11. Cemburu bilang bos!

1255 Words
Oceana mendesah frustasi seraya menatap pantulan dirinya di balik cermin. Lingkaran hitam terlihat jelas dibawah kelopak matanya. Gara-gara ciuman semalam Oceana tidak bisa tidur dengan nyenyak. Jangankan tidur nyenyak, yang ada Oceana terus terbayang-bayang oleh raut wajah arogan Sean sewaktu dia mencium paksa bibirnya. Oceana tidak rela. Bayangkan, diantara banyaknya lelaki di dunia ini, kenapa harus Sean si dedemit gila itu yang mengambil ciuman pertamanya. Kenapa tidak sehun saja gitu? "s**l, bibir gue udah gak perawan lagi. Dasar dedemit b******k!!" gerutu Oceana penuh kekesalan seraya membuka pintu apartemennya. Baru juga Oceana membuka pintu. Namun telinganya sudah mendengar suara yang sangat dia kenal sedang memanggil namanya. Yah benar, siapa lagi kalau bukan suara Dedemit e-eh salah maksudnya Sean. "Oceana Lalisa." Oceana hanya mendelikkan matanya tanpa ada niatan untuk menjawabnya. 'Eh, s**l ngapain sih manusia aneh ini pagi-pagi udah nongol depan pintu. Bikin pagi gue makin suram aja dah!' Dengan cuek bebek dia mengunci pintu apartemennya seolah-olah tidak mendengar panggilan dari Sean. "Oca, kamu b***k yah?" dengus Sean tidak terima diabaikan oleh Oceana. "Saya dari tadi manggil nama kamu tapi malah diem aja." "Oh," jawab Oceana datar seraya memasukan kuncinya kedalam tas. 'Haha, rasain emang enak gue cuekin, makannya jangan macem-macem sama bininya Sehun!' Sean melototkan matanya selebar mungkin. "Oh doang?" beo Sean tidak percaya. Rancang sekali dia, pikir Sean. "Oca, kamu benar-benar tidak sopan!" "Ya." Lagi-lagi Oceana hanya menjawabnya dengan sangat singkat, Tidak hanya itu, Oceana bahkan langsung nyelonong pergi tanpa memperdulikan keberadaan Sean. Dia malas meladeni makhluk tak jelas seperti Sean. Sean yang melihat itu sontak menggelengkan kepalanya dan dengan sangat cepat Sean segera menghalangi jalan Oceana. "Kenapa kamu cuekin saya?" tanya Sean tak kalah datar. "Bisa-bisanya kamu bersikap cuek di depan bosmu sendiri!" Oceana tersenyum sinis seraya melipat kedua tangan di depan dadanya. "Bapak pikir aja sendiri," jawab Oceana, balas menatap Sean tanpa rasa takut sedikitpun. "Minggir Pak, saya mau lewat!!" Oceana sangat marah, Sean tidak meminta maaf padanya padahal jelas-jelas dia sudah merebut kesucian bibirnya. Sangking marahnya Oceana Ingin sekali mencubit ginjalnya Sean. Sean menggertak gigi kesal, Sebelum akhirnya dia merubah ekspresi kesalnya menjadi sebuah tersenyum jahil andalannya. "Oh saya tahu, jangan-jangan kamu marah gara-gara ciuman semalam?" tebak Sean seraya menaik turunkan kedua alisnya. "Cuih, baperan banget kamu. Harusnya kamu tuh bersyukur bisa dapat ciuman dari orang sesempurna saya." Oceana ingin muntah mendengarnya. Berhati-hati lah, kepercayaan diri yang terlalu berlebihan bisa menyebabkan gila seperti Sean contohnya. Entah terbuat dari apa kepercayaan dirinya itu. Yang jelas saat ini, Oceana benar-benar sudah dibuat kesal oleh tingkahnya. "Baperan Bapak bilang?" beo Oceana tidak terima dengan penuh kekesalan Oceana menginjak kedua kaki Sean. "Nih makan tuh syukur!!!" "Argh, Oceana Lalisa, beraninya kamu menginjak kaki ganteng saya!!" teriak Sean kesakitan seraya menatap tajam Oceana. "Yah, berani lah. tinggal di injak aja apa susahnya, sih?" jawab Oceana seraya mengedipkan-ngedipkan matanya polos e-eh tidak! lebih tepatnya dengan sok polos. "Udah ah, saya pergi duluan yah. Bye bye Pak." Bertepatan dengan saat itu, Dante baru saja sampai di unit apartemen Oceana. Dia berhenti melangkah saat telinganya tidak sengaja mendengar sedikit perdebatan di antara Oceana dan Sean. "Oca, ada apa ini?" Oceana mendongakkan kepalanya menatap Dante. "E-eh Dante, sejak kapan lo ada di sini?" ujar Oceana malah balik bertanya. "Baru aja." "Oh, yaudah sekarang anterin gue ke kantor yuk," ujar Oceana seraya menarik-narik tangan Dante. Mendengar itu, Dante refleks menaikan satu alisnya seraya menoleh kebelakang tubuh Oceana. Lebih tepatnya, dia menatap kearah Sean tengah menatap mereka dengan tatapan tajamnya. "Tapi bos lo-" "Gak usah peduliin dia. Anggap aja dia mahluk astral. Ayo buruan anterin gue!" "Iya, iya bawel." Dante mengacak-acak rambut Oceana. "Ihh, Dante rambut gue jangan di berantakin," ujar Oceana membenarkan kembali tatanan rambutnya seraya Bukannya merasa bersalah, Dante malah tertawa. Tidak beberapa lama kemudian, Mobil Dante berhenti di depan kantornya. Oceana yang melihat itu segera membuka sabuk pengamannya. Namun, belum sempat dia keluar tiba-tiba Dante menghentikannya. "Tunggu dulu Oca." "Ada apaan?" tanya Oceana seraya menatap Dante. Dante mengambil paper bag di kursi bagian belakangnya. "Nih ambil," ujar dante seraya menyodorkan paper bag ke arah Oceana. "Itu sarapan buat lo. Gue tau lo pasti belum sarapan jadi gue masakin makanan kesukaan lo." Mata Oceana berbinar-binar dan segera mengambil paper bag yang ada di tangan Dante. "Wow makasih," ujar Oceana seraya mencium aromanya. "Wanginya enak. Lo emang udah cocok banget jadi ...." "Cocok jadi apaan?" "Jadi ibu gue." "Gila lo, gue kan cowok, masa iya jadi ibu lo ... udah sana turun." "Canda kali, yaudah bye, thanks buat sarapannya. Lo emang ter dabest." Setelan mengatakannya itu Oceana segera bergegas pergi masuk ke dalam kantornya, sedangkan Dante, dia terdiam menatap Oceana seraya menyandarkan kepala di kursi mobilnya. "Rasanya semua ini akan jadi semakin sulit," gumam Dante ambigu, sebelum akhirnya kembali mengendarai mobilnya. ••• "Oca, gimana semalam ada hal menarik gak?" Oceana yang mendengar itu sontak memutar bola matanya jengah. Dia baru juga datang. Duduk juga belum tetapi dia sudah diinterogasi. Nasib punya teman kepoan. Ribet, untung Oceana orangnya penyabar. "Hmm," gumam Oceana tanpa ada niatan menjawabnya. Bukan apa-apa. Tidak mungkin kan, dia bilang kalau semalam Sean menciumnya. Yang ada seluruh divisi bisa gempar. Jadi lebih baik Oceana cari aman saja lah. "Eh, Oca. Lo tau nggak-" "Nggak tau," jawab Oceana seraya mendudukan dirinya. "Gue belum selesai ngomong. Maemunah. Dengerin dulu kek, jangan main potong aja!!" "Oh, sorry, yaudah lanjutin deh." Bella mendengus kesal, Sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda. "Divisi kita kedatangan karyawan baru. orangnya ganteng manis lagi," ujar Bella dengan sangat antusias. "Si bihun lo mah lewat, deh!" Oceana mendelikkan matanya, Ucapan dari mulut Bella membuat jiwa fangirl Oceana meronta-ronta. Suami halunya, dikatain bihun. Kurang ajar banget kan? "Sehun , Bell. S.e.h.u.n. Sehun bukan bihun!" geram Oceana kesal. "Nama suami halu gue tuh, main ganti aja lo!!" "Sorry ... Sorry, gue kan nggak hafal namanya," ujar Bella seraya nyengir tanpa dosa. "Huh, dasar ...." keluh Oceana seraya menyalakan komputernya. Tangannya mulai mengetik. "Permisi." Oceana yang mendengar itu segera mendongakkan kepalanya.  (Angap aja ini ekspresi visualnya yah ehehe.) "Iya?" Beo Oceana seraya memperhatikan lelaki di depannya. Lelaki itu memakai kacamata, terlihat masih muda dan tampan. "E-eh, kamu karyawan baru itu yah?" Lelaki itu menganggukkan kepalanya tanpa berani menatap Oceana. "I-iya, namaku Lucas." Oceana tersenyum manis. "Ga usah gugup, santai aja. Kenalin gue Oceana Lalisa," ujar Oceana seraya mengulurkan tangannya. Uluran tangannya digenggam. Namun, sayangnya bukan digenggam oleh Lucas tetapi di genggam oleh Dedemit Sean yang tiba-tiba datang dan langsung menyambar uluran tangan Oceana. "Astaga, kenapa jadi Bapak yang menggenggam tangan, saya?!" ujar Oceana kaget seraya melepaskan tangan Sean dari tangannya. Sean menyeringai kecil. "Suka-suka saya lah," jawab Sean ketus. "Lagian, ini tuh udah jam kerja tapi kamu malah godain karyawan baru. Pake acara senyam-senyum segala lagi!" "Astaga godain apaan sih, Pak?" tanya Oceana dengan heran, dia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Sean. "Orang saya cuma mau kenalan doang kok!" "Iya kenalan tapi kok sampe senyum-senyum segala?!" "Terus saya harus nangis-nangis gitu?" Sean mendengus kesal, dia sudah kehabisan kata-kata. Di menolehkan kepalanya menatap semua karyawannya. "Apa yang kalian lihat?!" ujar Sean dengan dingin seraya melototkan matanya. "Cepat kerjakan tugas kalian masing-masing!!" Dengan penuh kekesalan Sean melogos pergi masuk ke dalam ruangannya. Tidak hanya itu, dia bahkan membanting pintu ruangannya. Sedangkan Oceana hanya terdiam seraya menatap aneh pintu ruangan Sean. Aneh, dia kenapa sih? Kalau cemburu bilang Bos! To Be Continued Gimana menurut kalian? Masih mudah ketebak gak?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD