Penyewa Pertama

1361 Words
Happy reading Typo koreksi **** Ke esokkan harinya. Jam baru saja menunjukkan pukul 06.30. Namun Galih sudah berlari mengitari kompleks perumahannya sekitar 30  menit lamanya, pemuda itu tampak fokus melakukan aktivitasnya yang seperti hari weekend-weekend sebelumnya. Ya. Galih sedang melakukan jogging pagi. Pemuda tampan itu bahkan mengabaikan lirikan dan decak kagum para kaum hawa yang tidak sengaja berpapasan dengannya di jalan. Mereka terlihat begitu mengagumi ketampanannya yang mirip artis dari negeri Thailand, Bright. "Galileo!" Teriakan itu menghentikan langkah Galih yang tengah mengitari sebuah pondok kecil di samping rumah milik seseorang. Pemuda itu menoleh, lalu melirik sinis sosok Desta yang tengah memberikan cengiran menyebalkan kepadanya duduk di atas pondok kayu tersebut. "Cie ... Abang Galileo rajin banget, pagi-pagi udah jogging aje." Seru sahabat gilanya itu sambil terkekeh dengan mengejek. Galih masih diam, ia masih dalam mode malas menanggapi ucapan Desta karena teringat kejadian di kafe kemarin. "Idih ... sombong amat sih anaknya Pak Toni. Balas sapaan aing atuh." Celotehnya lagi karena tidak di tanggapi masih dengan nada menyebalkan di telinga Galih. "Berisik, kolor ijo." Sembur Galih, sontak mengundang tawa membahana menyebalkan milik Desta. HAHAHA .... "Woy, Gal. Nanti siang temenin gue ya. Penting nih, oke Sayang." Seru Desta di sela tawanya. Galih berdecih sinis. "Cih, sok penting." "a***y, Gal. Masih pagi udah sensian amat sih. Masih marah gara-gara kemarin. Kan nggak jadi, Gal. Takutan amat. Temenin gue ketemu orang nanti ya. Ada perlu darurat gue. Ya ya ya. Please, urgent banget nih, mau ya Abang." Ucap Desta semakin berisik terdengar di telinga Galih, hingga pemuda itu pun harus memutar bola matanya malas. "Terserah." Jawabnya singkat. Desta mengulas senyum lebar hingga menampilkan deretan giginya yang rapih. "Ma'acih, Sayang. Sok atuh, lanjutin larinya Sayang. Hati-hati ya. Jatoh bangun sendiri." Serunya menggoda Galih yang hanya bisa menggeleng heran melihat tingkah sahabat dari oroknya tersebut. Ck, dasar edan. Gerutunya dalam hati sebelum kembali melanjutkan larinya yang sempat tertunda mengabaikan suara kekehan geli dari Desta yang masih terdengar samar-samar di belakangnya. Desta menatap punggung pemuda tampan yang menyandang status sahabat dari karibnya itu dengan senyum penuh kemenangan. Asyik jajan enak nih. Mamamia lezatoz. Gumamnya sumringah. **** Kedua bola mata Galih melebar nyaris keluar rongganya. Sialan dia di jebak. Galih mengalihkan tatapannya, menatap Desta nyalang seperti memancarkan laser pembunuh. Bagaimana tidak dengan mimik wajah tidak bersalah sedikitpun, Desta membawanya bertemu dengan seseorang yang bahkan tidak di kenalnya. Dan itu ... cukup membuat kepalan di kedua tangannya pun mengetat dan buku-buku jarinya memutih sudah siap melayang kapan saja ke arah wajah menyebalkan Desta, sahabat laknatnya. "Jadi Ayu, kenalin gue Desta dan ini sahabat gue Galih. Thank you karena elo adalah klien pertama kita berdua. Iya kan, Gal?" Desta menoleh penuh semangat, membuat tangan Galih jadi semakin gatal ingin menghajar pemuda itu detik ini juga. Seorang perempuan yang di panggil Ayu tadi mungkin usianya di bawah mereka sekitar 1 atau 2 tahun. Lirikan ragu dan canggung gadis itu membuat Galih semakin ingin menenggelamkan Desta ke ujung antartika. Sialan nih bocah. Kenapa jadi gini sih. "Maklumin aja ya. Galih emang rada pemalu. Jadi permasalahan elo apa, Cantik? Sok atuh cerita sama, Kakak. Jangan ragu-ragu." Tanya Desta tetap melanjutkan sesi perkenalannya kepada sang klien di hadapan mereka sekarang. "Iya, Kak. Jadi begini, aku baru putus sekitar satu minggu lalu. Cowok aku bilang ah nggak maksud aku ... mantan aku bilang kalau aku itu nggak modis, kampungan dan selalu bikin dia malu di hadapan teman-temannya. Dia suka kesal kalau ajak aku ikut kumpul bareng sama teman-temannya. Padahal awal aku sama dia jadian, gaya pakaian aku sudah seperti ini. Aku sedih, kenapa cuma karena hal kecil kaya gni dia mutusin aku. Padahal aku sudah kasih dia banyak." Papar perempuan di depan dua pemuda itu dengan nada lesu. Desta manggut-manggut, sedangkan Galih hanya diam. Namun pemuda berwajah datar itu juga jadi terpaksa terjebak dan harus mendengarkan cerita yang menurutnya sudah salah dari sikap cowok ah ralat mantan perempuan di depannya sekarang. "Ck, dasar b*****t tuh cowok elo. Eh sorry mantan elo maksud gue. Udah dasarnya, emang dia yang berengsek. Alasan aja, dia bilang begitu ke elo. Karena gue yakin dia itu sebenarnya udah main sama cewek lain di belakang elo. Percaya deh." Omel Desta yang terdengar santai menjelek-jelekkan mantan pacar kliennya secara gamblang di hadapan gadis itu. Dalam hati Galih terkekeh geli tanpa sadar. Biar gesrek, Galih akui Desta anak yang selalu berpikir rasional dan apa adanya. Bahkan mantan-mantan sahabatnya itu, putus bukan karena ulah Desta sendiri. Tapi karena mereka memang sudah tidak cocok. Oleh karena itu setiap habis putus, Desta pasti bisa langsung dapat penggantinya karena pemuda itu memang memiliki banyak teman perempuan. Berbanding terbalik dengannya. Galih mengalihkan tatapannya ke arah kliennya. Ada guratan sedih masih terpancar di kedua manik matanya. Mungkin karena gadis itu baru putus seminggu dan masih belum bisa move on dari sang mantan. "Ah! Gue ada ide." Seru Desta tiba-tiba mengagetkan dua orang lainnya di sana. "Tapi sebelumnya gue mau tanya. Elo mau sama gue atau Galih buat tugas ini? Tenang aja tarif bisa di bicarain nanti. Kita nggak akan kasih mahal-mahal kok. Sesuai budget kantong aja lah." Galih berdecak mendengar hal barusan yang terlontar.  Bolehkah kepala Desta ia jedotkan ke tembok sekarang.  Gadis di depan mereka telihat berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Hmm ... siapa aja, Kak. Aku nggak masalah kok, Kak." Ujar Ayu pelan. Desta manggut-manggut mengerti. "Oke, jadi gini ...." Galih dan Ayu, sama-sama mendegarkan ide dari Desta. **** "Gimana, Gal? Ide gue oke kan?" Galih menoleh ke samping dimana Desta berdiri tepat di sebelahnya sekarang. Kini mereka sudah berada di salah satu salon tidak jauh dari kafe tadi. Ide Desta yang pertama adalah mengubah penampilan Ayu kliennya, kemudian Desta dan Ayu akan mendatangi tempat biasa nongkrong si mantan pacar sang klien. Ya, Desta ingin membuat sang mantan sialan kliennya tersebut menyesal dan terkejut karena perubahan yang terjadi pada Ayu. "Hmm." Respons Galih hanya berdehem pelan tanpa protes, tangan pemuda itu bersidekap d**a menunggu hasil. "Sebagai permulaan jasa sewa pacar kita ini, biar gue yang pertama turun. Selanjutnya terserah klien kita loh, mereka mau sama elu atau gue. Gimana, Gal? Setuju kan?" Galih memandang Desta seperkian detik sebelum merepons. "Terserah. Gue nggak akan ngelakuin hal yang menurut gue nggak wajar sama kerjaan aneh ini." "Nggak wajar gimana? Tenang aja, nggak ada kissue-kissue an kok, cuma sebatas gandengan tangan sih menurut gue rasa it's oke kan. Nggak masalah kalau cuma itu. Ayolah, gimana caranya kita buat mantan-mantan klien nyesel kalau nggak ada kontak fisik, Gal. Ya kali, kita jalannya kaya robot sih. Please deh, nggak banget." Papar Desta ceramah panjang lebar. "Kalau mereka pada baper gimana?" Pertanyaan itu membuat Desta seketika tertawa geli. "Hahaha, ya ampun, Galih. Ya kalau klien pada baper, tinggal tolak aja kalau elo emang nggak tertarik sama mereka. Beda kalau elo juga tertarik sama si klien. Sok atuh Sayang boleh di lanjutin ke jenjang yang lebih serius. Nggak usah ribet deh. Tegasin aja, kalau elo nggak mau. Gampang kan?" Galih hanya mendengkus dalam hati. Untuk Desta mungkin terdengar simple, tapi tidak untuk Galih. Pemuda yang terbiasa menghabiskan waktu dengan buku di ruang belajar, kampus atau Desta saja, jelas hal yang berkaitan dengan perempuan cukup membuat Galih pusing tujuh keliling. Benar sekali. Galih belum pernah pacaran sekali pun. Karena itu, ia takut kalau kegiatan mereka akan menyakiti orang lain. Terutama hati perempuan. "WOW!" seruan heboh dari Desta menyadarkan lamunan Galih, pemuda itu mengikuti arah pandangan pemuda di sampingnya. Di hadapan mereka sosok Ayu berdiri pakaian kemeja over size dengan celana jeans yang di pakai gadis itu saat di kafe tadi sudah berganti dengan dress selutut berwarna biru muda dengan pita melilit di pinggang membuatnya semakin cantik dan tampak menggemaskan. Wajah dengan make-up tipis pun menambah perubahan sang klien 180° dan tatanan rambut yang di gerai menambah kecantikan natural gadis itu. "Jelek ya Kak?" Cicit gadis itu malu-malu bertanya. Prok Prok Prok Tepuk tangan bersemangat milik Desta membuat Ayu semakin tersipu malu menunduk dalam. "CANTIK GILA! Parah parah parah! Elo cantik banget, Ayu." Seru pemuda itu berisik, Ayu merona salah tingkah. Blush. Galih hanya diam, pemuda tampan berwajah datar itu mulai gemas dengan kehebohan atas respons Desta. Ia pun menyikut Desta sebal. "Berisik." Bisiknya di balas cengiran menyebalkan sahabatnya tersebut. Ck. Dasar. ***** Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD