Ada Apa?

1015 Words
"Halo anak Bude yang paling cantik," sapanya lembut. "Budeee … aku rinduuu." "Bude juga rindu, Nduk. Ada apa, Sayang?" "Bude, apa kabar? Bagaimana kesehatan Bude?" "Alhamdulillah baik, Nduk. Kesehatan Bude yang pasti baik-baik saja, Sayang." "Bude, Sela mau pulang ke kampung." "Kenapa? Ada apa?" "Sela muak banget disini." "Cerita, Sayang." "Mas Reno terus menerus memaksa Sela untuk berhenti bekerja, Bude." "Alasannya apa?" "Dia mau Sela berdiam diri dirumah dan mengurusnya, Bude. Sela gak mau! Bude tau sendiri 'kan Sela gak mau bergantung pada lelaki. Tujuan Sela untuk mendapatkan sesuatu dari perusahaannya dan gak mau apabila jika disuruh berhenti bekerja! Dia bilang kalau Sela harus nurut dan patuh padanya! Sela gak suka, Bude!" "Terus, Kevin juga--" "Kenapa lagi dia?" "Bude, kenapa ya Kevin susah banget diluluhkan? Setiap hari selalu saja ngajak berantem sama Sela. Sela sampai frustasi harus melakukan apa lagi agar dia luluh. Bude, bayangkan, tiap hari setiap pagi Reno cari masalah, lalu Kevin selalu cari masalah setiap kita berada di satu tempat. Ada saja sindiran yang dilontarkan, sungguh menyebalkan!" "Bude juga selalu memikirkan, kenapa Kevin susah banget masuk ke dalam perangkap kita ya, Sel." "Bude sampai berpikir, kalau--" "Kalau apa Bude?" "Kalau Kevin juga punya sesuatu dalam dirinya sehingga membuat semua yang ada di dalam dirinya tidak bisa kita manfaatkan." "Mana mungkin, Bude! Dia hanya anak kecil!" "Sela! Jangan meragukan seseorang hanya karena usianya! Anak kecil sekalipun jika memang sudah dapat sesuatu yang istimewa dari Gusti Allah maka ia akan mendapatkannya hingga dewasa nanti." "Masa iya, Bude?" "Iya, Sayang." "Lalu, sekarang jadinya gimana, Bude?" "Sudahlah! Jangan memikirkan Kevin. Tujuanmu 'kan bukan dia!" "Iya, memang tapi Bude, dia itu bikin muak sekali!" "Lupakan saja Kevin, fokus pada tujuanmu! Reno! Dia bukan yang jadi tujuanmu! Saat ini hanya perlu fokus padanya saja! Tidak usah pada yang lainnya!" "Hm … baiklah, Bude." "Jadi, saat ini rencana apalagi?" "Bude, sejujurnya, Sela tidak mau mengurus Mas Reno! Sela 'kan istrinya bukan pembantunya! Gimana ya memberi pengertian padanya? Supaya dia tidak lagi memaksa Sela untuk berhenti bekerja?" "Untuk saat ini, lebih baik setiap ada pembahasan yang akan memicu keributan, kamu menghindar saja. Dari pada ujungnya sama-sama emosi dan itu sungguh tidak baik." "Lalu?" "Lalu kirimkan foto terbaru Reno, biarkan Bude yang bekerja selanjutnya." "Baiklah, Bude! Terimakasih, Bude memang luar biasa." "Sama-sama sayangku. Jaga diri baik-baik ya, Nduk." "Bude juga ya, jaga kesehatan. Makanannya dijaga." *** Usia pernikahan mereka akan masuk dua bulan, pertikaian masih ada tetapi sedikit memudar dan mungkin ini berkat bantuan dari Bude. Sebab, sejak Sela mengirimkan foto terbaru dari suaminya itu membuat Reno memudar amarahnya tiap kali bersama Sela. Aneh, tapi itulah kenyataannya. Semua akan beres apabila dihandle oleh Bude. Wanita paruh baya yang luar biasa hebatnya. Namun memang, hanya Reno beserta kedua orang tuanya saja yang bisa masuk ke dalam genggaman Sela, tidak dengan Kevin. Entah mengapa anak kecil itu sangat sulit sekali di luluhkan, berbagai cara sudah dilakukan tetap hasilnya sama. Jadi, Sela bertekad untuk melepaskan Kevin namun tetap menggenggam Reno dan mertuanya. Kevin masih seperti biasa, selalu mencari masalah dan menyindir setiap kali bertemu dengan Sela. Rasa bencinya semakin hari semakin terlihat bahkan semakin besar. Sela sempat kewalahan dan sering terpancing emosinya, namun lagi-lagi Bude mengingatkan bahkan lebih memaksakan diri Sela untuk tetap tenang tidak gegabah. Minggu ini adalah long weekend, rencananya Reno dan Sela akan pergi berdua ke beberapa tempat untuk sekedar melepas lelah dan penat selama dua bulan ini mereka tidak berlibur. Ya anggap saja ini adalah honeymoon mereka. Mengingat belum sempat pergi honeymoon. "Sudah siap, Sayang?" tanya Reno yang sedang menautkan dirinya di depan cermin sedangkan istrinya sedang sibuk dengan benda pipih di tangannya. "Sudah, Mas." "Ayo, kita turun ke bawah, Pak Supir sudah menunggu." Sela mengangguk. Mereka jalan beriringan, tangan kiri Reno menggenggam tangan Sela dan tangan satunya membawa koper isi pakaian mereka. Akhirnya setelah sekian lama berhasil juga meminta Reno bulan madu. Rencana ini memang Sela yang minta. Mereka terlihat sangat serasi sekali dengan pakaian yang casual, Sela membalut tubuh indahnya dengan celana levis pendek dan kaos berwarna navy sedangkan Reno memakai celana levis panjang dan kaos berwarna navy juga. Mereka terlihat seperti pasangan suami istri yang sangat romantis. "Mih," panggil Reno saat sudah tiba di bawah. Tepatnya di ruang keluarga. "Sudah mau berangkat, Nak?" tanya Mamih. "Iya, Mih. Takut macet." "Gak ada yang ketinggalan?" tanya Papih. "Gak ada, Pih. Aman, kok. Kalaupun ada yang ketinggalan 'kan bisa mendadak beli, hehe," sahut Sela asal. "Iya, juga." "Rencana berapa hari memang kalian berlibur?" "Menghabiskan waktu long weekend saja, Mih. Lumayan 'kan menenangkan pikiran sejenak untuk menyambut hari esok kembali." "Ya sudah. Bersenang-senanglah kalian, ingat jangan bertengkar di tempat orang. Anggap saja kalian sedang bulan madu. Jangan lupa segera berikan cucu untuk Mamih dan Papih ya," godanya. "Mamih, ih," ucap Sela malu-malu. Terlihat sekali pipinya merona saat digoda oleh Mamih. "Loh, benar dong, Sayang. Harapan Mamih dan Papih 'kan menimang cucu. Segera berikan kami cucu, ya." "InshaaAllah, Mih. Jika Gusti Allah sudah percaya pada kami, maka akan segera diberikan momongan." "Aamiin. Mamih selalu mendoakan kalian di setiap sujud dan doa, betulkan, Pih?" "Iya, Sayang. Betul sekali itu, Mamih akan selalu berdoa panjang lebar untuk kalian dan juga harapannya meminta cucu, hehe. Papih akan selalu menggelengkan kepala ketika Mamih sudah berdoa." "Aamiin, semoga doa-doa kita semua segera diijabah ya, Pih, Mih," ucap Reno menenangkan. "Ya sudah. Cepat kalian berangkat, ini long weekend pasti akan padat sekali jalanan." Mereka mengangguk. "Eh tunggu, dulu." Langkah mereka terhenti. "Kenapa, Mih?" "Mbookkk, mana bekalnya!" "Iya, Nyonya," sahut Mbok terpogoh-pogoh membawa rantang berisi makanan. "Ini?" "Bekal kalian selama di jalan, takutnya gak sempat makan siang, jadi Mamih bawakan bekal." "Makasih, Mih. Ya sudah kami berangkat." "Bang," panggil Kevin tiba-tiba. "Kenapa?" "Hati-hati, jangan lupa dzikir terus!" sentaknya sinis melirik kakak iparnya. "Kenapa bicara seperti itu, Kev?" "Memang kenapa? Apa salah kalau gue mengingatkan? Bukannya memang segala sesuatu itu harus hati-hati?" "Hm … baiklah. Terimakasih Kev sudah mengingatkan kami." "Ya sudah, berangkat ya." "Assalammualaikum." "Waalaikummussalam. Hati-hati." Hati-hati? Ada apa? Dan kenapa? Kenapa ucapannya seakan penuh makna dan ada sesuatu? Kira-kira ada apa ya? Apa yang akan terjadi nantinya? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD