05. Blasteran Dedemit

1644 Words
Oceana meneguk habis air minumnya seraya merebahkan kepalanya di atas pantry. Sesekali mulutnya terlihat menghela napas berat. Sean itu sudah benar-benar membuatnya kesal.  “Lo itu kenapa sih, Oca? Kayaknya setiap kali abis dari ruangan Pak Sean. Lo selalu uring-uringan gak jelas,” tanya Anya seraya menarik kursinya dan segera duduk di samping Oceana.  Oceana mengangkat kepalanya seraya menyandarkan punggung di sandaran kursi yang ada di pantry.  “Yah ceritanya panjang ... intinya Pak Sean itu jenis manusia teraneh dan nyebelin yang pernah gue kenal. Rasanya gue pengen ngebecek-becek muka songongnya dia.” keluh Oceana seraya menggerak-gerakkan tangannya seolah sedang memukul Sean. “Pokoknya gue kesel banget sama dia.”  Setelah mengatakan itu, Oceana kembali merebahkan kepalanya tanpa semangat.  Anya melirik sekitar seraya berbisik di telinganya Oceana.“Oca, Jujur sama gue sebenarnya lo ngapain aja selama di ruangannya Pak Sean? Soalnya tadi pas gue lewat di depan ruangan Pak Sean ...  gue gak sengaja denger teriakan lo dari dalam ruangannya.”  Oceana yang mendengar pertanyaan itu langsung tersentak kaget seraya terbatuk-batuk kecil. “A—apaan sih, gue sama dia nggak ngapa-ngapain kok. Serius deh.”  Anya menatap curiga ke arah Oceana. “Kalo gitu kenapa lipstick lo berantakan?  Oh Astaga, jangan-jangan lo beneran ada something sama Pak Sean?” Oceana mendelikkan matanya.  “Lipstick gue berantakan gara-gara di suruh dihapus sama Dedemit Sean. Puas lo!” ketus Oceana kesal. Tingkat kekepoan Anya sebelas duabelas sama paparazzi. Kalau tidak dijawab nanti yang ada pertanyaannya malah melebar kemana-mana. Untung Oceana orangnya soft. “Dan lagian mana mungkin gue ada something sama orang aneh kayak Pak Sean. Udahlah gue males ngomongin dia cuma bikin esosi doang.”  “Emosi kali malih!!”  “Iya maksud gue emosi ... Sakin emosinya sampe typo hehehe,” ujar Oceana seraya cengengesan. “Yaudah gue mau balik ke ruangan gue dulu.” Oceana segera bangkit berdiri berniat kembali ke ruangan divisinya.  Namun, belum sempat Oceana melangkahkan kakinya tiba-tiba ponselnya berbunyi dan tertera nama Dedemit Sean di layar ponsel. Oceana yang melihat itu sontak menghela napas berat sebelum akhirnya mengangkat panggilan telepon dari Sean.  “Halo, ada apa, Pak?”  [Dokumen saya ketinggalan di kantor]  ujar Sean dari seberang telepon.  Oceana menghela napas panjang seraya kembali melanjutkan langkahnya.“Terus apa hubungannya dengan saya Pak?!” [Ya jelas ada hubungannya  ... Karena saya mau kamu anterin dokumen itu ke restoran yang ada di daerah kemang tempat biasa saya meeting] perintah Sean dengan ketus.  “Tapi mana bisa begi—” [Saya akan kasih kamu waktu setengah jam. Kalo sampai telat gaji kamu yang akan menjadi taruhannya!] ancam Sean dari sebrang telepon.  Tanpa menunggu jawaban dari Oceana. Sean langsung menutup panggilan teleponnya secara sepihak.  Oceana menatap sebal ke arah ponselnya. “s****n malah ditutup. Gue bahkan belum sempat protes ... ah s**l, mentang-mentang dia boss.” keluh Oceana. Mau tak mau dia segera berlari ke ruangan Sean untuk mengambil dokumennya.  “Woii, Oca lo mau kemana lari-larian begitu?” tanya Bella sesaat setelah melihat Oceana berlarian keluar dari ruangan Sean seraya membawa dokumen.  Oceana hanya melirik sekilas kearah Bella seraya lanjut berlari. Pasalnya saat ini dia sudah tidak punya banyak waktu lagi. Oceana harus segera bergegas pergi masalahnya jarak kemang dari kantornya cukup jauh dan waktu setengah jam mana cukup. Belum lagi, kalau jalanannya macet. Beuh Sean itu kalau memberi perintah suka seenak udelnya benar-benar minta dipites ginjalnya.  Sesampainya di luar kantor Oceana melirik jam tangannya, s**l sudah beberapa menit berlalu. Kalau begini caranya, dia bisa lebih dari satu jam untuk sampai ke kemang. Duh ayo berpikirlah Oceana. Dia menolehkan kepalanya menatap pengendara motor yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.  Tanpa pikir panjang. Oceana segera berjalan mendekati si pengendara motor itu. “Maaf Mas. Apa mas ojek online?” tanya Oceana pada pria yang mengenakan helm fullface itu. Pria itu menolehkan kepalanya dan untuk beberapa saat dia hanya terdiam, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. Oceana tersenyum lebar. “Syukurlah kalo gitu. Apa Mas bisa antarkan saya ke kemang ... lagi emergency nih.” Lagi-lagi lelaki itu tidak menjawab, dia hanya menyodorkan helm ke arah Oceana. Tanpa mengatakan apapun lagi. Oceana langsung mengenakan helmnya. “Kalo bisa jalan yang cepat yah Mas.” Beberapa saat kemudian. Oceana berhasil sampai di restoran tempat Sean meeting. Dia segera turun dari motor lelaki itu seraya melepaskan helm dan tak lupa menyerahkan beberapa lembar uang. “Terima kasih berkat Mas saya bisa sampai tepat waktu ... dan ini ongkosnya.”  Sebelum pergi, Oceana menyempatkan diri tersenyum manis ke arah si lelaki pengemudi motor itu. “Sekali lagi terima kasih banyak, Mas.”  Setelah mengatakan itu Oceana segera melangkahkan kakinya seraya mencoba menghubungi nomor Sean.  Tanpa Oceana sadari, si lelaki pengemudi motor itu tampak menyeringai dengan sangat misterius seraya terus mengawasi kepergiannya dengan tatapan tajamnya.  ••• “Halo Pak ... Bapak ada dimana? Saya sudah sampai nih.” Oceana menoleh kekiri dan ke kanan guna mencari keberadaan Sean.  [Saya ada disini] jawab Sean sekenanya.  Oceana yang mendengar itu sontak mendengus kesal. “Iya disini dimana Bapak. Sean Mahendra yang terhormat.” [Di belakang kamu] sambung Sean seraya menutup teleponnya.  Oceana menyerngitkan dahinya seraya membalikkan tubuh. Dan benar saja, Sean sudah berdiri di belakang tubuhnya seraya memasukan tangan ke dalam kantong celananya. Oceana yang melihat itu segera berjalan mendekatinya.  “Tumben kamu tepat waktu ... Yaudah mana dokumen saya.” “Ohya ... Ini Pak dokumennya.” Oceana menyodorkan dokumen dan Sean langsung mengambilnya seraya memeriksa dokumennya. “Kalo gitu, saya permisi dulu Pak.” “Tunggu!” “Iya, ada apa lagi, Pak?” “Kamu harus tunggu saya sampai selesai meeting.” “Hah?” “Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu ... Jadi kamu harus menunggu saya sampai selesai meeting,” jelas Sean memasang ekspresi songong seraya melirik jam tangannya. “Inget kamu jangan kemana-mana sebelum saya selesai meeting.” Seperti biasa, setelah mengatakan itu Sean langsung berlalu pergi meninggalkan Oceana. Sedangkan Oceana sendiri dia hanya bisa menatap Sean dengan tatapan kesalnya. Kalian lihatkan. Sean itu benar-benar menyebalkan. Kurang sabar apalagi bininya Sehun ini?  “Mbak, saya mau pesan satu gelas minuman ... yang dingin-dingin yah.”  Oceana duduk disalah satu kursi yang ada direstoran seraya menghela napas panjang. Dia butuh sesuatu yang dingin-dingin untuk menetralkan kekesalannya.  “Baik Mbak tunggu sebentar yah.” Oceana mengangguk mengerti seraya memainkan ponselnya tapi tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita yang marah-marah padanya.  “Heh, b***h jauhin Sean ... Dia masa depan gue!!” teriaknya mengundang perhatian orang-orang.  Oceana segera bangun dari duduknya seraya menatap wanita itu dengan tatapan heran. “Maaf, sepertinya Mbak salah paham. gue gak ada hubungan apa-apa sama Pak Sean.” “Gak usah, ngeles dasar pelakor!!!” teriaknya seraya menyiram wajahnya dengan sebotol minuman. Orang-orang mulai berbisik-bisik bahkan ada yang terang-terangan merekamnya.  Oceana tertawa kecil seraya menggelap wajahnya. ‘s****n, muka sama baju gue basah. Arggh dasar wanita gila,’ batin Oceana seraya menatapnya dengan penuh kekesalan.  “Lo udah gila yah. Datang-datang marah-marah nuduh gue yang gak pernah gue lakuin!!” ujar Oceana tidak mau kalah dan tentu saja tanpa rasa takut sedikitpun. “Lo bilang Pak Sean calon masa depan lo ... tapi belum tentu Pak Sean mau sama lo!” Wanita itu semakin marah. dia bahkan langsung mengangkat tangannya bersiap menampar pipi Oceana. Namun, belum sempat tangan wanita itu menyentuh pipi Oceana tiba-tiba seseorang datang dan langsung berdiri tepat di depan Oceana dan dengan kasar pria itu menahan tangannya.  “Gue gak tau apa masalah diantara kalian berdua tapi kalo lo berani menyakiti Oceana. Gue gak akan tinggal diam,” ujarnya dengan tenang. Namun, terdengar sangat mengintimidasi seraya menghempaskan tangannya.“Jadi gue saranin lebih baik lo pergi sekarang.” Wanita itu meringis kesakitan seraya menatap tajam Oceana. “s**l, ini belum berakhir b***h. Tunggu pembalasan gue!!” ancam wanita itu seraya berlalu pergi.  Setelah memastikan wanita itu sudah pergi. Pria itu langsung membalikkan tubuhnya menghadap Oceana. “Oca, lo baik-baik aja kan?”  Oceana yang melihat itu sontak mengecap-ngerjapkan matanya. Apa dia tidak salah lihat? Pria itu, Dante pramuditta Mose. Sahabatnya.  “Gue gak kenapa-napa  ... Tapi pipi lo.” “Bodoh, khawatirkan aja diri lo sendiri. Lihat baju lo basah begini!” cibir Dante seraya menatap Oceana. “Lo benar-benar ceroboh ... Untung aja hanya disiram air biasa. Gimana kalo wanita tadi menyiram lo pake air keras?!” Mendengar itu, Oceana sontak cemberut kesal. Dante itu sahabat rasa musuh. Sebelas duabelas lah sama Sean. Yah benar sama-sama menyebalkan dan juga sama-sama cerewet.  Dante tersenyum kecil seraya melepaskan jasnya dan memasangkannya di pundak Oceana. “Nih, pakai dulu jas gue ... lain kali jaga diri lo baik-baik.” Dante melirik jam tangannya seraya melepaskan kancing lengan kemejanya. “Gue gak bisa lama-lama.” “Iya ngerti kok orang sibuk mah emang beda,” cibir Oceana seraya mengaduk-aduk minuman pesanannya. “Yaudah sana, bye-bye.” “Ada sesuatu yang harus gue urus,” ujar Dante seraya mengacak-acak rambut Oceana. “Tapi lo tenang aja gue akan usahain mampir ke apartemen lo.” Oceana hanya menganggukkan kepalanya tanpa ada niatan untuk menjawabnya. Dante langsung bergegas pergi. Sedangkan Oceana kembali memainkan ponselnya, lebih tepatnya dia menstalk akan ** Sehun suami halunya seraya menyeruput minumannya.  “Siapa dia?” bisik Sean yang entah sejak kapan dia berada di belakang Oceana. Oceana yang kaget tidak sengaja menyemburkan air dan tepat mengenai wajah Sean.  “Oceana Lalisa. Saya tau kok kalo saya ini ganteng tapi gak usah disembur juga kali Oca. Muka blasteran surga saya jadi basah nih!” Oceana yang mendengar itu sontak mendelikkan matanya. level kepercayaan diri Sean benar-benar luar biasa. Blasteran surga apanya? Sean itu lebih cocok jadi blasteran dedemit. Muehehe.  Sementara itu, di tempat lain wanita yang melabrak Oceana berjalan menuju parkiran tetapi tiba-tiba saja muncul lelaki misterius yang langsung memukul tengkuknya hingga si wanita itu jatuh pingsan. Melihat itu, Lelaki misterius itu tampak menyeringai dengan sangat seram. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD