Perawatan Pernikahan

1169 Words
Seminggu lagi adalah hari besar yang sangat di tunggu-tunggu. Reno sudah mulai tidak berangkat ke kantor dan semua pekerjaan di pegang oleh Sesil. Pun Sela yang sudah tidak bisa kemana-mana lagi dan bukan hanya tidak bisa kemana-mana bahkan ponsel juga disita oleh Mamah dengan alasan pingit. Awalnya Sela marah dan merasa tidak terima dengan sikap Mamahnya, tapi ia tak tahu harus melakukan apa lagi selain menuruti semua keinginan Mamah dengan alasan demi kebaikan bersama. Dengan berat hati, Sela menyerahkan alat komunikasi satu-satunya itu untuk mengetahui kabar Reno hanya bisa melalui Mamahnya dan Mamih Reno. "Mamah tuh lebay, ya! Sampai ponsel saja harus disita!" protesnya kesal. "Aduh Sela! Kamu tuh kenapa, sih? Selalu saja membantah? Apa salahnya nurut? Ini juga semua demi kebaikan kalian, kok! Mamah juga gak akan jual ponsel kamu! Tenang saja napa, sih! Herman deh!" "Herman? Heran Mamah! Heran! Mamah ini! Gak tau lah, Sela kesal sama Mamah." "Ya sudah, terserah kamu! Yang terpenting adalah kalian tidak boleh ada komunikasi!" "Mamah ini, kayak gak pernah muda. Mamah menyebalkaaannnn!" ocehnya panjang lebar berharap sang Mamah mengurungkan niatnya menyita ponsel namun sayang sekali, Mamahnya tak mengindahkan ocehannya tersebut dan berlalu pergi sambil bernyanyi. Menyebalkan sekali Nyonya Vasya itu! gerutu Sela saat Mamahnya sudah berlalu pergi. Tidak lama, Mamah masuk kembali ke dalam kamar dengan pakaian yang sudah sangat rapi sekali. Sela memperhatikan Mamahnya yang masih terlihat cantik walaupun sudah berumur, memperhatikan dari atas hingga bawah pakaiannya yang sungguh membuatnya semakin cantik bahkan bisa saja menggoda lelaki lain. "Mamah mau kemana?" "Salon!" "Mamah, bisakan berdandan sedikit seperti keibuan?" "Loh? Memangnya pakaian Mamah ini kenapa?" "Hm … pakaian Mamah ini rasanya seperti …." "Seperti apa Sela?" "Seperti akan sedang menggoda om-om," ucapnya memutar bola matanya malas. "Masa iya? Memang Mamah masih sangat menggoda ya di umur yang sudah hampir menua ini? Berarti Mamah tidak kalah dong dengan pakaianmu?" "Ih! Mamah! Mengapa sangat percaya diri sekali!" "Haha, itu harus! Secara ya, body Mamah ini masih sangat aduhai. Asal kamu tau ya, Papahmu itu sangat tergila-gila dengan body Mamah, jadi nanti kamu harus bisa membuat suamimu tergila-gila dengan bodymu dan membuatnya bertekuk lutut di hadapanmu!" "Memang bagaimana caranya, Mamah?" "Ya dirawat dong, Sela! Masa iya, di permak!" "Baju kali, ah, di permak! Mamah ini ada-ada saja, haha." "Ya lagian kamu pakai acara tanya bagaimana caranya, kayak bukan perempuan saja! Percuma kamu tinggi, cantik, manis dan tapi bodoh otaknya dalam hal perawatan!" "Mamah! Kenapa malah jadi membully Sela, sih!" "Ya habisnya, kamu, bodoh!" "Ah terserah Mamah, lah! Sela capek berdebat sama Mamah!" "Kamu mau ikut gak?" "Kemana, sih!" "Ke salon, bodoh! Dari tadi Mamah bilang 'kan mau ke salon! Astaga, kenapa Mamah punya anak bodoh seperti ini!" "Ya ngapain Nyonya Vasya!" "Perawatan! Astaga, masih saja bodoh! Padahal baru saja dibicarakan!" "Sela? Perawatan?" "Bukan!" "Lah terus?" "Setan! Ya iyalah, kamu, Sela! Cepetan dandan! Kamu itu mau jadi pengantin, harus perawatan, kulit harus mulus, daerah sensitif harus wangi, wajah harus kinclong, body harus licin." "Hah? Tapi --" "Gak usah tapi-tapian! Cepatan dandan! Mamah tunggu di bawah! Kalau lama, Mamah seret kamu!" "Baiklah-baiklah Nyonya Vasya yang terhormat!" Mamah berlalu pergi dengan anggunnya, Sela hanya menatapnya tak percaya ternyata Mamahnya itu masih terlihat aduhai bahkan dirinya saja kalah jika dibandingkan dengan Mamahnya. Ya bagaimana tidak kalah? Perawatan tubuh dan wajah Mamah sangat luar biasa. Sedangkan Sela? Ke salon saja jarang sekali, waktunya lebih banyak dihabiskan di kantor bersama Papahnya. Sela segera bersiap untuk pergi perawatan ke salon bersama sang Mamah. Ia mempercepat gerakannya agar sang Mamah tidak berteriak-teriak memanggilnya untuk keluar. Gadis itu sebenarnya sangat malas untuk melakukan segala macam perawatan seperti sang mamah, namun bagaimana lagi semua harus diikuti agar tidak ada perang dunia. Mamah itu sungguh luar biasa, beliau benar-benar membuat suaminya selalu betah dirumah bahkan seakan-akan untuk melirik wanita lain saja tidak. Sela memang anak semata wayang dan sepertinya memang tidak akan mempunyai adik, sebab Mamahnya merasa tak ingin lagi mengandung juga melahirkan. Menurut wanita cantik bernama Vasya itu, mengandung dan melahirkan itu memang nikmat tapi sakitnya sangat luar biasa dan membuatnya tak berdaya sehingga beliau kapok untuk hamil lagi. Aneh? Memang sangat aneh, wanita lain sangat menginginkan banyak anak tetapi wanita itu justru sangat tidak ingin memiliki banyak anak. Menurutnya, anak satunya saja masya Allah bikin pusing tujuh keliling apalagi anak banyak. Sebab, Sela memang anak perempuan tetapi kelakuannya sering kali seperti anak lelaki, entah mengapa bisa seperti itu. Mungkin ini semua karena suaminya yang sejak awal memang menginginkan anak lelaki bukan anak perempuan dan ketika yang lahir adalah anak perempuan ada semburat rasa kecewa yang terlihat jelas di wajah tampan suaminya. Namun, semua itu sudah berlalu dan suaminya sudah bisa menerima bahwa anak yang diberikan oleh Gusti Allah itu adalah anak perempuan bukan lelaki. Pada dasarnya, perempuan dan lelaki itu sama saja, yang terpenting adalah bayi dan ibunya sehat dan tidak ada masalah sedikit pun. Oke, cukup kembali ke masa lalunya, kita kembali pada Sela yang sepertinya masih bersiap dan belum juga turun dari kamarnya. "Sela lama sekali!" teriak Mamah membuat Sela mempercepat dan langsung keluar. "Iya, iya, sabar napa Nyonya Vasya!" "Kamu ini! Dandan begitu saja lama sekali, heran!" "Ini sudah siap, Mamah. Sudah ayo berangkat, jangan marah-marah terus. Nanti cepat tua." "Dasar anak bandel! Bibik, keluar dulu ya!" teriak Mamah dan di sahuti oleh Bibik Inem-Assisten Rumah Tangga-. *** Selama kurang lebih satu minggu banyak sekali perawatan yang dijalani oleh Sela dan juga Reno. Keduanya merasa saling rindu satu sama lain namun tak bisa bertemu, ya jangankan untuk bertemu, untuk komunikasi saja tidak bisa. Tetapi, perlahan-lahan mereka bisa mengontrol diri karena banyak kegiatan yang dijalani selama tidak komunikasi. Kedua sepasang kekasih itu menenangkan tubuh dan pikirannya agar kembali fresh. Dan jika hari itu tiba, mereka bisa menghabiskan waktu dengan penuh kerinduan hehe. Hari ini akan diadakan pengajian dan juga sekaligus siraman untuk menyambut acara esok hari. Pengajian di lakukan di kedua rumah mempelai pengantin, semuanya terasa tenang, damai dan hanyut dalam acara tersebut. Bulir kristal satu persatu jatuh membasahi pipi saat di antara mereka saling sungkem di kaki kedua orang tua. Keduanya mengingat banyak sekali dosa yang sudah dilakukan dari kecil hingga dewasa bahkan menjelang menikah. Kedua keluarga tersebut banjir bulir kristal, para keluarga, kerabat, tetangga dan juga saudara pun ikut hanyut terbawa suasana yang sangat membuat hati siapapun pasti akan menangis tergugu. Pengajian selesai, dilanjut dengan adat dan siraman lainnya yang dipimpin oleh pemuka adat. Sela lagi-lagi menangis ketika tubuhnya perlahan disiram oleh air yang berisi kembang tujuh rupa dan tiba-tiba airnya terasa sangat dingin sekali sehingga membuatnya menggigil dalam sebuah tangisan. Pun dengan Reno di tempat berbeda melakukan siraman sama seperti apa yang dilakukan oleh Sela. Keluarga mereka benar-benar sangat senang sekali karena hari pernikahan akan tiba. Semua acara hari itu selesai dan berjalan dengan sangat lancar tanpa hambatan sedikitpun. Para tetangga yang hadir dan keluarga satu persatu mulai pulang tetapi ada juga yang memilih untuk menginap mungkin agar esok hari tidak telat. Dan ini adalah malam terakhir lajang pasangan kekasih Rasela dan Reno. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD