karin
Karin adalah seorang gadis berusia tujuh belas tahun blesteran Jepang. gadis kelas tiga SMA ini memiliki paras yang sangat cantik dan imut. Ia sangat di sanjung di sekolah karna kecantikannya, dan juga sikapnya yang baik dan ceria membuat semua orang menjadi betah bersamanya.
Karin memiliki kekasih yang sangat ia cintai bernama dion. Seorang ketua osis dan banyak di gilain wanita. tapi pilihannya jatuh pada seorang gadis lembut, yaitu Karin.
Hubungan mereka berdua berjalin dengan sangat baik selama ini, bahkan membuat siapa saja iri dengan hubungan mereka yang terlihat harmonis. seorang karin yang sangat cantik di pasangkan dengan dion yang tampan,sungguh perpaduan yang sempurna.
karin juga merupakan siswa yang berprestasi, memiliki banyak teman, di sayang guru ,dan sering di puji oleh banyak orang. Namun semuanya berubah drastis ketika sang adik tiri masuk ke sekolah yang sama dengannya. amel sosok saudara tiri yang pintar dan pandai memanipulasi orang , mampu membuat hidup karin berubah seratus persen.
karin yang awalnya memilki banyak teman , di sanjung, dan disayang guru tiba tiba saja di jauhin dan menjadi korban bullying. Ya, itu semua karna sosok amel yang mengambil alih kepintaran sekolah dan membeberkan berita palsu tentang karin yang menjadi saudara tiri jahat.
Tidak ada lagi karin yang di puji-puji karna semua itu beralih pada amel. namun karin tidak mempedulikan itu semua karna satu hal yang penting baginya ialah dion sang kekasih masih setia padanya.
" bibi hari ini masak apa?," tanya karin sembari membuka tudung saji .
" bibi masak makanan kesukaanmu non, non karin kan suka banget sama ayam kecap," jawab bibi asa sang asisten rumah tangga karin.
Karin tersenyum puas memandang makanan kesukaanya di atas meja. namun senyuman itu luntur lantaran makanan tersebut tidak tersentuh sedikitpun.
" loh bi kok masih banyak? "
" mama sama papa tidak makan ya? " tanyanya berbalik badan menatap bi asa.
Bi asa menghela nafas berat. " mereka semua makan di restoran non..... Itu aja bibik baru masak untuk non karin "
Mendengar hal tersebut karin pun menunduk. pergi ke restoran ya? Kenapa dia gak di ajak?. padahal karin ingin sekali pergi bareng bersama keluarga barunya. Jika tau begini karin lebih baik tidak mengijinkan mamanya menikah dulu, Ia sekarang seperti tidak mengenali sosok ibunya .
Ibunya yang lemah lembut, penyayang, dan memanjakannya, menjelma menjadi sosok ibu tiri. ia berubah 180° pada karin dan hanya peduli pada keluarga barunya.
Bi asa yang melihat karin tertunduk pun ikut menjadi sedih. walau ia tau kalau karin tengah memendam rasa sedihnya saat ini . biar bagaiamana pun bi asa lah saksi bisu berubahnya kehidupan karin.
bi asa yang lagi memperhatikan karin tiba tiba saja terkejut saat melihat telapak tangan gadis itu memar kebiruan. dengan cepat ia berjalan mendekati karin dan menarik tangan gadis itu.
" non ini kenapa?, " tanyanya panik
melihat itu karin buru buru menarik tanganya kembali, namun hal itu gagal karna bi asa menggenggam tangan karin dengan kuat.
" di tusuk pakai bulpoint bi," lirih karin tertunduk
Mendengar hal tersebut tentu saja membuat hati bi asa terkikis. Ini bukan kali pertama ia mendapati memar atau lecet di tubuh karin, sudah sangat sering ia melihat pemandangan seperti ini. namun yang membuatnya semakin iba ialah karin tidak pernah mengeluh dan dendam dengan orang yang menyakitinya.
" bibi obatin ya ," tanpa menunggu persetujuan dari karin bi asa membawa gadis itu duduk di kursi makan dan mengobatinya dengan pelan.
sementara karin yang melihat ketulusan bi asa dalam merawatnya menjadi sangat tersentuh. mata karin mulai berkaca kaca , tetapi sebisa mungkin ia menahannya agar cairan bening itu tidak tumpah.
sementara di sisi lain, bi asa sudah menumpahkan air matanya dan sesekali menyekanya. bagaimana tidak, telapak tangan karin berlubang dan masih menyisakan bercak darah. bi asa tidak bisa membayangkan sakit yang di tahan oleh karin.
" udah selesai, sekarang non karin makan ya " ujar bi asa sambil menyiapkan makanan untuk gadis itu.
karin hanya bisa mengangguk sambil terus memperhatikan bi asa. baginya bi asa adalah seorang yang sangat berharga untuknya, ia seolah mendapatkan peran peganti ibu dari bi asa.
" makasih bi..... aku makan ya, " senyuman mengembang di wajah karin tak kala satu sendok suapan masuk ke dalam mulutnya. satu hari yang ia lalui dengan berat seolah menghilang begitu saja.
melihat Karin yang makan dengan lahap bi asa pun tersenyum tanpa melepaskan pandangan dari gadis itu." makan yang banyak non "
setelah menunggu karin makan, sekarang saatnya bi asa menanyakan perihal kenapa tanganya bisa sampai berlubang seperti itu. ia duduk di hadapan gadis itu dan mengelus rambutnya ke belakang.
" ini kenapa non? "
karin mengehela nafas berat," ini memang sudah biasa, tapi hari ini amel memfitnah ku."
" fitnah bagaimana? "
" amel sengaja jatuh di depan kelas dan menuduh bahwa akulah yang mendorongnya. setelah itu semua teman kelas menyerangku , mendorong, dan menusuk bulpoin, " jelasnya dengan suara parau menahan tangis.
ingin rasanya bu asa memeluknya, namun sebelum ia mendekap gadis itu tiba tiba saja pintu depan terbuka dan nampaklah keluarga harmonis baru itu.
karin yang melihat kedatangan ibunya menjadi sangat antusias dan berlari kecil menghampiri sang ibu . Ia berharap akan mendapatkan perhatian dari ibunya dari luka yang ia derita.
namun karin harus menelan kekecewaan saat ibunya malah mengacuhkannya dan berjalan melewatinya begitu saja. dengan perasaan sangat kecewa karin berusah tetap tegar dan bersikap semuanya baik baik saja .
" opsss tangan lo kenapa? di tusuk ya? "
" hahaha mampus lo, sekarang gue akan merebut apa yang menjadi milik lo!, " tegas amel dengan tatapan menusuk pada karin.
bukan tanpa alasan amel benci pada karin, ia hanya iri dengan gadis itu karna karin lebih cantik di bandingkan dengan dirinya. Karin yang murah senyum dan seorang blasteran mampu membuat amel cemburu, ia bertekat akan membuat Karin kehilangan segalanya.
Karin yang mendengar amel berbicara seperti itu tentu sedih jadinya, padahal dalam hatinya tidak pernah ada niatan untuk bersaing dengan saudara tirinya itu.
saat karin ingin menjawabnya tiba-tiba saja suara bel pintu mengalihkan fokusnya. Karin bisa mendengar suara seseorang yang ia rindukan di balik pintu itu.
dengan cepat karin melewati amel dan membuka pintu tersebut dengan perasaan senang . dan benar saja, yang membunyikan bell adalah sang kekasih tercinta dion. lelaki itu berdiri dengan senyumannya yang memukau, sebuah senyuman yang mampu membuat karin tenang.
" kamu kok tiba tiba kesini? " tanya karin karna tidak biasanya dion kemari tanpa memberitahunya.
dion tersenyum, " apa aku harus memberitahu dulu jika ingin bertemu dengan tuan putri hmm?, " tanyanya dengan senyuman menggoda.
Karin yang mendengar itu seketika tersipu malu, bahkan ia bisa merasakan pipinya memanas sekarang.
" kamu mau ngapain kesini? "
dion menggenggam tangan karin dan mengelusnya lembut. " ayo kita keluar. " tanpa menunggu jawaban dari karin dion langsung menariknya dan membawa gadis itu ke motornya.
dengan hati hati dion memasangkan helm pada karin dan sesekali menggoda gadis itu karna terlalu gemes.
" kita mau kemana?," tanya karin setelah naik ke atas motor.
" ke kafe biasanya ." Ia menarik tangan karin sehingga gadis itu memeluknya.
karin yang di perlakukan seperti itu tentu saja menjadi senang, ia tersenyum dan menyandarkan kepalanya di punggung dion.
sampai juga kedua insan itu di sebuah kafe pinggir taman yang indah . tempat ini selalu menjadi tempat andalan keduanya untuk berkencan. dan di kafe ini lah untuk pertama kalinya dion mengatakan cintanya pada karin.
setelah keduanya turun dari motor dion pun menautkan jarinya di jari karin dan masuk kedalam kafe. keduanya langsung duduk di tempat favorit mereka yaitu meja pinggir kaca.
" mau pesan apa?," tanya seorang barista yang siap mencatat pesanan.
" pesan lah sayang " ucap dion
karin mengangguk dan mulai memilih menu yang tertera. namun tanpa ia sadari sang barista tengah memperhatikannya dalam diam.
Ya, barista itu adalah alfie yang telah lama memendam rasa pada seorang yang ia lihat di kafe ini.
" saya pesan cappucino sama cake strawberry "
" kalau begitu saya sama dengan dia." Lanjut dion.
alfie mengangguk dan pergi dari sana.
setelah alfie pergi dion menatap karin dengan intens, melihat betapa cantiknya gadis di depannya ini. sosok gadis yang cantik dan lemah lembut yang mampu mencuri hatinya.
sedangkan karin yang sadar jika ia sedang di perhatikan sontak menjadi malu dan memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
dion yang lagi asik memperhatikan karin tidak sengaja melihat luka di tangan gadis itu. ia menarik tangan karin dan melihatnya dengan jelas.
" ini kenapa? "
karin terdiam dan tertunduk.
" karin jawab!! "
" di tusuk pakai bulpoin," lirihnya
dion mengusap wajahnya kasar, sudah ia duga pasti ini salah satu ulah anak-anak sekolah.
" kenapa lagi? "
" amel menuduh ku mendorongnya "
hening.
dion seperti tidak percaya dengan alasan yang diberi karin. setiap hari pasti alasan seperti ini yang di katakan karin.
dion tidak tau mana yang benar karna setiap siswa di sekolah selalu bilang kalau karin lah yang jahat pada amel . tapi di satu sisi ia juga berpikir tidak mungkin karin melakukan hal seperti itu.
" kamu tidak percaya padaku?." tanya karin setelah melihat wajah ragu dion.
dion menggeleng " aku percaya kok "
karin tersenyum lega mendengarnya, ia takut jika dion ikut ikutan seperti anak lainnya yang menjauh darinya.
semua sudah menjauh dari karin kecuali satu sahabatnya bernama fanny. sosok yang menjadi pelindung bagi karin jika ada yang mengganggunya. sosok yang tidak meninggalkan karin seperti sahabatnya yang lainnya.