HM : Bagian 5

1508 Words
"Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Apa yang terjadi sekarang mungkin tidak berarti apa-apa. Tapi pasti akan ada artinya besok entah kapan." ??? Bel pulang sekolah baru saja berbunyi diiringi teriakkan para siswa yang terbebas dari penjara sementara. Semua penghuni sekolah satu persatu sudah mulai pulang. Namun, lain halnya dengan cowok berbaju acak-acakan dengan bed nama Revan Nandya A. yang saat ini sedang menjabat sebagai ketua OSIS di SMA Harapan Nusa. Cowok itu masih duduk di depan kelasnya mengamati koridor kelas 11. Ia masih menunggu gadis tengil dengan gaya pecicilannya itu datang. Ya, cewek si pembuang sampah sembarangan bernama Nadya yang berhasil membuat emosinya mendadak naik. Sedangkan di kelas XI IPA 3 Nadya sibuk mondar-mandir di depan kelas seperti setlika panas. Ia masih menimbang-nimbang harus keluar atau tidak. Jujur saya dirinya malas membuang sampah diseluruh kelas 11 kan yang salah Nayla bukan dirinya. "Kenapa sih Nad kaya setrika gitu?" tanya Nayla penasaran dengan sahabatnya yang mendadak aneh. "Kenapa, kenapa! Ini semua gara-gara kamu tauk." jawab Nadya dengan mata melotot menyalahkan Nayla. "Lah kok? Aku salah apa?" tanya Nayla polos tak merasa bersalah. "Hhh, terserah deh males." ucap Nadya lalu berjalan menuju pintu kelas. Gadis itu hanya mengeluarkan kepalanya saja menengok ke kiri dan ke kanan memastikan si ketos sinting itu tidak ada di koridor. "Mau pulang aja kayak maling, Nad!" ejek Nayla lalu berjalan melewati Nadya. "Ku pulang dulu ya say! Babay!" pamit Nayla tanpa dosa meninggalkan Nadya sendiri di sana. "Dasar anak kurang ajar, ini semua gara-gara dia gak mau tanggung jawab sama sampahnya." gumamnya laku kembali mengawasi keadaan sekitar. Dirasa aman, Nadya pun memberanikan diri keluar kelas dan berjalan pelan sepanjang koridor. Di sepanjang ia berjalan Nadya masih sibuk clingak-clinguk memastikan si ketos itu tidak ada. Lalu dilihatnya ke depan, tinggal 10 meter lagi dia berhasil keluar dari sekolahan dan juga berhasil kabur dari ketos sinting itu. "Hey! Lo mau kemana!!" teriakan itu membuat Nadya berhenti seketika. "Mampus, ketauan gue!" ringisnya pelan. Tak ingin buronannya kabur, Revan pun berlari menghampiri Nadya. Dan sialnya Nadya juga ikut berlari, sehingga jadilah aksi kejar-kejaran ala Tom and Jerry. "Woy cewek tengil berhenti gak!" Bukannya berhenti Nadya justru semakin memperlebar langkah kakinya agar bisa menjauh dari Revan. Namun, dasarnya dia cewek jadilah Revan berhasil menggenggam pergelangan tangan Nadya yang membuat gadis itu mau tidak mau harus berhenti. "Lepas!" perintah gadis itu dengan menghentakkan tangannya kasar. Bukannya terlepas, justru cengkraman dipergelangan tangannya semakin erat. "Gak akan sebelum lo mau buang sampah!" "Gila ya lo! Kan udah aku, eh maksudnya kan udah gue bilang bukan gue yang buang sampah sembarangan!" "Gue gak peduli, yang penting lo harus buang sampah yang ada di depan kelas 11 dulu baru boleh pulang!" "Dasar ketos sinting! Dibilang bukan gue ngeyel!" ucap Nadya sambil menatap tajam Revan. Revan yang merasa dihina pun membalas tatapan tajam Nadya. "Lo cewek tengil, suruh buang sampah aja gak mau!" "Kan masih aja maksa. Dibilang bukan gue!" kekeh Nadya yang tidak mau membuang sampah. Ya siapa sih yang mau ngelakuin hukuman tapi bukan karena kesalahan kita? Jelas dong jawabannya big no. "Oke lo milih deh. Buang sampah atau.." Bukannya melanjutkan ucapannya, Revan justru melangkah semakin mendekat dengan tatapan tajam tepat di mata Nadya. Membuat Nadya gugup setengah mati. Keringat dingin mulai menetes di sekitar pelipisnya. "A-atau apa?!" tanyanya galak untuk menutupi rasa gugupnya. "Atau gue cium di sini?" ucap Revan sedikit miring. "jadi mau yang mana?" "Ketos gila!" bentaknya sambil mendorong Revan kuat-kuat. "mending gue buang sampah ajalah!" katanya lalu berjalan menuju sekolah lagi dengan kaki dihentak-hentakkan. "Ck. Bener-bener cewek sinting." gumam Revan dan berjalan mengikuti Nadya. ? ? ? "Hah.. Sial banget, capek juga ternyata ya!" ucap Nadya setelah berhasil membaringkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya. "Kenapa sih kak? Bawel banget." tanya Arsia yang sedang membaca buku di sebelah Nadya. "Lah! Sejak kapan kamu di sini sih dek!" kaget Nadya melihat adiknya itu. Sedangkan sang adik hanya menunjukan cengiran sok imutnya agar terhindar dari amukan Nadya karena telah memasuki kawasan terlarang. "Dari tadi. Nih aku baru baca buku kakak. Isinya mellow semua ya?!" jawab Arsia ringan sambil membolak-balik buku biru kecil milik Nadya. Nadya sendiri hanya menganggukkan kepalanya. "Ngomong-ngomong kamu baca buku apa?" "Gak tau juga kak. Aku nemu di meja belajar kakak. Nih!" Arsia dengan polos menunjukan buku yang dibacanya tadi kepada Nadya. Sedangkan Nadya, gadis itu melotot seketika saat mengetahui yang dibaca Arsia adalah buku diary nya. "Astagah Arsia!! Itu diary kakak. Balikin!" teriak Nadya dengan histeris. Pasalnya di dalam diary itu kan banyak rahasianya yang pastinya ada yang memalukan untuk dibaca. "Ih pelit. Aku baru baca bagian awal sama akhirnya. Yang isinya belum." gerutu Arsia lalu melempar diary itu kepada Nadya. "Anak kecil gak boleh sembarangan baca buku!" marah Nadya tak terima dibilang pelit. "Ih.. Aku udah gede kak. Udah kelas 2 SMP juga!" "Terserah!" Geram Nadya lalu berjalan menuju lemari meletakkan buku rahasianya itu. Dilihatnya Arsia yang sekarang asik melihat ke arah jendela. "Ayo kak makan. Ke sini sih niatnya mau ajak kakak makan, tapi aku liat buku bagus ya jadi lupa deh hehe." kata Arsia setelah Nadya duduk di sebelahnya. "Dasar! Ya udah ayok!" Nadya dan Arsia pun berjalan berdirinya menuju ruang makan. Saat tiba disana ternyata mama dan papa nya sudah menunggu. Pasti lama deh nunggu anak mereka itu. "Malam pa, ma." Sapa Nadya riang menuruni tangga. "Cepat duduk, kita makan malam." ucap sang mama lembut namun penuh perintah. Arsia dan Nadya pun menurut patuh. Suasana di meja makan cenderung dingin, hanya suara denting sendok berada dengan piring yang terdengar. Baik Arsia, Nadya, mama, maupun paparnya tidak akan yang berbicara. Mereka fokus pada makanannya hingga selesai. "Tadi Arisen telpon, dia mau jemput kamu." kata sang mama yang kini telah selesai makan. Nadya yang sedang asik mengunyah makanannya langsung tersedak. Uhuk.. Huk.. Huk.. "Pelan dong kak, makan nasi kok kaya nelen batu sih." omel Arsia kesal, tapi tangannya tetap mengulurkan air minum. "Mama serius?" tanya Nadya setelah air putih dalam gelasnya tandas. "Iya, mungkin sebentar lagi." kata sang mama dan memilih membereskan meja makan. Nadya kini justru melamun, sibuk berpikir. Benarkah? Tapi kenapa Arisen tidak menghubunginya saja? ? ? ? "NAYLA!!!" Teriakan melengking milik Nadya itu mampu membuat segala aktivitas di kelasnya berhenti. Bahkan siswa siswi di sekitar koridor juga ikut berhenti. Salah satunya Revan. "Ck. Tu cewek tengil kenapa lagi." katanya sambil geleng-geleng kepala kemudian melanjutkan aktivitasnya. "Kenapa sih Nadya sayang?" tanya Nayla dengan muka sok imutnya. Bukannya menjawab, Nadya justru sibuk menatap tajam semua siswa dan siswi yang melihat ke arahnya. "Apa sih Liat-liat. Nama kalian Nayla pa?!" katanya galak dan membuat semua takut lalu melanjutkan aktivitasnya masing-masing. "Woy neng! Kenapa sih?!" tanya Nayla sekali lagi kepada sahabatnya itu. "Gara-gara kamu nuduh aku yang buang sampah sembarangan. Aku jadi berurusan sama si ketos sinting itu! Dan tau gak, kemarin aku jadi pulang magrib!" marahnya dengan nafas naik turun. "Yaampun cuman itu. Ya udah ayo lah ikut aku. Aku beliin makan sama es campur buat nuker kesalahan aku." ajak Nayla ringan berjalan mendahului Nadya. "Dasar Nayla oon! Aku kan minta kamu bilang ketos itu kalau kamu yang salah bukan minta traktir makan!" teriak Nadya lagi. "Hah.. Ribet amat urusan sama cewek gamon kayak kamu! Ayo lah makan dulu itu urusan nanti. Ayo cewek gamon cepet!" tarik Nayla agar Nadya mau mengikutinya ke kantin. "Huft.. Ya sudah ayo!" pasrah Nadya. "lumayan juga makan gratis." gumamnya pelan. "Eh ngomong-ngomong, cewek gamon apa ya?" tanya Nadya penasaran dengan sebutan yang diberikan Nayla kepadanya. "Kudate banget sih. Gamon itu gagal move on gitu aja gak tau!" ejek Nayla kepada Nadya yang hanya dijawab dengan dengusan kasar dari Nadya. Sesampainya di kantin mereka memilih duduk di pojok dekat tempat cuci tangan. Alasannya sih biar bisa liat cogan yang mau nyuci tangannya hehe. "Mau pesen makan apa? " tanya Nayla. "Berhubung masih pagi, aku pesan nasi goreng aja deh. Sama es teh 1." "Gak mau bakso sama es campur?" tawar Nayla kepada Nadya karena memang dirinya tadi menawarkan es campur kepada Nadya. "Gak mau. Itu aja cukup." jawab Nadya cepat. "Oke, ditunggu sebentar ya mba pesanannya!" kata Nayla lalu berlari menuju stan nasi goreng untuk memesan. 10 menit kemudian "Nih dimakan. Habisin ya! Uang aku tuh!" ucap Nayla sambil menatap tajam Nadya. "Iya-iya gak ikhlas banget sih!" sahut Nadya malas dengan Nayla. Drt drt Handphone milik Nadya bergetar saat gadis itu hendak menyiapkan nasi goreng terakhirnya. "Siapa sih?" gumamnya pelan lalu membuka pesan itu. Seketika mata Nadya langsung melotot membaca pesan dari nomor tak dikenal itu. "Uhuk.. Uhuk.." "Lo kenapa sih, Nad?!" "Uhuk.. In-ini si ketos kirim pesan ke aku." ucap Nadya yang membuat Nayla juga langsung tersedia es tehnya. "Uhuk.. Kok bisa!" tanya Nayla kaget. "Entah!" sahut Nadya cuek. "Liat-liat!" "Apanya?" bingung Nadya "His.. Ya pesan dari si ketos itu lah, Nad!" geram Nayla gemas dengan sahabatnya yang satu ini. "Hehe.. Nih." Akhirnya Nadya pun menyerahkan handphone nya kepada Nayla dan di terima dengan semangat 45. Langsung saja gadis itu cepat-cepat membuka aplikasi w******p milik Nadya dan membuka room chatnya dengan si ketos. +62877********** Tc. Save Revan Ga di-save awas aja! Inget di-save ya! ? ? ?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD