Bab 3

1247 Words
Bram sedang tidur-tiduran di tempat tidurnya, saat pintu kamar tiba-tiba terbuka dan muncul adik perempuannya yang sangat manis. "Bang, sibuk?" Bram menaikkan satu alisnya. Memandang adiknya dengan tatapan menurut-lo? "Kayaknya Bang Bram lagi nggak sibuk. Bisa bantuin ngerjain PR, nggak?" Bram mengembuskan napas panjang. "PR apaan? Kalo matematika, gue nyerah." "Ih, bang Bram jago ngitung 'kan?" "Nggak. Guntur tuh yang jago. Gue ngomong terserah aja dihitung, Han." Adik Bram, bernama Hanny Erliska. Ia memiliki wajah yang cantik, dan nada bicara yang manis. Ia juga hanya berbeda satu tahun dari Bram, dan mereka bersekolah di tempat yang sama. Sedikit menyebalkan bagi Bram, karena Hanny ditaksir oleh teman-teman sekelasnya. Kadang ada yang menitipkan cokelat, bunga, ataupun surat. Dan kadang-kadang, Bram benar-benar menyampaikannya ke Hanny. Tapi, kadang juga, malah Bram yang memakan cokelatnya. Dan memberikan bunga titipan temannya itu ke nenek-nenek yang dia temui di jalan. Tapi, itu terjadi hanya jika mood Bram sedang buruk saja. "Ayolah, Bang Bram 'kan pinter," rayu Hanny lalu duduk di tempat tidur Bram. "Ada syaratnya." Bram bangkit duduk bersila, di dekat Hanny. "Apa syaratnya?" "Ambilin s**u di kulkas. Ini waktunya gue minum s**u," ucap Bram datar, dan dia tidak menyangka Hanny malah menertawakannya. "s**u? Astaga, biar tinggi, ya? Ternyata Kak Guntur bener..." Bram mengernyit. "Guntur bilang apa?" "Katanya, Bang Bram sedang berusaha untuk tinggi." Hanny menyengir. "Dia nyuruh aku ngasih Bang Bram semangat." "Sialan." Bram menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari. "Tapi, dia bener. Gue emang pengin tinggi. Biar nggak dihina terus sama Stel--" Jangan. Hanny tidak boleh tau. "Stel? Stel siapa?" Bram terkekeh hambar. "Lupain. Jadi ngerjain PR, nggak? Cepet ambilin gue s**u!" "Oke, sabar!" Hanny turun dari tempat tidur, keluar dari kamar Bram, untuk mengambil s**u dari kulkas. Bram mengangguk-anggukkan kepalanya saat menunggu Hanny kembali. "Enak ya punya adek. Bisa disuruh-suruh." Saat Bram sedang merasa senang, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ada satu pesan LINE, dari ... tentu saja Guntur. Memang Bram punya berapa sahabat? Guntur Malik: oii mas Mau apa bocah satu ini? Bram mendesah malas. Apalagi saat melihat nama Guntur Malik. Nama LINE Guntur selalu berubah setiap hari. Kemarin Guntur Horan, sekarang Guntur Malik. Bram menunggu, kapan Guntur akan mengganti namanya menjadi Guntur Patrio, mungkin. Bram: apa, bro? Guntur Malik: besok ada PR kaga? Bram: kaga Guntur Malik: ah, serius? Bram: iya. Udah? Lo cuma mau nanya itu aja? Guntur Malik: bentar, gue mikir dulu topik apa yang menarik, sabar! Bram: halah Guntur Malik: lo pernah makan kadal? Bram: itu topik lo yang paling menarik? Guntur Malik: argh! Lo mah gitu. Susah tau nyari topik, hargain dong! Bram: sori sori. Tapi, sumpah. Lo nggak jelas. Kenapa, sih? Guntur Malik: haha! Sebenernya, gue lagi latihan biar nggak garing chat sama bebeb gue! Lo pura-pura jadi Stella, oke? Bram langsung menghela napas. Cobaan apa lagi ini? Bram: jadi Stella? Oke. Guntur Malik: lo lagi apa, beb? Bram: muntah karena lo manggil beb -_- Guntur Malik: bagus, Bram! Lo mendalami karakter Stella banget! Bram: really? Haha! Guntur Malik: beb, kamu suka sama cowok tinggi kan? Aku tinggi, lho! Bram: bodo amat Guntur Malik: malem minggu ada acara nggak? Bram: kenapa? Guntur Malik: mau aku kasih acara, nih. Bram: acara apa? Guntur Malik: kencan sama aku. Mau ya? Bram: G Guntur Malik: Buddy! Lo mah terlalu kejam. Jangan jawab gitu! Bikin gue seneng dikit, dong! Bram: gue cuma berusaha menjadi Stella. Dia pasti nolak, deh. Serius wkwk Guntur Malik: au ah, gue kezel. Bye! Bram: bye, see ya later :) "Idih, Bang. Cie senyum-senyum sendiri. Chat sama gebetan, ya?" Bram langsung berlagak muntah di depan Hanny. "Gebetan? Najis. Gue bukan homo, Han! Itu Guntur..." "Ohh, Kak Guntur. Kok senyum-senyum? Wah, patut dicurigai." "Gue normal!" "Iya, deh. Tapi, kok belom punya pacar?" Hanny tersenyum meledek kakaknya. Bram langsung tersenyum miris. "Cewek-cewek pada suka cowok yang tinggi kayak tiang. Gue mah bisa apa, Han?" "Oh, brother." Hanny menaruh segelas s**u yang dia bawa di nakas. Ia langsung duduk di dekat Bram, dan memeluknya. "Bang Bram cowok terbaik yang aku kenal. Pasti nanti ada, cewek yang bisa nerima kekurangan Bang Bram itu. Jangan sedih." Bram masih menekuk wajahnya, walau Hanny sudah berusaha membuatnya tenang. "Coba aja gue tinggi, kayak Guntur. Mungkin dia nggak akan ngejek gue lagi." "Siapa yang ngejek Bang Bram?" tanya Hanny, menarik dirinya. "Ada, satu cewek. Dia jutek parah, mulutnya pedes. Tapi, dia cantik, Han." Hanny langsung tersenyum lebar. "Terus, Bang bram suka sama dia? Siapa, sih?" "Nggak, karena gue sadar diri. Dia nggak akan suka cowok yang nggak lebih tinggi dari dia." "Mau aku bantu, Bang?" "Bantu apa?" "Doa." Hanny menyengir. "Ditambah, aku akan bantuin Bang Bram biar tambah tinggi." Bram memandang Hanny cutiga. "Apa ada syaratnya?" "Nggak, lah! Aku nggak pamrih kayak Bang Bram," jawab Hanny tertawa. "Oh, lo emang adek gue yang paling baik!" Bram mengacak rambut Hanny. "Aku tau. Soalnya adek Bang Bram cuma aku 'kan?" "Nah, pinter!" *** Bram dan Guntur tiba di sekolah lebih siang. Jam tujuh kurang lima menit, mereka baru sampai.  Wajah mereka berdua mengernyit, saat melihat banyak sekali murid yang berdiri di depan mading. "Mereka ngapain, ya?" tanya Bram melirik Guntur. "Oh! Gue tau! Pengumuman anggota band!" Mata Bram melebar. "Oh, iya! Gue lupa. Yaudah, ayo kita lihat!" Bram dengan cepat menarik lengan seragam Guntur. "Minggir-minggir!" Guntur berteriak heboh, tapi semua siswa itu tetap menghalangi mading. "Lo tunggu sini, gue punya ide." Bram tersenyum miring, lalu ia berusaha menyelip di antara kerumunan para siswa itu. "Misi, ya. Sori..." Berhasil. Bram langsung melihat kertas yang tertempel di mading. Ia membacanya dengan cermat dan teliti. Selamat untuk empat orang terpilih ini. Sepulang sekolah, harap berkumpul di studio musik. Terimakasih. 1. Nico Andrean 2. Troy Alexander 3. Guntur Lesmana 4. Bram Oktafino Selamat bergabung di band! Bram tanpa sengaja langsung berteriak saat melihat namanya. Hal itu membuat para siswa langsung memandang Bram heran, beberapa malah memilih pergi karena takut. Kebetulan, bel juga berbunyi. "Akhirnya! Gue lolos!" Saat mading mulai sepi, Guntur langsung menepuk bahu Bram. "Lolos? Gue gimana?!" "Lo juga lolos, Bro!" Guntur langsung berteriak lebih heboh dari Bram. Reflek, ia tiba-tiba memeluk Bram. Bahkan hampir mau mengangkat Bram. "Stop!" Bram tertawa, menghentikan Guntur. "Sori, gue terlalu bersemangat! We did it!" "I know!" Bram masih tersenyum sangat lebar, tapi senyumnya memudar saat mendenagr suara tepuk tangan lambat dari seseorang. "Selamat, ya. Lo pasti nggak nyangka bisa lolos, iya 'kan?"   Stella. Gadis berambut cokelat kemerahan itu tersenyum dengan sinis memandang Bram. "Sekali lagi, selamat." Bram bukannya kesal, ia malah tertawa dan menghampiri Stella. Berdiri di hadapannya. "Thank you, Stella. Ternyata, lo nggak sejahat yang gue pikir. Lo bener-bener profesional," ujar Bram penuh penekanan. Stella memutar bola matanya. "Lo jangan seneng dulu." "Kenapa gue nggak boleh seneng?" Stella tersenyum miring. "Karena band sekolah, ada di bawah tanggung jawab gue. Dan gue bisa memastikan, lo nggak akan tahan di band karena gue." Bram lagi-lagi terkekeh. "Wow, itu kabar bagus. Kita akan sangat sering ketemu. Iya 'kan?" Stella mengernyit. Kenapa Bram malah terlihat senang? Seharusnya ia kesal! "Ya, hampir setiap hari. Dan lo tau itu artinya apa?" tanya Stella halus. "Apa?" "Gue punya banyak waktu buat ngehina lo. Biasakan diri lo, oke?" Stella tersenyum manis, dan menepuk bahu Bram beberapa kali. Setelah Stella pergi, senyum Bram mengembang lebar. "Tadi dia senyum..." Sebut Bram norak, karena dia bahagia hanya gara-gara bisa melihat Stella tersenyum manis. Padanya. "Are you okay, Buddy?" Guntur mengibaskan tangannya, di depan wajah Bram. "Better than okay. I feel so happy!" Bram dengan hati berbunga-bunga, melangkah ke kelasnya. Otomatis, Guntur buru-buru mengikuti sahabatnya yang terlihat aneh itu. Lo kesambet apaan sih, Bram?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD