Hari-hari setelah pertemuan itu menjadi titik balik yang tenang, tapi tak berarti mudah. Yulianto tetap mengantar Malda latihan, menunggu di tribun dengan teh hangat dan tatapan penuh semangat. Malda mulai kembali berani tersenyum, meski sesekali sorot matanya masih menyimpan luka. Suatu sore, saat latihan estafet di Stadion Mugas, Malda mengejutkan semua orang. Bukan hanya karena kecepatannya kembali melampaui rekor pribadinya, tapi karena dia melakukannya dengan wajah yang berseri, ringan, dan percaya diri. Pelatih hanya bisa menggelengkan kepala tak percaya. "Kalau kamu kayak gini terus, bisa-bisa tiket Asian Games tinggal nunggu cetak doang!" ujar pelatih dengan semangat. Malda tertawa kecil. "Boleh request tiket dua? Satu buat aku, satu buat... ehm, official pribadi." Semua menole

