Tatapan Sinis

1043 Words
Sebuah mobil mewah bermerk porsche panemara turbo berwarna hitam terparkir di halaman rumah orang tua Nadhira. Tak butuh waktu lama, Dhira keluar dari dalam rumah dan melihat Arjuna telah berdiri tepat di samping pintu mobil miliknya. Dhira mendekati Arjuna yang tampak terkagum melihatnya, tak sekalipun penampilan Dhira tak mengundang perhatiannya. "Sudah siap?" tanya Arjuna dengan senyum yang terpampang jelas di wajahnya. Dhira mengangguk pelan, tanpa harus bersuara. Dengan sigap Arjuna membuka pintu mobil mempersilah kan Dhira untuk masuk kedalam mobilnya dan menutupnya kembali. Arjuna pun kembali ke dalam mobil melaju menembus jalanan ibukota membawa sang calon istri berjalan jalan sejenak. "Hai kakak ipar, bertemu lagi." Elindra melambaikan tangannya sembari tersenyum ramah menyapa Dhira dari kursi belakang. Dhira sedikit terkejut karena ternyata Elindra turut serta bersama mereka. Sebenarnya Dhira begitu malas untuk bertatap muka kembali dengan Elindra, hatinya selalu sakit bila melihat wajah cantik Elindra seolah bayangan Tama sedang memeluk Elindra terlihat jelas di benaknya. Tapi apa mau dikata? Terima atau tidak, suka atau tidak, Elindra tetap lah adik kandung Arjuna yang artinya akan menjadi adik iparnya. "Hai..." sahut Dhira dengan senyum tipis. Didalam mobil ketiganya tak begitu bnyak bicara, hanya saja Elindra yang sering menggoda kakaknya, Arjuna. Sementara Dhira hanya menjadi pendengar setia dari kakak adik yang tampaknya kurang akur itu. Mobil yang di tumpangi Dhira berhenti di sebuah basemant sebuah mall terbesar di ibu kota, mall yang sering di kunjungi oleh para artis serta masyarakat di ibu kota. Saat mereka sudah sampai, Dhira kembali di kagetkan pada sosok yang tengah berjalan menghampiri mereka. "Hai... Kamu sudah duluan tiba rupa nya." Elindra bergelayut manja di lengan Tama. Dhira menahan kekesalannya, ia menghela nafas jengsh melihat tingkah Elindra yang seperti di buat buat. 'Berfikir jernih Dhira, ayo berfikir jangan menunjukkan sikap bodoh mu ini.' Dhira membatin. Tiba tiba Arjuna menyodorkan tangannya meminta izin pada Dhira agar ia di perbolehkan untuk menggandeng wanita muda cantik yang akan menjadi istrinya dalam waktu dekat tersebut. Tanpa fikir panjang Dhira kemudian menyambut tangan Arjuna dan bergandengan mesra mendahului Tama dan Elindra tanpa menoleh sedikit pun. Tama cemburu? tentu saja jawaban nya iya. Bahkan kini rahangnya tampak mengetat walau dalam ekspresi yang tampak tenang. "Ayo kita jalan." Elindra menyadarkan Tama dari lamunan kekesalannya. Mereka berempat memasuki mall tersebut, berkeliling untuk berbelanja memenuhi janji Arjuna pada Elindra yang sempat tertunda. Mereka berempat tampak sangat serasi dengan pasangan masing masing. Terlebih penampilan Dhira yang terlihat begitu modis mengenakan celana jeans panjang ketat beraksen sobek sobek di padu dengan atasan cut off shoulder berwarna putih lengan panjang yang menampilkan jenjang leher dan bahu mulus nya serta kitten heels berwana senada dengan atasannya serta rambut panjang curly yang di biarkan tergerai. Pandangan mata Tama terus tertuju pada Dhira yang berjalan beberapa langkah ldi depan nya bergandengan mesra dengan Arjuna, bagaiman tidak? penampilan nya kali ini sungguh membuat Tama ingin sekali memeluknya, bibirnya yang di poles oleh lipstik berwarna pink membuatnya semakin menggemaskan. Sementara penampilan kedua pria dewasa ini tak jauh berbeda sama sama menggunakan kaos oblong dan celana jeans serta sepatu sneaker yang membedakan Tama menambah jaket bomber untuk menunjang penampilannya. Jangan lupakan merek dan harganya yang begitu fantastis dari keduanya. "Kita kesana sebentar." Arjuna menunjuk ke sebuah toko perhiasan. Dhira mengerutkan dahinya, untuk apa Arjuna mengajaknya ke toko perhiasan. Pikirnya. "Mau ngapain mas?" Tanya Dhira saat memasuki toko perhiasan yang menampilkan kilauan indah dari berlian berlian di dalam etalase. Arjuna hanya tersenyum manis. Menyuruh Dhira untuk memilih perhiasan yang ia ingin kan. Sebenarnya Dhira sangat malas, tapi ketika dia melirik Tama yang juga tengah memilih perhiasan bersama Elindra membuatnya juga ikut memilih. Mata Dhira tertuju pada sebuah cincin namun tak di ungkap kannya pada Arjuna. "Dhira, coba kamu pakai ini." Arjuna mengambil satu buah kalung berlian dengan liontin potongan pear yang begitu indah. Dhira menatap sebentar, lalu ia menaikkan rambut nya agar Arjuna lebih mudah memasang kalung itu di lehernya. Arjuna membalikkan tubuh Dhira perlahan, lalu ia tersenyum puas dengan pilihannya yang terlihat sangat cocok pada Dhira. "Wah, cantik sekali. Kalung pilihan mas Arjuna cocok banget sama kakak ipar." Elindra berbinar binar melihat kecantikan Dhira yang terpancar menggunakan kalung berlian mahal itu. Sontak Tama melihat sinis pada Dhira, tak sengaja Dhira pun menatapnya senyum yang tadi mengembang kini hilang begitu saja saat Tama menatap dengan pandangan tak suka. Langsung saja Dhira memasang wajah pura pura bahagianya. "Tentu Elindra, karena ini pilihan calon suami aku." Penekanan pada kata suami membuat Tama semakin di bakar api cemburu. Tak pikir panjang, Tama segera menarik tangan Elindra untuk keluar dari toko perhiasan itu meninggalkan Arjuna dan Dhira di dalamnya. Sebuah senyuman kemenangan tersungging jelas di bibir Dhira. Setelah itu mereka kembali memasuki sebuah toko pakaian wanita degan merk ternama, Elindra memilih milih pakaian yang akan di belinya, sementara Dhira, Arjuna dan Tama memilih untuk duduk. "Mas Arjuna sini deh sebentar." Elindra menarik tangan Arjuna untuk membantunya memilih pakaian meninggalkan Dhira dan Tama. Tama mendekatkan jarak di antara mereka lalu membisikkan sebuah kalimat tepat di samping telinga Dhira. "Aku sungguh merindukanmu." Dhira memutar bola mata jengah lalu menarik diri untuk menjauh beberapa jarak dari Tama. Tama memastikan keberadaan Arjuna dan Elindra lalu kembali mendekati Dhira. "Aku akan memiliki mu, bidadari ku." Tama kemudian berdiri meninggalkan Dhira sendiri. Perkataan Tama membuat Dhira tercengang, fikirannya kembali pada beberapa tahun silam saat usia nya delapan tahun. Dadanya terasa begitu sesak saat membayangkan hari tragis yang hampir meregang nyawanya. "Kakak tampan," ucapnya lirih. Seketika ia mulai merindukan sosok kakak tampan yang sangat ia sukai pada masa itu hingga ia rela mempertaruhkan nyawa nya demi menyelamatkan anak laki laki yang berusia empat belas tahun yang sangat ia sayangi. 'Ah, kenapa dia memanggilku seperti itu? Hanya kakak tampan yang aku izinkan memanggil bidadari.' Batin Dhira. Ia belum mengetahui jika sosok yang sangat ia rindukan dan sayangi tengah berada di dekatnya bahkan telah berhasil mencuri perhatiannya saat ini. 'Dimana keberadaan mu saat ini kak? Aku ingin sekali bertemu dengan mu. Bodohnya aku yang tidak pernah menanyakan nama aslimu. Hingga aku kesulitan mencarimu.' Dhira merutuki dirinya sendiri dalam hati. Tanpa ia sadari, dari jarak yang tak cukup jauh seorang pria muda tengah memperhatikan dirinya yang tengah melamun seperti sedang memikirkan sesuatu. 'Tunggu saatnya tiba, aku akan membuatmu tak jatuh kepelukan ku Dhira. Ku pastikan itu.' Batin Tama dengan seringai licik di wajahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD