bc

Menikahi Brondong Bucin

book_age18+
226
FOLLOW
1.4K
READ
HE
age gap
arranged marriage
badgirl
heir/heiress
drama
bxg
brilliant
addiction
like
intro-logo
Blurb

Alisa merasa bingung karena dijodohkan dengan seorang laki-laki yang usianya 5 tahun dibawahnya, sedangkan dirinya sendiri sudah memiliki kekasih.

Disaat dirinya berjuang untuk menolak perjodohan itu, kekasihnya justru malah mendorongnya untuk menerimanya, seolah-olah pernikahannya tidak berarti apa-apa bagi kekasihnya.

chap-preview
Free preview
Lamaran yang dikemas menjadi Perjodohan
"Dijodohkan? Aku dijodohkan Ma?" "Iya, papa sama Mama sudah mengatur perjodohan kamu sama Rehan." Daniel buka suara atas keterkejutan yang diungkap sang putri. Farah menatap pada suami dan juga sang putri yang tengah adu bicara. “Iya, mama dan papa mau seseorang yang bisa dipercaya dan baik untuk kamu.” Alisa menatap pada sang mama.Tentu saja dalam hal ini ia akan kalah bicara. Kedua orang tuanya jelas sudah merencanakan ini. Mengatur hidupnya, menjodohkan dengan seseorang yang tak ia kenal. “Ini hidup aku lho Ma, hati dan perasaan aku. Yang akan jalani pernikahan itu aku. Mana bisa sih, nikah sama orang yang enggak jelas siapa.” Alisa berusaha menahan emosinya. “Enggak jelas bagaimana? Dia sudah jelas bebet, bibit dan bobotnya.” Farah yang mendengar penolakan putrinya terus menerus mulai geram. Alisa memutar bola matanya, jengah. “Kalau gitu, mama aja yang nikah sama orang itu.” Perkataan Alisa jelas terdengar tak sopan di telinga kedua orang tuanya. Dari itu membuat Daniel merasa kesal dengan sang putri. Pria itu menggelengkan kepalanya, menatap sang putri dengan tatapan penuh amarah. "Kamu itu dibiarkan semakin kurang ajar ya?! Apa yang kamu lakukan itu demi kebaikan kamu. Supaya kamu dapat laki-laki yang baik dan juga mapan. Bukan laki-laki begundalan seperti pacar kamu itu." "Papa nggak tahu apa-apa tentang dia. Seharusnya papa nggak ngomong kayak gitu." Jelas Alisa tak terima dengan apa yang dikatakan sang ayah. Bagaimana bisa dia menjelek-jelekkan seseorang yang sama sekali belum dikenal dengan baik? Daniel tersenyum, terkekeh kecil menatap putri kesayangannya. "Nggak usah papa cari tahu, jelas kalau pacarmu itu cuman orang enggak jelas masa depannya. Mikir kamu Alisa!" "Seharusnya papa sama mama juga bisa mikirin perasaan aku. Kenapa harus jodohin aku sama orang yang sama sekali nggak aku kenal?" Alisa bertanya sambil menatap kepada Daniel dan Farah bergantian. "Semua karena kami yakin kalau Rehan adalah laki-laki terbaik buat kamu. Dia itu baik, sopan, mapan. Dan keluarganya asal-usulnya juga jelas. Kami yakin kalau dia bisa membahagiakan kamu Alisa." Farah mengatakan itu kepada Alisa. Mencoba berbicara rambut mungkin meskipun kesal dengan penolakan Alisa sejak tadi. Mendengar apa yang dikatakan oleh sang ibu membuat Alisa berdecak. "Kebahagiaan seperti apa? Mana ada kebahagiaan yang diatur oleh orang lain? Lagian kalau dijodohkan itu, sama seperti membeli kucing dalam karung." "Ada, tentu aja ada. Karena nggak ada orang tua yang mau menjerumuskan putrinya. Semua orang tua ingin anaknya bisa hidup dengan bahagia. Seperti papa dan Mama ingin kamu bahagia dan memilih Rehan sebagai pasangan kamu." Daniel bersikeras. "Aku enggak mau! Sampai kapanpun aku nggak akan mau menikah sama Rehan, Rehan itu!" Alisa berteriak keras. Seketika saja ruangan menjadi panas dengan pertikaian di antara Daniel dan juga Alisa. Sementara Farah sejak tadi hanya berusaha menahan diri. Ia ingin menjadi seseorang yang bisa mendamaikan keduanya nanti. Berpikir kalau akan berbicara dengan Alisa malam nanti. "Terserah kamu mau ngomong apa. Tapi sekarang keluarga Rehan sedang dalam perjalanan ke rumah kita." Daniel memberitahu Alisa, kemudian dia bangkit dari duduknya. Berjalan meninggalkan ruang tengah menuju teras untuk menunggu kedatangan keluarga dari Rehan. "Mama tahu juga kalau Rehan mau datang?" "Iya mama tau. Ini kesempatan buat kamu menilai bagaimana Rehan. Jadi kamu nggak merasa seperti membeli kucing dalam karung." Farah memberitahu. Alisa berdecak kesal. "Sana ke kamar, ganti baju yang bagus. Kita makan malam." Farah kini yang berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan Alisa dan berjalan menuju teras menemani sang suami menunggu tamu mereka. *** Daniel, Farah dan juga keluarga dari Rehan sudah berada di ruang makan. Mereka sudah tiba sekitar 20 menit yang lalu dan kini tengah menunggu Alisa turun dari kamarnya. "Akhirnya Anda bisa datang ke sini." Daniel berujar pada Seno yang akan menjadi besannya kelak. "Iya, aku antusias banget mau ketemu sama calon mantu. Nggak sabar supaya kita bisa cepat jadi besan." Seno menjawab perkataan Daniel kemudian keduanya tertawa sembari menoleh ke arah Rehan. Lebih dari 20 menit mereka menunggu Alisa. Hanya saja gadis itu belum juga turun dari tadi. Dan itu membuat Farah menjadi sedikit tidak enak. Hanya saja Ia tetap menunjukkan senyum termanisnya kepada para tamu. "Maaf ya, agak lama karena tadi Alisa baru pulang. Jadi agak telat kasih tahunya." Farah beralasan kepada keluarga Rehan. "Iya, nggak apa-apa kok. Ngerti kalau perempuan itu pasti dandannya lama sekali biar kelihatan cantik." Aghata, ibunda Rehan menjawab. "Pak Rehan gimana kerjaan kamu?" Daniel bertanya kepada Rehan yang duduk dengan sopan berhadapan dengannya. "Saya mulai ada proyek baru om. Tapi ini masih dalam tahap pembicaraan, kalau mau jadi investor boleh kapan-kapan kita bisa ngobrol bareng." Rehan menjawab pertanyaan Daniel. Daniel sangat suka dengan Rehan yang terlihat begitu cerdas. Selain itu, Rehan juga terlihat sangat berwibawa, sopan, tegap dan juga memiliki wajah yang tampan maka hal itu membuatnya sangat yakin untuk menjodohkan Rehan kepada Alisa. Lebih tepatnya mempercayakan putrinya pada Rehan yang melamar putrinya. Saat itu, Alisa berjalan turun dari tangga. Semua mata tertuju pada Alisa. "Uhukk, uhuuk!" Daniel tiba-tiba saja terbatuk melihat penampilan putrinya itu. Farah, Agatha, dan juga Seno terheran-heran dengan penampilan yang dibawakan arisan. Bukan lantaran terlihat aneh, tapi terlalu berlebihan jika diperhatikan. Alisa mengenakan gaun berwarna merah dengan potongan lengan terbuka. Gaun itu juga menjuntai panjang ke belakang, riasan wajahnya juga dibuat bold dan glamor, juga mengenakan perhiasan paling mewah yang dia punya. Itu adalah gaun yang digunakan saat ulang tahunnya beberapa tahun yang lalu. Daniel mendekati telinga sang istri. "Ngapain sih anakmu itu? Emangnya dia mau pesta ke mana?" "Kamu jangan tanya aku dong," bisik Farah. Alisa berjalan mendekat sambil sedikit kesusahan menjinjing gaun miliknya. "Selamat malam om dan tante." Dengan tutur kata yang lembut, kini Anisa menyapa Seno dan juga Agatha. Jujur saja Seno dan Agatha heran,menatap dengan tatapan yang aneh. Mereka sama sekali dan mengerti gadis seperti apa yang kini berada di hadapan mereka. Apa memang selalu berlebihan seperti ini? "Ma-malam." Seno menyahut terbata. Alisa berjalan mendekat kemudian menyalami tamunya satu persatu, tidak lupa senyuman termanis ia tunjukkan. "Rehan ya?" Gadis itu bertanya dengan tatapan dan senyuman genit ketika dia berada berhadapan dengan Rehan. Rehan tertawa pelan di dalam hati saat Alisa tersenyum aneh, dia tetap berusaha bersikap sopan dan menatap gadis di hadapannya itu dengan tulus, seolah tidak ada yang terjadi. "Alisa? Wow, kamu cantik banget malam ini. Kelihatan anggun, meski sedikit kurang tepat. Mungkin akan lebih baik Kalau kamu kembali ke kamar dan berganti pakaian yang lebih sederhana. Tapi mau menggunakan apapun, kamu tetap yang paling cantik." Alisa telan saliva, jujurnya dia berharap Rehan akan mencemooh atau menghina nya. Namun, yang terjadi kemudian adalah Rehan yang berbicara dengan sangat sopan. "Sialan!" batin Alisa geram.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
96.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook