Maafkan

1100 Words
Maafkan... Maafkan hati ini, tak bisa berhenti mencintaimu Walau kau mungkin tak memilihku tuk menetap di hatimu --Billa ❤ Tahun terus berganti sejak ketika untuk yang pertama kalinya Billa merasakan jatuh dan patah karena cinta. Tapi rasa itu tak pernah pergi hingga saat ini. Meski sejauh apa ia melangkahkan kaki. Kejadian lima tahun lalu yang telah merubah seorang Nabilla Azhar menjadi seorang gadis yang lebih pendiam dan tertutup untuk siapa pun yang mendekatinya. Sulit sekali bagi seorang Billa untuk melewati hari-harinya setelah melewati pengalaman pahit di saat pertama kali hati sedang berbunga karena cinta. Justru Ben menyiram api di dalam hatinya. Malam ini, Billa duduk di balkon kamarnya. Memeluk lututnya yang terasa dingin. Mengingat semua kejadian di tivi tadi. Ada apa dengan ungkapan Ben? "Apa dia bisa dipercaya? Bukan pacar pertama, tapi cinta pertama? Terus kenapa kamu tega menghinaku dengan kasar waktu itu, Ben?!" ia menggumam sendirian. Ingatannya kembali pada saat itu, saat di mana Ben mendorong dan menghinanya dengan kasar. Saat itu Billa sedang beristirahat, bersama hampir separuh dari teman kelasnya. Billa sangat menyukai teater, mereka berkumpul di halaman belakang sekolah untuk membicarakan sebuah sandiwara yang akan mereka tampilkan saat perpisahan kakak kelas 12 nanti. Sebagai murid baru Billa terbilang cepat tenar karena sikapnya yang ramah pada siapa saja dan senyum kepada semua orang. Nggak terkecuali pada anak-anak cowok yang sering menggodanya dengan kata-kata jahil atau pun juga sekadar menyapanya. Dan itu membuat Billa dengan cepat bisa memiliki banyak teman. Ben dan Joana adalah kakak kelas paling tenar sampai-sampai banyak yang menyebut mereka dengan panggilan Ben-Jo, lebih lagi ketika mereka telah jadian. Saat Billa masuk sebagai murid baru, adik kelas gemes, dia sudah mencuri perhatian. Nggak terkecuali pada Ben. Ketika Billa menjadi siswi baru, berita yang tersebar adalah Ben-Jo sedang nggak baikkan. Diambang putus. Ketika itu perhatian Ben beralih pada Billa. Dan ketika itu Joana sangat yakin, Ben memutuskan hubungan dengannya karena adik kelas yang doyan tebar pesona menurut sudut pandang Joana, yaitu Billa. Joana menyusun strategi untuk bisa merebut Ben kembali, dan menebus rasa malunya karena dikandaskan dengan adik kelas yang baru. Joana sangat benci dengan adik kelas satu ini. Ben benar-benar menyatakan cinta pada Billa. Dan tanpa sulit bagi Billa untuk bisa menerima Ben yang memang populer dan penuh pesona sebagai kakak kelas. "Itu cewek polos yang elo pilih buat gantiin gue! Seperti yang gue bilang, cuma gue yang bener-bener cinta sama lo, dan punya waktu buat lo! Nggak kayak dia, kecentilan banget. Tebar pesona dimana-mana! Liat kelakuannya yang bisa dengan mudahnya deket dengan semua cowok yang dia kenal. Tengil!" begitulah kata-kata Joana ketika itu tanpa punya perasaan sedikit pun di hadapan Billa dan semua tannya ketika itu. "Apa maksudnya kak Jo?" tatapan Billa penuh rasa takut. Teman-temannya yang juga murid baru nggak berani berbuat apa-apa. Mereka semua tau Joana layaknya kakak kelas penguasa sekolah. "Lo liat aja Ben, dia lebih banyak teman cowok daripada taman cewek!" serang Joana. "Terang aja, kelakuannya centil banget! Hih, baru juga murid baru lo!" Sandra sahabat Joana ikut menyerang. Ben hanya berdiri seperti patung di tengah Joana dan Sandra. Tatapannya seperti srigala yang siap menerkam seekor angsa kecil. Rahangnya mengeras seakan bisa menghancurkan giginya sendiri. Billa hanya membeku, apa yang dikatakan Joana itu seperti menelanjanginya di depan umum. Bibirnya membuka lebar dengan kaku tak mampu bicara. Matanya panas dan basah. Menunggu reaksi Ben, tatapannya memohon agar Ben nggak memercayai itu semua. Billa memang mudah dekat dengan siapa pun, tapi bukan serendah itu alasannya. Bukan itu. Ben mendekat dengan langkah tegas dan rahang yang mengeras. "Aku benci cewek murahan kayak kamu! Kita putus!" Tubuh Billa makin membeku di tengah keramaian. Ben bukan iba pada tatapannya, tapi justru mendorong dengan kasar tanpa perasaan. Saat itu juga tubuh Billa tersungkur seperti tersambar petir, merasa tak bertenaga untuk bangkit lagi. Dari celah air mata dan rambutnya yang berjatuhan karena tertunduk ke tanah, ia melihat tiga pasang kaki tadi menjauh. Teman-temannya datang untuk membantu. Billa menangis tersedu. Sulit untuk teman-temannya membawanya ke kelas karena Billa benar-benar menangis di sana. Sejak saat itu Billa berubah drastis, ia menjadi pendiam. Terlebih lagi menjaga jarak pada anak-anak cowok, bahkan parahnya lagi seolah tak ingin mengenal teman cowok lagi. Satu bulan kemudian Billa pindah ke Jakarta karena ayahnya yang bekerja sebagai manajer sebuah bank swasta harus pindah tugas. Dengan senang hati Billa meninggalkan sekolah yang baru saja ia jejaki itu tanpa memberi tahu kepada siapa pun. Sejak Billa tak ada di sekolah, Ben justru merasa telah kehilangan seseorang. Dan menyadari sebenarnya ia sangat mencintai seseorang itu. Dan kemarahannya saat itu adalah karena rasa cemburu yang besar melihat gadis itu sering bersama teman-teman cowoknya daripada bersama dengannya saat berada di sekolah. *** Apa salahku hingga kau sakiti aku... Saat cintaku mulai tumbuh dan berbunga... Kau goreskan kepedihan yang tak pernah kuduga... Kau patahkan semua harapanku... Kau hancurkan semua impianku... _ Lagu Terry Tepatnya Malam Minggu yang terdengar dari laptop Kak Nissa menyadarkan Billa dari lamunannya. Lagu itu menambah dalam kesedihan ketika mengingat Ben saat ini. Sakit sekali, semakin mengingatnya semakin sakit rasanya. Disakiti oleh orang yang pertama membuatnya jatuh cinta. Belum sempat merasakan malam Minggu pertama Ben justru mematahkan hatinya begitu saja di hadapan banyak orang tanpa meminta penjelasan apa pun. "Ben, kenapa kamu muncul di sana? Kenapa aku harus melihat kamu walau aku nggak suka acara itu?" gumam Billa pada hamparan langit gelap di atas sana. "Maaf jika aku nggak bisa menjaga sikap aku, sampai kamu menilai aku seburuk itu. Maafkan aku--sampai detik ini masih menyimpanmu. Masih tetap--mengharapkanmu. Maafkan aku, jika aku yang pertama kali membuatmu jatuh cinta, namun ... membuatmu kecewa. Maafkan aku--Ben Revaldo." Sudah cukup Billa mengingat tentang kejadian waktu sekitar lima tahun lalu itu. Ketika disakiti, namun tak bisa melupakan dia yang telah menyakiti, adalah hal yang jauh lebih menyakitkan lagi. Berkali-kali Billa mencoba lari untuk melupakan, namun sepertinya ia selalu dikejar untuk tetap mengingat lagi, dan lagi. Cinta yang sejak awal telah tumbuh di hati yang belum ranum kini terasa semakin berakar dan sulit untuk dicabut kembali hingga ke dasar. __ Hari terus berjalan, bumi berputar, matahari dan bulan silih berganti, dan begitu pun juga dengan kehidupan yang meski dengan segala kepahitan akan selalu berjalan ke depan. Tidak ada kehidupan yang kembali ke belakang. Seperti halnya kita yang hanya selalu bisa menatap ke depan, walau apa pun yang telah terjadi di belakang. Seperti halnya Billa yang meski belum sempat menyampaikan maaf kepada Ben, namun ia selalu berusaha untuk sempat mengucapkan itu kepada hatinya sendiri. ... Meski ini bukan salahku, aku akan selalu mengucapkan itu untukmu, maafkan aku. Maafkan aku yang tak dapat membenci kamu. Maafkan hati ini yang mungkin masih mencintai. Maafkan... ... * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD