alfie

1663 Words
Alfie adalah seorang lelaki yatim piatu yang tinggal di sebuah kos bersama temannya bernama raka. Ia dan raka berasal dari panti asuhan yang sama dan memutuskan untuk keluar di saat usia mereka menginjak empat belas tahun. seorang lelaki pecinta hujan dan memiliki paras yang tampan. bahkan ketampanannya melebihi pacar karin, yaitu dion . Keduanya hidup bercukupan dengan bekerja di sebuah kafe sebagai barista. Pendapatan mereka juga di simpan sebagai tabungan dan kebutuhan lainnya. Keduanya saat ini berusia delapan belas tahun dan baru saja lulus dari sekolah. walaupun begitu raka selalu meminta alfie agar berhenti bekerja karna penyakit yang ia derita sejak lahir. penyakit itu membuat tubuh alfie menjadi lemah dan harus bolak balik kontrol ke rumah sakit. namun akhir akhir ini alfie merasa akan menyerah karna tak tahan lagi dengan sakitnya. Penyakitnya saat ini sudah masuk di tahap akhir yaitu stadium empat. Hatinya sudah sangat rusak. Ya, alfie mengidap kanker hati stadium 4 . dan karna keterbatasan ekonomi membuat sakitnya semakin parah. beberapa tahun lalu dokter menyarankan agar alfie melakukan cangkok hati. tetapi alfie menolak karna tidak memiliki uang untuk menjalankan oprasi tersebut. Alfie sudah bisa menerima kenyataan bahwa ia hanya akan bisa bertahan hidup selama tiga bulan. dan selama hidupnya ini alfie belum pernah merasakan kebahagiaan, kasih sayang orang tua, kesehatan, maupun cinta. namun beberapa hari ini ia merasakan getaran aneh dan perasaan sayang pada seorang pelanggan. alfie tidak tau kenapa ,tetapi saat melihat gaids itu jantungnya berdebar sangat kencang. dan alfie bisa menyimpulkan bahwa ia tengah jatuh cinta saat ini. " ssutt... ada si cantik tuh," goda raka sambil menyenggol lengan alfie karna tidak tau siapa nama gadis itu, jadi mereka hanya memanggilnya dengan sebutan si cantik. walaupun itu memang fakta sih. alfie tersenyum malu sembari sesekali melirik ke arah gadis tersebut. walaupun ia tahu gadis itu sudah memiliki kekasih , namun ia tetap menaruh perasaan cinta padanya. alfie fokus membuat cappucino special untuk sang pujaan hati. ia membuatnya penuh dengan cinta kecuali untuk pesanan satunya. khusus untuk gadisnya saja ia buat sepcial, kalau untuk yang lain biasa saja. " al kalau cinta ungkapin aja " alfie menggeleng," gak bisa ka, dia udah punya kekasih, lagi pula gue dan dia gak akan bersatu." sungguh iba sekali raka melihat nasib temannya ini. di saat ia menemukan kebahagiannya takdir malah memberinya waktu yang singkat. setelah selesai membuat pesanan, alfie dengan hati hati membawanya ke meja tersebut. dari jauh ia harus menguatkan hatinya karna melihat sang pujaan hati sedang bermesraan dengan kekasihnya. " silahkan, " ujarnya sembari menaruh pesanan ke atas meja. sesekali ia mencuri pandang pada karin. " makasih," balas karin seraya tersenyum manis yang mampu membuat jantung alfie berdebar tak karuan. alfie mengangguk sekilas, kemudian pergi dari sana dan kembali ke tempatnya dan raka. " cieeee di senyumin," goda raka yang memang melihatnya dari jauh. " dia sangat manis," gumam alfie, namun tiba tiba ia terdiam saat merasakan sesuatu hendak keluar dari mulutnya. " huekkk... " alfie berlari ke wastafel kamar mandi di susul oleh raka yang melihatnya dengan cemas. di sana alfie muntah hebat mengeluarkan makanan yang hari ini ia makan . sementara raka tetap setia memijat tengkuknya dari belakang. setelah selesai, alfie pun mencuci mulutnya dan berlalik badan melihat raka dengan lesu. wajah lelaki itu nampak sangat pucat seperti mayat hidup. " udah lebih baik ? " alfie mengangguk, ia seperti tidak memiliki tenaga lagi untuk berbicara. melihat hal itu raka dengan hati-hati menuntun alfie dan memberinya obat. sungguh itu adalah obat yang sangat banyak dan berbeda dari obat yang biasanya raka temui di apotik. " gue gak ingin minum ka," tolaknya mendorong obat yang di sodorkan raka. " lo harus minum!! " alfie tersenyum hambar, " gue minum pun tidak akan membuatku berubah ". raka menghela nafas berat, alfie selalu saja seperti ini. " al bertahan, apa lo gak mau menikmati waktu sebentar bersama si cantik? " alfie mematung, memang benar kata raka. walaupun waktunya cuman sebentar apa salahnya jika bertahan untuk si cantik?. " baiklah gue minum." ia mengambil obat dan tangan satunya memegang gelas. melihat sahabatnya meminum obat membuat raka menjadi sangat lega . ia sebenarnya takut jika sahabat satu satunya itu pergi meninggalkannya. " ka bagaimana kalau gue pergi meninggalkan lo?." tanya alfie tiba tiba raka menggeleng." lo gak akan pergi, bukankah lo mau membangun perusahaan dan menjadi bos di sana suatu saat nanti " alfie terkekeh mendengarnya, ia memang mempunyai mimpi membangun perusahaan dan menjadi bos disana. namun ia sadar diri dengan kondisinya saat ini . " kalau gue gak bisa mewujudkannya, gue mau lo yang melakukannya," lirihnya menatap raka hening. alfie maupun raka sama sama terdiam dan berperang dengan pikiran masing-masing. " hehe ayo lanjut bekerja," kekeh alfie sembari menepuk pelan pundak raka. keduanya kembali bekerja walau alfie harus menahan sesak dan sakit yang luar biasa. badan lelaki itu juga perlahan menurun. padahal alfie dulunya memiliki body yang nyaris sempurna. tanpa raka sadari alfie sesekali menyeka air matanya saat merasakan sakit yang tak tertahankan. saat ia merasa sakit, alfie pasti akan langsung menoleh ke arah karin sebagai bentuk penyemangat. ia merasa sedikit lebih baik melihat senyuman manis gadis itu. namun ada satu hal yang membuat alfie bertanya tanya, yaitu wajah karin nampak sendu walau ia tengah berdua dengan orang yang dia cintai. alfie pun tidak tau mengapa tetapi ia selalu berharap karin akan selalu baik baik saja. karna hari sudah larut keduanya kembali ke rumah dengan berjalan kaki. kebetulan sekali kos keduanya dekat dengan kafe, jadi mereka tidak membutuhkan transportasi dan bisa menghemat biaya. setelah mandi dan makan malam, alfie melangkah ke halaman belakang rumah dan duduk lesehan di atas rumput. raka sudah tidur jadi hanya dia sendiri di sini di antara keheningan malam. alfie terus memperhatikan bintang yang indah dan menyejukkan mata itu. sungguh melihat bintang mampu membuat ia merasa lebih baik. " apa si cantik melihat bintang yang sama? " " dia sangat cantik sehingga aku tidak bisa membedakan cantiknya dengan cantik bintang " ia terkekeh " aku ingin bertemu dengan mu " " sebelum aku pergi bisakah kita bertemu dan berteman? itu akan membuat kepergian ku dengan tenang nantinya." ia menyeka cairan bening yang menetes dari pelupuk matanya. " aku cinta, aku mencintaimu " ia memeluk kedua kakinya dan memejamkan matanya menikmati hembusan angin. wajah yang sedikit pucat itu tersenyum tipis menambah pesona ketampanannya. sementara di satu sisi, karin tengah duduk di balkon kamarnya sambil melihat bintang. entah kenapa dari tadi ia ingin sekali melihat bintang di luar. seperti ada sesuatu yang menariknya kemari. setelah dari kafe tadi karin lebih banyak diam lantaran dion bertingkah seolah tidak mempercayainya. lagi pula karin memang kecewa dengan dion yang selalu tidak ada di saat anak anak lain membullynya. " aku capek kayak gini.... tubuh ku bukan tempat untuk di siksa," ucapnya dengan suara bergetar " ayah.....semua orang jahat. semua orang siksa karin, semuanya memberi karin luka." gadis itu menutup wajahnya dan menangis dalam diam. tak berlangsung lama amel datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. gadis itu berjalan mendekati karin dan berdiri dengan tatapan yang menusuk. melihat mata karin yang sembab amel bisa menebak kalau gadis itu baru saja menangis. " gak usah cengeng lo, gue kesini mau bernegosiasi sama lo " " untuk apa? " tanya karin amel tersenyum miring." gue mau dion kekasih lo itu menjadi milik gue " deg karin membeku mendengarnya. ok, semua bisa pergi darinya tapi jangan dengan dion. sosok lelaki yang sangat karin cintai. karin menggeleng kuat." aku tidak bisa, dion adalah segalanya bagiku." ia berbalik membelakangi amel melihat karin yang menolak dan berbalik badan darinya membuat amel menjadi sangat marah. ia membalikkan tubuh karin dengan kasar dan menamparnya dengan kuat. Sontak karin terlonjak kaget dan memegang pipi bekas tamparan amel tadi. sungguh ini sakit sekali, saking sakitnya membuat karin ingin berteriak dan menangis dengan kencang. amel menunjuk wajah karin." lo! gue pastikan akan menyesal, dan gue kan membuat segala cara agar dion menjadi milik gue!! " ia berjalan menjauh dari karin , tetapi sebelum membuka pintu ia berbalik menatap gadis itu. " bersiaplah lo habis ini!." ia tersenyum licik dan keluar dari kamar gadis itu dengan membanting pintu dengan keras. tubuh karin seketika bergetar hebat. cairan bening yang ia tahan tak berhenti menetes. ia tau maksud dari ucapan amel tadi, gadis itu pasti akan memberitahu ayah tirinya. " KARINNNN!! " dan benar saja tanpa menunggu waktu yang lama ayah tirinya masuk dengan aura yang sangat mencekam. ia berjalan ke arah karin sembari membuka ikat pinggang yang terpasang di celananya. pria itu mencengkram kedua pipi karin dengan kasar sehingga kukunya melukai pipi gadis itu. " beraninya kau menolak permintaan anakku! cepat berikan atau kau akan menyesal!!," ancamnya karin menggeleng dengan berderai air mata," gak! saya tidak mau memberikannya ". David melepas cengkramanya dan menghempaskanya begitu saja. kemudian ia melipat ikat pinggangnya bersiap memukul karin. " sini, kamu!." david mencabuk punggung karin tanpa rasa kasihan sedikit pun. pria itu benar benar marah sekarang. " awshh, sakit," ringis karin yang merasakan sakit luar biasa di punggungnya. sudah di pastikan pasti tubuhnya penuh dengan memar. " kamu itu tidak berguna " " kamu hanya beban " " kamu tidak sebanding dengan amel" " kenapa kamu harus terlahir hah!! " karin hanya diam menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya. " pak.... sudah kumohon," ucap bi asa yang berlari masuk dan memeluk karin. " bagus kau datang, jika tidak ku pastikan anak ini sudah mati! " dengan teganya ia mengatakan itu dan berlalu dari sana . karin masih terdiam di tempat. tenggorokannya terasa tercekat. gadis itu mematung tanpa mampu berkata kata lagi. tanpa berlama lagi bi asa membawa karin kedalam pelukannya dan memeluk gadis itu dengan erat. di dalam pelukan bi asa karin menumpahkan tangisannya. gadis itu menangis tersedu sedu dan begitu menyakitkan. membuat bi asa yang melihatnya juga ikut menangis. " sakitt bi " rintihnya sesegukan " mana yang sakit " karin melepas pelukannya, " disini hikss. " ia menunjuk dadanya yang terasa sesak. melihat hal itu bi asa hanya mengangguk dengan air mata yang terus berjatuhan. " bibi obatin ya "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD