TIGA

840 Words
Selamat Membaca! Untuk vote dan commentnya silahkan tinggalkan disini❤ "Yang aku butuhkan hanya kau genggam tanganku dan iringi langkahku, itu saja sudah cukup bagiku." - Prìncipe Frìo -       AZEL melangkah pelan menuju ke arah dapur, dia baru saja bangun dari tidurnya. Mata Azel menangkap laki-laki yang sibuk menata makanan di atas meja makan. Devan sudah bangun duluan daripada Azel, laki-laki itu memilih menyiapkan sarapan untuk keduanya. "Pagi sayang." Devan menatap Azel dengan senyuman manisnya. "Kamu jam berapa bangun?" Azel menuangkan air putih ke dalam gelas kacanya. "Setengah jam yang lalu, ayo sarapan!" Azel duduk di kursi berhadapan dengan Devan, keduanya sibuk dengan sarapan masing-masing. Sesekali Azel memuji masakan Devan yang rasanya sangat enak. "Kita hari ini mau kemana?" Tanya Azel yang sibuk mencuci piring sedangkan Devan sibuk membersihkan meha makan keduanya. Devan menghentikan sejenak pekerjaannya lalu menatap Azel, "Kita jalan-jalan aja hari ini, kalo besok kita harus ke kampus buat daftar ulang." "Ok, mending sekarang kamu mandi dulu. Biar aku mandi habis kamu." Ucap Azel membuat Devan mengangguk setuju. Azel kembali melanjutkan pekerjaannya, setelah mencuci piring dia memilih merapikan apartement dari menyapu hingga mengepel. Azel melarang Devan untuk mencari pembantu untuk membersihkan apartement keduanya. Azel lebih memilih dirinya sendiri daripada orang lain. Tak berapa lama Devan sudah rapi dengan pakaiannya. Azel segera memilih mandi dengan cepat. Hari ini akan menjadi Quality time keduanya, dan Azel tidak ingin mengacaukan semuanya.      Malam ini hujan kembali melanda kota Jakarta, udara terasa sangat dingin. Asel memilih segera melajukan mobilnya lebih cepat karena dia ingin segera sampai ke rumah. Tapi suara ponselnya membuat suasana sunyi di mobil Asel sedikit berisik. "Halo." "Asel kamu dimana sayang? Ini udah jam 10 malem." "Iya mah, ini Asel lagi di jalan balik. Tadi di butik banyak pelanggan makanya agak telat pulangnya." "Yaudah hati-hati bawa mobilnya, hujannya lumayan deras. Ok?" "Iya mah, tenang aja. Mamah tidur aja ga usah tungguin Asel, Asel bawa kunci cadangan. Bang Saga udah pulang?" "Abang kamu ke apartementnya, yaudah mamah matiin ya." "Iya mah." Sambungan terputus, Asel kembali fokua ke jalanan. Ini sudah 2 tahun sejak kejadian masalah keluarganya. Sekarang keluarganya mulai membaik, Asel tersenyum. Dulu Asel harus memikirkan segala cara bersama abangnya untuk menemukan Azel, membujuk Azel, apalagi membujuk keluarga angkat Azel untuk membiarkan Azel kembali menemui mereka. Asel masih mengingat bagaimana kasarnya Alaska melindungi adik kandungnya itu, Asel sempat dicaci maki oleh laki-laki dingin itu dengan kata-kata kasarnya. Tapi Asel tidak terluka, luka adiknya lebih besar dibanding ucapan Alaska yang mengenai ulu hatinya. Sekarang perjuangannya sudah selesai. Azel sudah kembali ke keluarganya, awalnya Azel masih canggung tapi sekarang keduanya mulai akrab kembali. Bahkan sesekali Azel akan merecokinya saat dia sedang sibuk di Butik. Memikirkannya membuat Azel merindukan adik kecilnya itu yang sekarang sedang berkuliah di Korea bersama tunangannya. Asel tersenyum saat Devan tidak mengulang kesalahannya lagi dan memilih membahagiakan Azel. Sekarang Asel sudah menemukan pengganti Devan. Daffa. Daffa Alfatra Abrizam. Iya, sahabat Devan dan Azel. Entah bagaimana ceritanya Asel dan Daffa berhubungan. Daffa sudah lama memutuskan hubungannya dengan Clara. Dan keduanya berpisah dengan cara baik-baik tanpa ada tangisan, karena keduanya sama-sama menginginkannya. Mobil Asel sudah terparkir di depan rumahnya sendiri. Asel segera masuk ke dalam rumahnya. "Asel pulang." Seru Asel. "Kamu kemana aja?" Suara berat seseorang membuat Asel menoleh, ada Daffa yang berdiri tak jauh darinya. Asel tersenyum dan menghampiri kekasihnya, "Tadi di Butik pelanggan banyak banget, kamu udah lama disini?" Daffa menggeleng, "Baru aja, aku kangen." Daffa menarik Asel ke dalam pelukannya, menghirup aroma tubuh Asel membuat Daffa tenang. Daffa semakin merindukan Asel dan terkadang dia akan manja seperti sekarang. Dulu saat dia bersama Stella, Daffa tak semanja ini dengan kekasihnya. Entahlah dengan Asel berbeda, dan yang pasti Daffa selalu menyayangi Asel sekarang hingga nanti. "Manja hm?" Daffa mengeratkan pelukannya, "Aku kangen, di kantor sepi tau. Kamu mana ga kesana lagi, masa aku lepas rindu ama berkas si kan ga elit atuh yang." Rengeknya menatap Azel. "Ga papa, anggep aja kertas itu aku. Lagian tadi aku ga bisa keluar, pelanggannya banyak banget dan ada kendala sedikit disana." Ucap Asel memberi penjelasan dengan kekasih manjanya itu. "Kamu tinggal sama aku aja ya, kan 2 minggu lagi kita nikah juga. Azel sama Devan aja bisa tinggal bareng, masa kita enggak?" Asel melotot tak percaya, "Heh! Mana ada kayak gituan, orang mau nikah itu nantinya bakal disuruh ga ketemu beberapa hari. Kalo tinggal seatap gimana jadi?!" Daffa mengerucutkan bibirnya, "Ga usah ikur adat kek gituan ah, ga asik." Asel tersenyum lembut, "Udah jangan ngeyel lagi, kamu udah makan?" Tanya Asel, "Tadi udah, kamu?" Asel mengangguk mengiyakan, karena Asel memang sudah makan sebelum dia pulang ke rumah tadi bersama beberapa karyawannya. "Besok kita ke rumah Gaga ya, tadi Mitchell bilang dia mau ditemenin sama kamu." Ucap Daffa meminta. "Yaudah iya, aku kangen sama baby Zo juga, udah lama ga main." Ucap Asel. Gaga dan Mitchell memang sudah menikah dan dikarunia satu orang bayi yang sangat lucu. Keduanya memilih menikah muda saat sikap possesif Gaga tidak bisa ditoleransi lagi. Gaga suka histeris sendiri saat melihat istrinya digoda oleh teman-temannya sendiri, dan Gaga paling benci hal itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD