part 1

1029 Words
Langkah kaki Alyssa terasa berat ketika ia memasuki rumah kecilnya. Seragam kerjanya masih menempel di tubuh, aroma minyak dan debu jalanan menempel pada kulitnya. Ia menaruh tas nya di kursi. menghela napas lega. Namun, ketenangan yang diharapkannya sirna ketika mendengar suara isak. Dari ruang tamu, ia melihat ibu tirinya duduk di lantai, bersama adik kecilnya Qiana, wajahnya tertutup tangan, bahunya terguncang menahan tangis. “Ibu?” Alyssa mendekat cepat, hatinya panik. Melihat ibu dan adiknya menangis “Kenapa menangis? Ada apa?” Ibu tirinya mendongak, mata sembab, wajahnya pucat. Ia menggenggam tangan Alyssa dengan erat, seolah mencari pegangan. “Alyssa… ayahmu…” suaranya tercekat. Alyssa tertegun, tubuhnya menegang. “Ada apa dengan Ayah?!” “Dia… dia ditangkap… oleh preman-preman suruhan Jefry” Air mata kembali mengalir di pipi wanita itu. “Mereka datang siang tadi… membawa ayahmu paksa karena hutang yang tak bisa dibayar…” Dunia Alyssa seolah runtuh. Tubuhnya gemetar, jantungnya berdegup kencang. “preman preman suruhan Jefry...??” “Alyssa…” suara ibunya parau, penuh rasa bersalah. “Aku sudah mencoba melawan, aku sudah memohon… tapi mereka tidak peduli. Mereka bilang, kalau hutang tidak segera dilunasi, ayahmu tidak akan kembali.” Air mata menetes di pipi Alyssa. Ia terduduk di samping ibunya, menggenggam tangan wanita itu erat-erat. “apa yang harus kita lakukan Alyssa ?” suara ibunya pecah. Alyssa mengusap air matanya, mencoba tegar. "Ibu tidak usah khawatir, aku akan berusaha mencari cara untuk membebaskan ayah" Alyssa menarik napas dalam-dalam saat berdiri di depan pintu gerbang kantor Jefry. Ia kembali mengecek alamat yang di berikan ibunya. Tangannya gemetar sedikit, tapi wajahnya tetap tenang. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, namun tekadnya lebih kuat daripada rasa takut yang mengintai. Hari ini, ia harus menghadapi Jefry, bos yang selama ini selalu menyuruh orang menagih hutang ayahnya. Beberapa orang penjaga berseragam berjaga di luar gerbang, mereka terlihat waspada ketika Alyssa berjalan kearah mereka. "Aku... Aku ingin bertemu tuan Jefry" ucap Alyssa sedikit gugup.. penjaga itu saling pandang... Seorang dari mereka menatap Alyssa dari ujung kepala sampai ujung kaki "Siapa kau, dan untuk urusan apa bertemu bos kami.. bos kami bukan orang sembarangan yang bisa bertemu orang sepertimu" "Aku.. Alyssa, putri pak Hendri.. kalian membawa paksa ayahku." Para penjaga itu langsung tau. "Jadi kau kesini untuk membayar hutang ayahmu??" Seorang dari mereka yang bertubuh agak gemuk menyela Sejenak Alyssa ragu untuk menjawab, namun akhirnya "ya,.aku datang untuk membebaskan ayah ku" "Kalau begitu ikut aku" Mereka membuka gerbang nya, Alyssa berjalan mengikuti salah satu penjaga yang membawa nya ke Sebuah rumah megah dan dingin, dinding nya berlapis marmer putih dengan lampu gantung yang berkilau seperti kristal. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah ruangan. "Bos.. ada yang ingin bertemu dengan anda, putri Hendri" ucap penjaga itu, di depan pintu. "Masuklah" suara di balik pintu terdengar tegas. Membuat degup jantung Alyssa berpacu, ia meremas ujung kemeja nya mencoba tenang. Alyssa melangkah masuk, lututnya hampir goyah. Ruangan itu luas, dengan meja kayu mahal, rak buku tinggi, dan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota. Jeffry duduk dengan santai di kursinya, menatap Alyssa seolah sedang menilai barang dagangan. “Jadi… kau putri Hendri?” tanyanya, nada suaranya ringan namun tajam. “Dia yang menunggak hutang besar pada bank kami.” Alyssa menunduk, air mata hampir jatuh. “Aku mohon, Tuan… lepaskan Ayahku. Dia orang baik. Dia hanya… hanya terjebak.” Jeffry menyilangkan tangan, senyumnya melebar. “Terjebak? Hutang bukan jebakan, Nona. Itu kesepakatan. Dan kesepakatan harus ditepati.” Alyssa menggigit bibirnya, menahan tangis. “Aku tahu… aku tahu kami tidak mampu membayar. Tapi…beri kami waktu untuk membayarnya " "Aku sudah memberi nya waktu,, tapi sia-sia, ayahmu tidak sanggup membayar nya" Alyssa buntu, ia memejamkan mata dan menarik nafas dalam, mencari segenap keberanian untuk memutuskan, bagaimana pun ia harus membebaskan ayahnya. "kalau begitu, ambil aku sebagai gantinya. Aku… aku bersedia jadi jaminan.” Jeffry terdiam sejenak, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki. Tatapannya membuat Alyssa merasa telanjang, rapuh, dan semakin kecil. “Kau?” Ia tertawa pelan, sinis. “Apa yang bisa kau berikan padaku sebagai jaminan?” Dengan suara bergetar, Alyssa menjawab, “Apa pun… pekerjaan, tenagaku… bahkan hidupku. Asal Ayahku bebas.” Jeffry mencondongkan tubuhnya, matanya berkilat penuh minat. “Keberanianmu menarik, nona. Baiklah… aku akan membebaskan ayahmu. Tapi ingat, sejak hari ini, kau terikat padaku. aku memberi mu kesempatan satu bulan untuk melunasi hutang ayahmu, kalau tidak..kau harus siap bekerja padaku” Alyssa tediam, degup jantungnya meningkat mendengar kata kata Jefry, ia tidak bisa membayangkan bekerja dengan orang yang terkenal kejam namun ia mengangguk. “baik..” Setelah menyetujui kesepakatan, Jefry menyuruh bawahnya untuk membebaskan Hendri. Hendri di bawa ke ruangan Jefry, ada beberapa bekas luka dan lebam di wajahnya. "Alyssa...." Suara Ayahnya bergetar ketika Melihat putri nya. Alyssa menoleh dan mendapati ayahnya, "Ayahh..." "Apa yang sedang kamu lakukan disini..." Jefry memotong "putri mu,, memberikan jaminan dirinya untuk membayar hutang mu..jadi kau bebas." Hendri menatap putri nya seolah tidak percaya, "Tuan... Aku mohon jangan libatkan putriku..aku yang akan bertanggung jawab dengan hutang itu" Hendri memohon sambil berlutut di hadapan Jefry. "Hendri, aku tidak melibatkan putri mu, dia sendiri yang datang menyerahkan nyawanya padaku" ucap Jefry sambil menatap lekat Alyssa. Air mata jatuh di pipi putih Alyssa, meski sekuat tenaga ia menahannya. "Ayah berdirilah.. " Alyssa membantu ayahnya berdiri.. "aku sudah memikirkannya, jadi ayah tidak usah khawatir lagi" Alyssa menatap Jefry "Aku akan menepati janjiku " Jefry tersenyum puas "baguslah,, aku tidak suka orang yang tidak menenpati janjinya" Alyssa dengan tegas mengangguk dan keluar bersama ayah nya. Mereka sampai rumah, ibu dan adiknya menyambut nya dengan cemas dan khawatir. Alyssa dan ayahnya duduk di kursi ruang tamu. Ibu nya segera membawa air hangat untuk mengompres luka dan lebam di wajah Hendri. "Alyssa,, " ayahnya merasa berat untuk bicara. "Kamu... maafkan ayah" suara ayahnya bergetar menahan sesak, ia merasa gagal telah menyeret putrinya dalam Maslah. "Aku tidak mungkin membiarkan mereka membunuh ayah... bagaimana dengan aku...ibu...dan juga Qiana" air mata Alyssa tidak bisa di tahan lagi. "Setidaknya aku berusaha,, " "Ayah akan mencari cara untuk mendapatkan uang nya, Ayah tidak ingin kamu terjebak di tangan Jefry, pria itu sangat berbahaya." Alyssa tau sejak saat itu dirinya sudah jatuh ke dalam genggaman pria kejam yang berbahaya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD