Bab 23 : Ketegangan diAmabng Pintu

1267 Words

Langit sudah mereda. Hujan menyisakan aroma tanah basah dan dedaunan yang lega. Malda duduk diam di kursi penumpang, kepala bersandar di jendela, rambutnya masih basah. Yulianto mengemudi pelan, sesekali melirik ke arah Malda yang menunduk, matanya bengkak tapi sudah tak mengalirkan air mata lagi. "Kita langsung pulang?" tanya Yulianto pelan. Malda mengangguk. "Aku... harus hadapi Papa. Tapi jangan tinggalin aku ya." Yulianto tersenyum tenang. "Selama kamu butuh, aku akan selalu ada. Bahkan kalau papamu suruh aku lari keliling kompleks dua puluh kali." Malda terkekeh lirih. "Kamu pasti jatuh di lap pertama." "Yakin kamu nggak jatuh duluan lihat aku buka baju?" "Hei!" Mereka tertawa pelan. Sedikit tawa yang mereka curi sebelum badai kembali. ----- Mobil berhenti di depan rumah Mald

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD