HM : Bagian 4

1399 Words
“Maunya apa sih? Udah putus masih deket-deket. Gak tau apa sini jadi baper lagi.” ? ? ? Di bawah pohon pojok belakang sekolah Arisen dan teman-temannya sedang bercanda dan ngobrol ringan seputar teman sekelasnya sampai adik kelasnya sekarang. Mereka berenam memang cowok yang paling dihapalin sama guru. Mulai dari mencontek, bikin ribut, suka minta jamkos sampai bolos pelajaran dengan izin ke kamar mandi. “Sumpah deh gue sebel sama Monika. Di kelas ribet banget mana suaranya cempreng ngegas pula!” ucap Andrew si cowok berambut coklat s**u dengan bakat godain cewek cantik di manapun itu. “Wah bener lo, An. Gue juga eneg dengernya. Itu pacar si Robi kelas sebelah kan?” sahut Geri yang selalu memakai baju acak-acakan. “Yoi, mana pacarnya dijadiin babu. Kalo gue yang jadi pacarnya mending putus dah!” kini giliran Rey yang menyahut. “Weh, lo pada jangan kaya gitu dong. Cinta itu bikin kita buta.” Kata Arisen ringan, seolah paling mengerti arti cinta padahal hatinya sedang sakit saat ini. “Buta apa bodo sih, Sen. Sok iya aja lo!” ejek Alfa dengan nada cuek. “Haha bener-bener. Jangan-jangan si Arisen juga sampe buta nih cinta ma Nadya!” ledek Andrew mendukung Alfa. “Sembarangan! Ya gak buta juga. Buktinya bisa liat yang lebih cantik gue mah!” elak Arisen tak terima lalu ikut tertawa. “Jangan keras-keras, Sen. Diliatin noh!” kata Alfa melirik ke koridor dekat kantin. “Nah loh, sukurin deh kalo Nadya denger hahaha” kini giliran Arsya yang menyahut. “Nah kan dia kabur, Sen. Marah dia!” “Hahaha” tawa mereka berlima bersahutan dan Geri yang terlihat paling bahagia saat tertawa. “Sial lo pada! Males gue!” marah Arisen lalu pergi meninggalkan teman-temannya menuju kantin. “Mau ngejar bininya itu mah!” teriak Geri yang masih didengar Arisen. ? ? ? “Hai!” sapa Arisen lalu duduk di sebelah ‘mantan’ kekasihnya tanpa dosa. Sedangkan yang disapa hanya diam dengan tubuh menjadi kaku. “Ngapain di sini sih, Sen! Meja lain ada kali.” Sewot Nayla yang malas melihat Arisen. “Mau deket sama Nadya. Boleh gak, Nad?” tanya Arisen dengan menaik turunkan kedua alisnya. “Enggak. Arisen pindah aja!” Nadya dengan nada ringan. “We.. Diusir masa! Gak mau ah di sini aja, udah pw juga.” Tolak Arisen lalu mencomot sosis goreng milik Nayla. “Eh dasar, punya gue itu!” marah Nayla menabok tangan Arisen membuat saus diujung sosisnya mengenai wajah cowok itu. “Ah. Biasa aja dong! Cuma satu juga!” dengan kesal Arisen membersihkan saus di wajahnya. Namun, tindakannya justru membuat wajahnya semakin kotor. “Jijik, Sen. Sini deh!” gemas Nadya melihat Arisen penuh saus, terpaksa ia membantu membersihkannya kalo Arisen jelek dia juga yang malu. “Ciee,, romantis amat!” sahut Andrew yang baru saja memasuki kantin. “Jelas! Iya gak, Nad?!” bangga Arisen merangkul Nadya tanpa dosa. Nadya hanya mampu menatap dengan sorotan kaget. Nayla yang melihat itu hanya memutar bola mata malas. “Apa deh, Sen. Lepas ih!” Nadya melepas rangkulan Arisen kasar. ‘gak tau apa sini baper!’ batin Nadya kesal. “Weh.. Galak juga ya Nadya!” celetuk Geri ringan lalu duduk disebelah Nayla. “Neng Nayla cantik deh. Minta sosisnya ya?” tanpa menunggu jawaban Geri sudah mencomot sosis milik Nayla. “Astagah.. Sosis gue!!” rengek Nayla kesal. “Abisin sekalian tuh. Males gue udah kena tangan kalian!” lanjutnya yang disambut anggukan kecil Geri. “Bowleh-bowleh. Mawkasih yaw!” ucap Geri sambil memasukan sisa sosisnya ke dalam mulut. “Nay, kelas yuk?” ajak Nadya yang sudah berdiri berniat pergi, tapi pergelangan tangannya telah dicekal oleh Arisen. “Di sini dulu aja temenin aku.” Pinta Arisen lembut. “please, Nad. Yayaya?” lanjutnya. “Huft.. Oke.” Pasrah Nadya. ? ? ? “Harusnya tadi jangan mau dong digituin!” omel Nayla kepada Nadya. “Lah mau gimana lagi Nay, gak bisa nolak aku mah!” kata Nadya kesal. Dia sebenarnya juga bingung kok mau aja digituin sama Arisen padahal mereka udah mantan. Harusnya ia jual mahal kan? Harusnya ia marah saat dirangkul Arisen kan? “Gini ni kalo gagal move on.” Nayla menunjuk-nujuk Nadya. “mending lupain dia deh Nad. Anggap dia temen biasa, jangan mau diperlakuin seolah kamu pacarnya dong!” “Dikira move on segampang buang sampah apa!” sengit Nadya kepada temannya itu. Maklum lah Nayla belum pernah pacaran makanya gampang bilang gitu. Nayla itu jomblo, tapi incerannya di mana-mana ada. “Ye maap! Ya udah jangan diulang. Kalo dideketin Arisen kamu harus pergi!” perintah Nayla sambil memakan permen rasa coklatnya lalu membuang sampah sembarangan. “Woy! Sampah lo nih!” teriak seorang siswa dari belakang mereka. “Waduh! Nad, itu pasti bungkus permen aku!” panik Nayla dengan wajah yang memelas. “Woy berhenti gak! Atau gue laporin BK nih!” ancam siswa itu yang berjalan semakin mendekat. “Nad, gimana dong!” cemas Nayla sambil menggoyangkan tangan Nadya. “Entah!” cuek Nadya dan berniat meninggalkan temannya itu. “Nad-“ “Lo berdua ngaku gak siapa yang buang nih bungkus permen?!” tuduh siswa itu dengan wajah galaknya membuat Nayla merinding. Namun, beda lagi dengan Nadya, menurutnya wajah laki-laki di depannya sangat lucu tidak cocok dengan ekspresi yang dikeluarkan. “I-itu itu punya Nadya! Iya punya Nadya!” tuding Nayla kepada gadis sebelahnya yang membuat si pemuda itu menatap Nadya tajam. “Owh jadi elo! Ayo ikut gue, harus dikasih hukuman lo!” marah pemuda itu kepada Nadya. “Eh, itu bukan punya Nadya. Gak mau ikutlah!” bantahan Nadya lalu berbalik hendak menuju kelasnya. Namun, baru langkah keempat gadis itu berhenti karena genggaman di tangan kanannya. “Apa lagi sih?! Kan gue udah bilang bukan gue!” bentaknya lalu melepas kasar cekalan tangan pemuda itu. “Galak bener! Lo cuman gue suruh buang sampah di depan seluruh kelas 11!” “Gak mau! Itu bukan punya Nadya!” “Harus mau!” “Enggak!” “Mau!” “Enggak!” “Mau!” “Ih.. Dibilang enggak ya enggak!” “Dasar cewek!” Karena tidak tahan dengan sikap gadis di depannya, pemuda itu pun mendorongnya ke dinding . Ditataplah mata gadis di depannya dengan tatapan penuh intimidasi dan juga amarah. Mau tidak mau hal tersebut juga dilakukan oleh Nadya. Ia menatap mata pemuda di depannya dengan penuh tanya. Sementara Nayla memilih kabur menuju kelas takut Nadya menyalahkan dirinya. Setelah dua menit dengan posisi itu, pemuda itu mulai mendekatkan wajahnya ke wajah gadis di depanya. Semakin dekat dengan mata masih saling memandang membuat Nadya panas dingin dengan apa yang ada dipikirannya, jantung ya berdegup kencang. Namun, tepat saat hidung mereka bersentuhan, pemuda mendekatkan bibirnya ke telinga Nadya dan membisikan sesuatu. “Gue Revan, ketua osis di sini. Mending turutin perintah gue atau gue laporin ke BK!” Sementara itu Nadya masih mematung di tempat dengan hati penuh u*****n. “Sial! Kirain mau nyium, untung belum jadi aku tampar. Bisa malu tadi.” Merasa tidak direspon Revan pun menjauhkan tubuhnya dari Nadya dan berdiri dengan tampang cool nya. “Lo kenapa?” tanya Revan menaikkan satu alisnya. Nadya yang kaget hanya mampu membalas dengan gelengan kecil, “Gue gak papa!” katanya pelan, “eh iya Nayla mana?” “Mana gue tau!” sahut Revan cuek. “Lah, siapa yang ngajakin lo ngomong!” bentak Nadya gemas dengan cowok di depannya ini. Bener sih dia ganteng, tinggi, hidung mancung, rambut hitam legam. Tapi, sikapnya itu uh songong banget bikin gemas sendiri. “Gak usah bentak. Gue juga Cuma kasihan lo ngomong sendiri.” Kata cowok itu santai. “Terserah! Jadi cowok kok bikin sebel!” kesalnya lalu berjalan cepat menuju kelasnya. “Wets, gak bisa kabur ya. Lo harus buang sampah dulu!” kata Revan sambil mencekal tangan kiri Nadya. “Malu-maluin jam segini buang sampah! Nanti aja ya pulang sekolah?” pinta Nadya dengan cengiran. Cowok itu menghela nafas panjang. Baru kali ini dia menemukan cewek yang menolak perintahnya. Mana hukumannya minta nego pula. “Ya udah iya. Nanti pulang sekolah gue tunggu disini. Awas aja gak dateng!” setujunya lalu melepas cekalan tangannya. “Oke! Thanks ya,, daaaa!!” kata Nadya riang lalu berlari kecil menuju kelasnya. Kali ini tanpa hambatan. “Awas aja kalau sampai ketemu sama Nayla. Abis kau Nay!” sungut Nadya dalam hati. ???
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD