HM : Bagian 3

1157 Words
Mengapa harus seperti ini? Kamu dekat, namun sulit untuk kugapai. ....... Siang ini udara terasa sangat panas. Matahari nampaknya terlalu bersemangat menyinari bumi ini. Membuat siswa kelas XI IPA 3 serentak menggunakan buku sebagai kipas. Ada juga dipojok belakang kelas segerombol siswa laki-laki berbaring dengan kancing seragam terbuka menampakkan kaos putih di dalamnya. Sedangkan dipojok depan dipenuhi siswa perempuan yang sibuk bergosip ria tetang berbagai hal yang ada. Namun, ada juga beberapa siswa yang memilih tetap di bangkunya dan menjalankan aktivitasnya sendiri. Dan contohnya seperti Nadya dan Nayla yang asik sendiri dengan ponsel masing-masing. Nadya sibuk stalking ig Arisen tetang aktivitasnya selama seminggu setelah mereka putus. Sedangkan Nayla? Dia sibuk membaca w*****d yang membuat dirinya baper dan sibuk sendiri. “Nad, tau gak? Ternyata cerita Gasta tuh dari kehidupan nyata.” Ucap Nayla penuh semangat seolah baru saja mendapatkan hadiah. “Iya tau, udah baca juga.” Balas Nadya cuek masih sibuk memperhatikan hp nya. “Ah Nadya mah nyebelin!” sungut Nayla karena jawaban Nadya yang cuek padahal dia sudah semangat 45 membahas cerita yang ia baca. “Nay!” panggil Nadya lirih. “Napa? Nayla baru males sama Nadya!” kata Nayla sambil melipat kedua tangannya di depan d**a. “Aku putus sama Arisen.” Bisik Nadya dengan suara serak. “KOK BISA!” teriak Nadya dengan mata melotot. “Gak usah teriak dong Nay, aku bisa ceritain pelan-pelan.” Kesal Nadya dengan respon yang diberikan Nayla. “Eh.. Hehehe maaf deh. Jadi kenapa?” “Aku juga gak tau. Tiba-tiba Risen minta putus. Terus, terus, terus kem-“ “Jangan terus terus dong Nad, kaya tukang parkir aja!” “Iya bentar, kan, kan Nadya sedih!” “Ya udah cepet!” “Jadi kemarin, seminggu yang lalu tepatnya pulang jalan tiba-tiba Risen bilang putus. Dia gak kasih alasan Nay. Dan selama seminggu aku gak ketemu dia. Aku kira dia bakalan pergi, ternyata tadi pagi dia ke rumah jemput aku dan sikapnya seolah-olah kita baik-baik aja!” jelasnya kepada Nayla. Ya memang cerita Nadya tidak seruntut cerita asli karena bagi Nadya, ada sesuatu yang perlu ia simpan sendiri sekalipun itu menyakitkan. “Terus kamu mau?!” tanya Nayla penuh selidik. Sebenarnya dipikirkan Nayla telah tercantum 1 kata untuk menjawab pertanyaannya,yaitu ‘tidak’. Karena Nadya tidak pernah mau melepas Arisen. Nadya selalu memperjuangkan Arisen. Nadya rela menunggu hanya demi Risen jadi fix bagi Nayla, Nadya tak akan mau diputuskan Risen. “Aku.. Terima Nay.” Jawabnya sedikit berbisik. Lama-kelamaan air mata Nadya berjatuhan mengalirkan seribu rasa perih. Bagaimanapun 4 tahun bertahan itu tidak mudah, baginya 4 tahun belum seberapa. Bahkan Nadya berkeinginan memiliki hubungannya dengan Risen hingga 10 tahun bahkan lebih. Jika boleh memilih, Nadya lebih memilih ada orang ketiga diantara mereka daripada seperti ini. Berpisah tanpa alasan yang jelas. “What??!! Kok tumben sih?” bingung Nayla dengan menaikkan satu alisnya. “Aku capek Nay, Risen sendiri yang terang-terangan minta, jadi.. Terpaksa aku menyetujuinya. Karena aku sadar, mempertahankan hubungan harus berdua kalau hanya sendiri namanya kerja rodi, Nay.” “Ya udah sabar aja, masih ada aku kok Nad. Temen yang lain juga banyak. Jadi, jangan sedih ya.” Ucap Nayla menenangkan Nadya. Menurut Nayla Nadya itu baik, pintar, dan asik dan gak seharusnya Arisen memutuskannya. Nayla sampai bingung, dengan pemikiran Arisen yang memilih hubungan mereka berakhir. “Thanks, Nay.” Nadya tersenyum kecil lalu kembali memusatkan pandangan ke layar hp melanjutkan aktivitas yang tertunda. Begituan dengan Nayla ia juga melanjutkan membaca w*****d di hpnya. “Nay!!” panggil Nadya kepada Nayla sambil menggoyang-goyangkan pundak temannya itu. “Apaan lagi sih, Nad!” kesalnya kepada Nadya. “Risen online nih trus bales chat aku. Liat deh!” Gadis itu menunjukan pesan dari Arisen kepada teman sebangkunya dengan semangat. “Bales ya?!!” katanya lalu mengetik balasan singkat untuk Arisen. Sementara Nayla memilih melanjutkan aktivitasnya. 1 menit 2 menit 3 menit Belum ada balasan dari Arisen. Nadya masih stay di room chat dengan Arisen dan ternyata cowok itu sedang online, namun tak membalas pesan darinya. “Nay, coba tebak dia online buat siapa?” tanya Nadya dengan wajah sedikit sendu. “Kenapa emang?” sahut Nayla tanpa menoleh ke arah Nadya. “Risen online, tapi dia gak balas chat aku.” Murungnya “Em.. Ya menurut aku sih, yang jelas bukan buat kamu, Nad. Kamu kan Cuma mantannya! Hahaha” ejek Nayla dengan tawa ngakak dibagian akhir kalimatnya. Bukan, bukan bermaksud mengejek ia hanya ingin sahabatnya tidak berharap lebih kepada mantan kekasihnya. Tak ada yang tahu bukan apa maksud Arisen meminta putus? Siapa tau Arisen punya cewek baru? “Haha iya juga ya.” Sahut Nadya dengan senyum hambar. “Bodo banget sih aku. Kan aku Cuma mantan. Haha.” Nayla yang mendengar merasa tidak enak. Sepertinya ucapannya tadi melukai perasaan Nadya, “Ah.. Bukan gitu Nad. Ma-maksud aku mah bercanda kok.” “Emang bener kok, Nay.” Kata Nadya dengan senyum tipis. “ke kantin aja yuk, Nay!” ajaknya kembali riang. “Yuk.” Merekapun menuju ke kantin sambil bercanda riang. Nadya dan Nayla juga sibuk membahas cogan di sekolah mereka mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. “Gila! Liat deh tuh dekel ganteng abis!!” ucap Nayla penuh kagum. “Ah iya. Tapi masih gantengan Risen.” Sahut Nadya spontan. “Ye.. Mantan aja dipamerin!” Nayla menoyor kepala temannya itu. “Hah.. Emang bener kok!” kesal Nadya mengusap kepalanya. “eh, tapi kakel yang itu ganteng. Lebih ganteng dari Risen!!” tunjuk Nadya kepada kakak kelasnya yang sedang bermain basket. “Heleh! Gantengan dekel tadi ya!!” ejek Nayla tak sependapat. “Ganteng kakel tadilah, Nay. Yang pake kaos item!” yakin Nadya kepada Nayla. “Owh.. Tadi aku liatnya yang kaos putih hehe!” cengir Nayla sok imut. “Ck. Pantes! Yang pake kaos putih tadi ganteng sih tapi masih gantengan yang pake kaos item. Uh, sayang kakak itu dah ada cewek!” kesal Nadya. “Sabar.. Nanti juga-“ ucapan Nayla terpotong saat melihat Nadya yang tertinggal di belakang dan mematung di tempatnya. “ni bocah! Ayo katanya mau ke kantin, napa malah berhenti sih!” Nayla menarik lengan gadis itu dengan paksa, namun ditepis halus oleh Nadya. “Kenapa liat Risen senyum bahagia gitu sakit ya, Nay? Dia kaya gak sedih gitu kehilangan aku. Padahal akunya sampe nangis-nangis gak makan gara-gara dia.” Ucapnya memandang sendu Arisen yang asik bercanda dengan teman-temannya. “Gak semua kesedihan harus ditunjukin, kan? Jadi jangan sedih Nad. Yakin Arisen pasti juga sedih putus dari kamu.” “Tapi harusnya gue bahagiakan liat Arisen bahagia? Kok ini sakit ya?!” tanya Nadya sambil meremas tangan Nayla. “Iya sakit, Nad. Sesakit tangan aku!” marah Nayla menunjuk tangannya. “Eh, hehe maap, Nay. Kan menghayati!” cengir Nadya tanpa dosa lalu berlari menuju kantin meninggalkan Nayla jauh dibelakang. “Dasar cewek! Patah hati aja jadi gila. Mood-nya suka berubah-ubah kayak bunglon!” kata Nayla memandang temannya sambil mengeleng-gelengkan kepala. .......
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD