27 : Alika Naila Putri

2440 Words

Bukannya membalas ucapanku tadi. Ibu Diajeng malah sibuk dengan teh chamomile beliau sendiri. Mungkin kalimatku harus dibalas dengan kalimat sakti. Makanya perlu ketenangan dalam membalas. Aku meletakkan siku kedua tangan di atas lengan kursi, lalu tangan kiriku memegang keempat jari tangan kananku.  Aku mengarahkan pandangan pada hamparan bunga. Menggigit ibu jari tangan kanan, aku memandang keindahan kebun bunga Ibu Diajeng dari ujung kiri hingga ujung kanan. Tidak akan ada bosannya walau hanya melihatnya seperti ini. ”Bagaimana dengan ayah dan bunda kamu, Al?” Aku berhenti menggigit ibu jari tangan dan menjauhkan dari mulutku. ”Apa ayah dan bunda kamu sudah tahu mengenai masalah kamu ini?” tanya Ibu Diajeng lagi. Satu saja belum aku jawab sudah nambah. Aku menoleh ke arah Ibu Diajeng

New users can unlock 2 chapters for free!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD