Ruangan Rahasia

1675 Words
Kedua sejoli yang terlihat saling menyayangi dan mencintai saat ini sedang berada di sudut ruangan rumah makan jepang, keduanya sedang makan siang. Senyum dan tawa menyelimuti diri mereka sebelum makanan datang, namun tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Sela. "Sela? Wow tidak kusangka, kita akan bertemu kembali tanpa sengaja seperti ini," ucap seseorang terkejut melihat Sela di hadapannya saat ini. "Andri?" Andri Susanto, mantan terindah Sela semasa duduk di sekolah menengah atas, eh tunggu dulu, mantan terindah? Bukankah kalau terindah tidak akan menjadi mantan? Hehe, lagi pula mana ada mantan terindah? Jika terindah pasti sudah menikah, haha. "Syukurlah masih ingat aku." Sela hanya tersenyum canggung saja. "Sama siapa, Sel? Eh bukankah ini Kakak kelas kita dulu, ya?" tanyanya menerka-nerka dengan tingkah songongnya yang membuat Reno memutar bola matanya malas dan muak. "Ya, gue Reno. Kakak kelas kalian sekaligus calon suami Rasela." "Oh baru calon, haha," ledeknya. "Sebentar lagi akan jadi suami." "Baru akan, 'kan? Belum jadi suami? Jadi, gue masih punya kesempatan untuk bersaing bukan?" "Andri!! Apaan, sih, lu! Gak jelas banget! Pergi sono! Jangan ganggu gue lagi! Heran! Masih aja sibuk ngurusin kehidupan gue! Jangan-jangan lu nguntit gue, ya, kesini!" "Nona manis, jangan marah-marah. Nanti cantiknya hilang," godanya menoel dagu Rasela. Reno sudah mengepalkan tangannya, ia marah, kesal, emosi dan terbakar api cemburu. Sela juga merasa kesal dan muak dengan tingkah Andri. Ia bangkit dari duduknya dan seketika langsung menampar Andri. "Plakkk!!" "Lu!!" "Kenapa?! Hah?! Gak terima?!" "Lu! Akan tau akibatnya udah buat gue seperti ini, Sel!!" "Gue tunggu!!" Tantangnya, Sela menarik tangan Reno dan mereka berdua keluar dari rumah makan tersebut tanpa makan siang sedikit pun. Di sepanjang perjalanan, Reno hanya diam tanpa kata membuat Sela bingung harus melakukan apa. Ia ingin sekali berbicara, tetapi setiap kali membuka mulut pasti selalu di urungkan karena melihat wajah Reno yang terlihat seperti sangat menahan amarah. Sela menghembuskan nafasnya kasar, ia tak suka keadaan yang seperti ini tetapi ia juga bingung harus melakukan apa. Reno masih diam saja dan tidak mau bicara. Sela mencoba membiarkan saja terlebih dahulu, pikirnya mungkin Reno lebih baik diberi waktu untuk menenangkan diri, hati dan pikirannya juga. Sesekali Sela melihat ke arah wajah tampan di sampingnya itu, hatinya terasa sesak sekali ketika diacuhkan seperti ini namun ia berusaha tetap tenang. Sela berencana ketika sudah sampai di kantor Reno, ia akan mencoba merayu agar lelaki itu kembali tenang lagi. Flashback off Alih-alih mencoba merayu dan menggoda, Sela justru merasa takut sekali untuk mengucapkan sepatah kata dan beginilah mereka, berakhir dengan pikirannya masing-masing. Sela masih terus berpikir, bagaimana caranya agar keadaan tidak canggung seperti ini. Sela berdiri dan berjalan ke arah Reno yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Gadis itu memutar kursi kebesaran kekasihnya, lalu duduk di hadapannya. Sela mulai mengalungkan tangannya di leher kekasihnya itu, mendekatkan kedua kening mereka berdua dan mendekatkan hidung mancung mereka. Reno menatap lekat manik mata gadisnya, mereka saling tatap, tatapannya semakin dalam bahkan sangat dalam. Tatapan yang menyampaikan rasa cinta yang mendalam di antara mereka berdua. Sela mengecup lembut bibir pink kekasihnya dengan sangat pelan dan lembut sekali. Keduanya saat ini memejamkan mata, kecupannya semakin dalam, semakin panjang dan ganas. Keduanya seakan tak ingin kehilangan momen mesra luar biasa ini. Tangan Reno mulai menarik tubuh gadisnya semakin dekat dan masuk ke dalam dekapannya. Pikirannya mulai melayang dan ngaco karena kegiatan yang dilakukan oleh Sela terhadapnya. Rasanya, lelaki itu ingin sekali dalam sekejap mengkuliti gadisnya secepat kilat agar bisa ia nikmati setiap lekuk inci tubuh gadisnya itu. Reno berusaha menahan birahinya agar mereka tidak melebihi batas. Reno melepaskan kecupan menggairahkan tersebut, ia tatap dalam-dalam manik mata Sela yang sayu. Ia kecup kedua mata indah itu dan kecupannya berhenti pada kening Sela. "Kenapa?" "Kenapa apanya, Sayang?" "Kenapa berhenti? Aku ingin merasakan lebih." "Nanti akan ada waktu dimana kita akan melakukannya lebih." "Kapan?" "Secepatnya, Sayang." Sela sebenarnya merasa kesal karena aksinya terhenti, entah perasaan gila dari mana dirinya menginginkan yang lebih. Menginginkan masuk ke dalam diri Reno lebih dalam lagi dan merasakan belaian Reno yang akan membuatnya melayang hingga langit ketujuh. Tatapannya penuh dengan rasa yang sulit untuk dijelaskan dan Reno mengerti gadisnya itu saat ini sudah dipenuhi dengan nafsu. Ia pun merasa ingin menyatukan dirinya namun berusaha menahannya agar tak menyakiti hati kekasihnya. Walaupun, tanpa ia ketahui kekasihnya itu menginginkannya juga dan dengan senang hati memberikannya mengingat mereka sudah ada rencana untuk menikah. Nafas Sela terlihat sangat memburu, namun ia sebisa mungkin menahannya dan mengontrol agar tidak lepas kendali. Nafasnya terasa sangat hangat sekali dan terdengar merdu di telinga Reno. Gila! Memang mereka berdua sudah merasakan gila ingin segera menyatukan diri. "Jika memang secepatnya, mengapa tidak kita lakukan?" "Jangan, Sayang. Kita jangan melakukan kesalahan yang nantinya akan membuat kita menyesal di kemudian hari." "Tapi, kau pasti akan menikah denganku, 'kan?" "Pasti, Sayang." "Ayo kita lakukan saja!" "Tapi …." "Kenapa selalu ada kata tapi? Aku sungguh merasa tidak sabar lagi merasakan penyatuan dengan dirimu, Sayang. Aku ingin merasakan kejantananmu di atas ranjang," godanya membelai d**a bidang dan pipi Reno dengan manja. Reno memejamkan matanya dan merasakan setiap sentuhan lembut dari tangan mungil gadisnya itu. Otaknya mulai tidak terkendali, di dalam sana seperti ada yang memberontak untuk keluar dan menunjukkan jati dirinya. Terlebih lagi, saat ini posisi gadisnya yang sedang duduk tepat berada di atasnya membuatnya semakin tidak sabar ingin menjamahnya. "Ayo, Sayang. Nikmati aku dan jadikan aku ratumu di atas ranjang," bisiknya di telinga Reno membuat bulu kuduknya berdiri dan meremang. Lelaki itu merasa sudah tidak sanggup lagi menahannya. Reno menggendong Sela yang dengan senang hati mengalungkan tangannya di leher Reno dan menyandarkan kepalanya di d**a bidang kekasihnya. Bibirnya mulai bermain di atas kancing kemeja Reno, dengan bantuan gigi putihnya yang runcing ia berhasil meloloskan satu kancing atas kemeja kekasihnya. Mereka berdua masuk ke dalam ruangan yang memang dibuat khusus untuk beristirahat dan saat ini tempat tersebut akan menjadi saksi terjadinya penyatuan diantara mereka. Reno merebahkan tubuh sintal itu perlahan dan sangat hati-hati sekali. Mereka saling menatap satu sama lainnya, menyampaikan rasa cinta dengan sebuah tatapan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Reno mulai mengecup bibir tipis gadisnya itu, melumatnya lebih dalam bahkan sangat dalam. Tangannya mulai meraba setiap inci dalam tubuh gadisnya itu. Sela mulai terbuai dan terbawa dengan permainan kekasihnya itu. Kedua tangannya meremas rambut kekasihnya tanpa ampun. Reno mulai meloloskan dress merah milik gadisnya dan membuat tubuhnya polos hingga hanya meninggalkan kedua renda yang menutupi kedua gundukan daging indah dan tubuh inti gadisnya. Sepertinya, Sela memang sudah merencanakan ini semua, melihat pakaian yang dipakai sungguh sangat minim sekali. Reno mulai mencium leher jenjang kekasihnya lalu turun pada kedua buah gundukan yang memang sangat diidolakan olehnya. Ia bermain dengan sangat lembut di atas sana, tak lupa juga tangan dan jari-jemarinya mulai memasuki inti tubuh gadisnya. Sela menggelinjang, ia merasakan melayang entah kemana. Tubuhnya terasa sangat enteng sekali dan ingin merasakan lebih. Sengatan listrik yang perlahan mulai naik ke pikirannya membuat tubuh sintalnya merasakan candu yang luar biasa dan menginginkan lebih dari ini. Reno sangat pandai sekali membuat gadisnya melayang dan terbuai, nafas Sela sudah semakin tak beraturan. Reno memandang wajah cantik gadisnya yang sudah dikuasai oleh birahi. Ujung bibirnya tertarik dan merasa bangga sudah membuat gadisnya hilang rasa angkuhnya karena terus-menerus menggelinjang keenakan. Reno melanjutkan kembali kegiatannya, membuat atmosfer ruangan yang tadinya dingin menjadi panas. Aliran cinta mulai membangkitkan gairah Reno, ia sudah tidak sabar lagi ingin menyatukan dirinya dengan gadis yang terlihat angkuh namun ternyata sangat terbuai akan sebuah sentuhan luar biasa. Dalam hatinya, ia merasa senang dan tertawa, sebentar lagi akan merasakan nikmat yang sesungguhnya. Reno tidak meminta dan memaksanya, melainkan gadisnya yang menyerahkan dirinya dengan senang hati. Reno menghentikan kembali kegiatannya membuat Sela membuka mata dan menatapnya nanar. "Sayang …," ucapnya sangat lembut dengan suara khas menahan gejolak cinta. "Yes, Honey?" "Kenapa berhenti? Lanjutkan! Aku ingin yang lebih!" pintanya dengan wajah memelas dan tatapan berbinar. "Apakah kau yakin?" tanya Reno dengan senyum mengejek. "Ya, Sayang. Lakukanlah, aku milikmu dan akan menjadi milikmu selamanya. Aku ingin dirimu, tubuhmu dan kegagahanmu, Sayang." "Aku takut melukaimu, Sayang. Aku takut menyakitimu, Sayang." "Tidak. Aku yang menginginkannya. Kumohon, lanjutkan kegiatan ini. Aku ingin merasakannya." "Baiklah, jika itu yang kau minta. Tahan ya, aku akan membuatmu lebih melayang dari sebelumnya. Tunggu, aku akan memberikan kehangatan yang kau butuhkan." Sela mengangguk. Setelah mendapatkan persetujuan dari gadisnya bahkan gadisnya sendiri yang meminta dan memohon. Ia melanjutkan kembali dan kegiatannya semakin jauh, Reno menarik tangan Sela dan memintanya untuk melucuti kancing kemeja yang dipakainya. Sela menuruti keinginan kekasihnya itu, dan meloloskan kemeja tersebut dari tubuh kekarnya lalu melempar ke sembarang arah. Tangannya mulai berpindah pada celana panjang yang dikenakan oleh kekasihnya, dengan tatapan dan belaian menggoda, ia berusaha membukanya dan lagi-lagi membuang ke sembarang arah. Gadis itu terkejut melihat pemandangan luar biasa di hadapannya, ia belai kembali kegagahan kekasihnya membuat Reno tak bisa menahannya. Reno kembali merebahkan gadisnya dan mulai naik ke atas tubuh gadisnya. Perlahan namun pasti, ia mulai memasukan dirinya pada inti tubuh gadisnya. Sakit, nyeri, itu yang pertama kali Sela rasakan dan terlihat dari raut wajahnya yang menahan semua rasa itu. "Sakit?" Sela menggeleng. Reno kembali memasukkan dirinya, dan memulai memberikan gejolak cinta yang luar biasa pada Sela. Awalnya, gadis itu merasakan sakit luar biasa, namun lambat laun, ia justru semakin liar dan racauannya semakin tak karuan. Setiap kata yang keluar dari bibir mungilnya membuat Reno merasa kegagahannya memang luar biasa. Gelombang cinta diantara mereka mulai naik ke ubun-ubun, rasanya seperti melayang dan aliran cinta Reno tak bisa lagi tertahankan. Keduanya sama-sama terbuai, Sela menancapkan jarinya pada punggung kekasihnya itu. Gejolak cinta semakin tinggi dan membuat mereka tak sanggup lagi menahan, akhirnya mereka berdua sama-sama menyemburkan lahar panas di inti tubuhnya masing-masing. Peluh bercucuran, tubuhnya terasa terhempas hingga langit ke tujuh, perlahan mulai melemah dan lelah. Tulang terasa copot dari tubuhnya, dan Reno rubuh di atas tubuh gadisnya. Sela memeluk kekasihnya dengan kehangatan dan keduanya berpelukan. Nafas keduanya masih terengah-engah seperti habis berlari. Ya benar berlari di atas pikiran luar biasa yang menghasilkan kenikmatan luar biasa. Keduanya saling pandang dan tersenyum lalu mengecup bibir yang manis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD