Kamar sudah temaram, hanya lampu tidur di sudut meja yang menyala. Udara dari AC berembus pelan, membawa kesejukan yang tak sejalan dengan suasana hati di dalamnya. Banyu duduk di kursi kerja kecil dekat jendela setelah mendapatkan jawaban ketus dari sang istri, tubuhnya condong ke depan, kedua tangannya saling bertaut. Tatapannya kosong ke lantai, tapi jelas pikirannya sedang dipenuhi sesuatu. Sesekali ia melirik ke arah kasur, di mana Bening sudah merebahkan diri memunggunginya. Senyap. Jawaban terakhir Bening masih menggema di kepala Banyu. Itu kalimat sederhana, tapi untuk siapapun yang mendengarnya, kalimat itu penuh lapisan emosi yang tak sanggup ia uraikan. Banyu menarik napas pelan. Ia sadar betul letak salahnya, sore tadi ia berjanji menjemput Bening, tapi janji itu terhapus b

