Ayah, Dia Bintang. Bintang yang lebih terang daripada bintang-bintang di atas langit sana. *** Bintang membawa Ifa kembali ke kamar mereka. Kemudian ia memberi Ifa sekotak permata. “Hadiah untuk saya?” “Ya. Pakailah,” perintah Bintang duduk di tepi ranjang. Ifa membukanya dan melihat satu set permata berbatu bening berkilauan. Kalung, anting, gelang dan cincin bermotif bintang. “Tuan....” “Paraf sempurna atas masakanmu,” kata Bintang memperhatikan istrinya. Ifa menyebik singkat. “Jangan mengolok saya.” “Benar, kau tak lagi sepolos ketika kita pertama bertemu. Perhiasan ini milikmu, Ifa. Khusus hanya untukmu. Satu-satunya yang ada di muka bumi ini.” “Terima kasih.” Bintang memperhatikan reaksi Ifa yang sangat biasa. “Kau sama sekali tak mengucapkannya dengan penuh rasa syukur.

