuat tenaga Alisa berusaha terus mendorong Mark dari atas tubuhnya tapi laki-laki itu sama sekali tidak bergerak sedikit pun bahkan saat ini dia sudah menurunkan bagian depan gaun Alisa dan mencumbu payudaranya dengan b*******h. Menghisap dan memagut p****g Alisa dengan keras. "Jangan, Mark, please!" pinta Alisa berharap bisa menghentikan semua ini terjadi padanya. "Aku suka mendengarmu mengucapkan namaku," timpal Mark dan kembali menikmati p******a Alisa secara bergantian. Alisa hanya bisa menangis saat dirinya semakin lelah berusaha melepaskan diri dari Mark tapi semuanya tampak sia-sia saja. Sampai akhirnya dress yang Alisa pakai dibuka dengan paksa oleh Mark dan perlawanan Alisa untuk mempertahankannya sia-sia saja. Dia mencampakkan dress yang berhasil direngutnya dengan cepat dan dia kembali mendekati tubuh Alisa yang saat ini hanya memakai celana dalam saja. "Jangan!" isak Alisa berusaha menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya. Tapi Mark kembali menarik dengan paksa celana dalam Alisa hingga dirinya polos sepenuhnya dihadapan laki-laki itu. "Jangan! Aku mohon," isak Alisa dengan air mata yang semakin deras berusaha mempertahankan hartanya yang paling berharga. Ia berusaha menutupi p******a dan area intimnya dengan tangannya kembali saat Mark menegakkan tubuhnya untuk mencampakkan pakaian terakhir Alisa. Dia kemudian kembali memegang lengan Alisa dan menariknya ke atas. Dia menatap tubuh Alisa dan memeriksanya dengan teliti melihat semuanya dengan seksama bahkan wajah gadis itu yang berlinang air mata malah semakin menambah gairahnya. "Sekarang aku akan mencicipi dirimu dan mencari tahu apa aku harus menyesali atau merasa senang karena menghabiskan begitu banyak uang untuk tubuhmu. Berapa kali mereka sudah menjualmu?" Alisa bergeming tidak mau menjawab pertanyan itu dan hanya terus menangis, ia sudah pasrah karena dirinya tidak mungkin akan bisa lolos lagi dari hal ini. Ia membenci kedua orang tua dan kakaknya karena ini. Ia tidak akan pernah memaafkan mereka lagi. Mark kemudian kembali mencumbu Alisa yang sudah terdiam di bawah tubuhnya dan merasa jika mungkin wanita itu akhirnya sadar jika dia tidak akan bisa melawan apa yang seharusnya akan terjadi. Dia menghisap p******a Alisa dan bergerak semakin turun menuju area intimnya. Dia terus turun menyusuri perut Alisa yang rata, menciumnya pelan sambil jarinya mencari kehangatan Alisa dan menyentuhnya. "Tidak!" jerit Alisa dan kembali memberontak. Bahkan kali ini dia menendang Mark hingga terjatuh di ranjang dan dia bergegas kabur dari sana menuju kamar mandi dan menguncinya. Alisa duduk di bathtub dan meringkukkan tubuhnya dengan ketakutan. Mungkin dia akan membunuhku kali ini. Ia senang jika itulah yang mungkin akan terjadi. Pintu kamar mandi terpental dan tampak sosok Mark yang marah melangkah masuk menuju Alisa. Ia merundukkan kepalanya dan memeluknya dengan erat saat Mark semakin dekat. Dirinya sudah mempersiapkan tubuhnya menerima rasa sakit karena itulah yang akan selalu diterimanya jika membuat laki-laki dikeluarganya marah. Jerome dan Thomas tidak akan segan-segan menghajarnya dengan tinju mereka dan Sheila hanya akan diam menonton. Dia memberanikan diri melihat saat tidak merasakan rasa sakit dalam waktu lama. Dirinya benar-benar meringkuk seperti seekor anjing yang ketakutan. Saat Alisa melihat, Mark menariknya keluar dari bathtub dengan paksa dan kembali memanggulnya di bahu. Ia begitu terkejut karena Mark tidak memukulnya hingga dia lupa melawan dan dengan mudah laki-laki itu kembali menggendongnya ke ranjang. "Jangan mencoba kesabaranku, Nona, karena kesabaranku punya batasannya," ucap Mark dingin saat sudah melemparkan Alisa di ranjang dan kembali menindihnya. "Kenapa?! Kenapa kamu tidak membunuhku?!" "Karena aku tidak ingin menyia-nyiakan uang 100 jutaku, aku akan membunuhmu saat aku sudah puas menikmati uang 100 jutaku," ucap Mark dan membuka paha Alisa yang terlentang dengan paksa. "Jangan!" jerit Alisa sebagai usaha terakhirnya tapi hal itu sia-sia karena Mark mulai memasuki kehangatannya dengan perlahan. Ia terdiam saat merasakan rasa sakit mulai menghampirinya dan kemudian rasa sakit itu semakin meningkat seiring tubuh laki-laki itu yang semakin berusaha memasuki tubuhnya. "Akh!" jerit Alisa saat Mark memasukkan dirinya sepenuhnya ke dalam miliknya. "Perawan? Di daerah ini? Sungguh sesuatu yang langka," ucap Mark tersenyum dan sekaligus terdiam. Membiarkan wanita itu terbiasa akan miliknya yang berada di dalam tubuhnya. Air mata mengalir di kedua pipi Alisa saat merasakan rasa sakit itu dan ia tahu jika hartanya yang paling berharga sudah hilang dan dia sudah menjadi wanita jalang saat ini. Ia memejamkan matanya tidak ingin menatap wajah laki-laki yang sudah memerkosanya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD