BMB Bab 6

1239 Words
“Kamu ….” Sinta kembali terdiam, pikirnya bagaimana Rama yang mengaku lulusan SMP tahu tentang asuransi. Kalau ternyata Rama bisa mengemudikan mobil itu tidak terlalu membuatnya terkejut, karena semua bisa menyetir asal latihan. Tapi, tentang asuransi Sinta tahu tidak semua orang paham tentang hal itu. Rama menoleh sekilas ke arah Sinta yang sekarang melihat ke arahnya. Perempuan Cantik itu sedikit mengkerutkan dahinya saat mendengar pertanyaan Rama tadi. “Iya sudah,” jawab Sinta kemudian dan kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Perempuan itu merasa tidak ada waktu untuk lebih jauh memikirkan Rama. “Kalian harus menghubunggi pihak asuransi segera,” ucap Rama melanjutkan perkataannya. Sinta merasa terlalu panik sehingga tidak tahu untuk berbuat apa, Pikirannya tertuju pada kondisi gudang dan juga bagaimana ke depannya pasca kejadian ini. Imbas cukup besar tentu akan di rasakan perusahaannya karena masalah ini selain kerugian yang timbul akibat musibah ini. Tentu saja bukan hanya masalah perusahaan sudah memakai jasa asuransi, tetapi, lebih kepada penyediaan suplay bahan kepada para rekanan nantinya. “Aku akan hubunggi Teguh,” ucap Sinta kembali menganggkat telepon genggamnya dan mulai mengusap layar benda pipih tersebut. “Maaf, Bu. Untuk asuransi saya tidak tahu karena yang mengurus semua itu Pak Gara.” Jawaban dari Teguh membuat kening perempuan cantik itu kembali mengkerut. “Saya pernah membicarakan hal ini dengan Pak Gara, akan tetapi, beliau hanya menjawab nanti.” “Tidak tahu? Oh, ya sudah.” Kembali Sinta menutup panggilan dari ponselnya. “Ada apa?” tanya Rama saat mendapati Sinta yang terlihat seperti kebinggungan. “Kak Gara yang mengurus untuk asuransi tersebut dan tidak ada laporan tentang hal itu kepada Pak Teguh. Masalah seperti itu bukan menjadi bagian dari pekerjaanku, karena aku lebih banyak mengurus bagian pemasaran dan juga pengadaan stok bahan.” Sinta menjawab pertanyaan Rama dengan sebuah penjelasan. “Setauku sudah ada pengeluaran untuk pembayaran pengajuan asuransi kantor yang sekarang. Karena memang kantor yang itu adalah kantor baru, baru pindah dua tahun yang lalu karena perusahaan membutuhkan tempat yang luas untuk kantor sekaligus toko dan juga gudang.” Kembali Sinta melanjutkan penjelasannya tanpa memikirkan Rama paham atau tidak dengan penjelasan yang dia berikan dan manfaatnya untuk Rama. Rama hanya mengangguk mendengar penjelasan Sinta dan tidak ingin bicara lebih jauh lagi, dia tidak ingin Sinta malah mencurigainya nanti. Rama sadar pertanyaan spontannya tadi mengundang rasa curiga dalam diri Sinta. Sehingga Rama memilih untuk tidak memperpanjang pembahasan tentang hal itu. Fokus pria dengan brewok lebat itu kembali pada jalanan yang terbentang di depannya. Kendaraan-kendaraan yang melaju melambat di depannya cukup menghambat perjalanan menuju lokasi yang sebenarnya tinggal beberapa kilo meter lagi. Rama memilih membelokkan mobil yang dikemudikannya dan memasuki sebuah jalanan yang lebih kecil keluar dari jalan raya. “Heiy kenapa lewat sini?” Sinta yang tidak terbiasa melewati jalanan itu merasa kaget. ‘Kita akan lebih cepat sampai lewat sini,” jawab Rama kemudian. Sebuah jalan alternatif dipilih Rama untuk sampai lebih cepat, dia tidak ingin berlama-lama berada di tengah padatnya kendaraan yang melaju di jalan raya utama. Jalan yang dipilihnya memang jalanan perkampungan yang cukup sempit akan tetapi dia tahu jalan yang dipilihnya tidak dilalui oleh banyak kendaraan untuk jam seperti sekarang. Sedikit banyak dia sudah mengenal setiap sudut di kota ini selama dia berpetualang mencari jati dirinya. “Ini akan tembus ke jalan Panji Suroso,” terang Rama lagi kepada istri cantiknya itu. Meski Sinta lahir, tumbuh dan besar di kota ini, tetapi, memang dia tidak tahu banyak tentang sudut sudut kota ini. Bukan sebuah hal yang penting juga untuk dia, pikirnya untuk tahu tentang seluk beluk kota ini. Seperti yang Rama jelaskan tidak lama kemudian mobil keluar dari jalan ecil dan kembali masuk ke jalan raya yang sudah mendekati kantor. Setelah pertanyaan saat Rama mengarahkan mobil memasuki jalanan kecil tadi, Sinta hanya diam sambil sesekali memeriksa pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Tidak ada pembicaraan lagi dengan Rama yang juga fokus pada kemudinya. ** Sinta cukup syok dengan apa yang dilihatnya, setelah pemadam kebakaran mengatakan lokasi sudah mulai aman, Sinta mulai berjalan mendekat ke halaman bagian dalam. Badannya lemas mendapati keadaan gudang yang sudah porak poranda hampir tidak ada yang bisa diselamatkan dari dalam gudang itu. Entah berapa ton buah serta sayuran segar dan barang lain yang hancur dan sudah tidak berupa lagi setelah di luluh lantakkan oleh si jago merah. Pandangannya beralih ke sisi lainnya ke arah bangunan kantor yang juga terkena sedikit dampat dari kebakaran yang baru saja melanda. “Ya Tuhan.” Sinta menutup mulutnya dengan telapak tangan melihat keadaan gudang dan kantornya. Badanya terasa lemas seolah tulang penyangga di kakinya tiba-tiba melunak. “Kamu baik-baik saja?” Rama mendekat dan memeganggi Sinta yang tiba-tiba hampir jatuh. “Bagaimana aku bisa baik-baik saja.” Sinta menepis tangan Rama, dia tidak ingin pria buruk rupa itu menyentuhnya apa lagi di depan umum. “Bu, kita ke dalam dulu.” Cantika salah satu supervisor di perusahaan Sinta mendekati Sinta dan membantu memapahnya masuk ke dalam toko, area yang tidak terdampak. Masih banyak karyawan yang berada di lokasi karena memang masih ada aktifitas pekerjaan. Cantika membawa Sinta ke dalam ruangannya dan kemudian memberikan segelas air putih kepada atasannya tersebut. “Kalian sudah memastikan tidak ada korban?” tanya Sinta kepada Teguh yang mengikutinya serta Cantika yang berada di dekatnya. “Sudah, Bu. Tadi saya yang mengeceknya langsung,” jawab Cantika yang ditimpali Teguh dengan sebuah anggukan. Sinta memijat kepalanya yang terasa sakit sejak tadi, dia tidak tahu bagaimana nanti dengan para relasi yang bekerja sama dengan perusahaannya. “Teguh kamu hubunggi semua rekanan kita untuk menyampaikan hal ini, kita tidak bisa menyuplai kebutuhan dapur mereka karena musibah ini.” Sinta memerintahkan Teguh untuk memberitahu semua rekanan yang bekerja sama dengan perusahaan mereka tentang musibah yang menimpa perusahaan. “Tunggu.” Suara Rama mengurungkan niat Teguh yang baru saja ingin menjalankan apa yang Sinta perintahkan. Teguh melihat sesaat ke arah Rama dengan tatapan yang sedikit malas, bagaimanapun dia juga tahu kalau pria buruk rupa itu hanyalah seorang cleaning service sebelum menjadi suami dari atasannya sekarang. Apalagi dia juga tahu bahwa Sinta merasa tidak suka dan terpaksa dengan pernikahan itu. Sebagai orang terdekat Sinta di perusahaan sedikit banyak tahu tentang apa yang terjadi sebenarnya. “Kita masih bisa menyuplai mereka sesuai dengan apa yang mereka minta,” ucap Rama sambil berjalan mendekat. “Bagaimana bisa? sudahlah tidak perlu sok tahu. Lebih baik kamu keluar.” Suara lain terdengar dari ambang pintu, terlihat Gara dan juga Devina sudah berada di sana. Dibelakang mereka tampak Meisya dan juga Hendra. “Semuanya sudah hancur, bagaimana bisa kita tetap bisa memenuhi pesanan, mau kamu kirim itu arang ke para relasi kita,” ejek Gara lagi. “Rugi besar kita … rugi besar, hancur sudah hancuuur, habis sudah semua sudah habis,” teriak Devina memasuki ruangan. “Nyonya kita belum menghubunggi pihak asuransi,” ucap Teguh yang langsung teringat masalah asuransi saat melihat Gara masuk. “Asuransi?” tanya Devina sambil duduk di kursi yang sudah Cantika siapkan. “Asuransi.” Devina kembali menggulang kata-katanya dan mulai berpikir. “Ganti rugi, Ya Tuhan. Benar-benar … kita bisa lakukan klaim segera.” Ekspresi Devina berubah. Tidak demikian dengan Sinta, baginya ini bukan hanya maslah ganti rugi, akan tetapi bagaimana kelangsungan perusahaan nantinya. Tentu saja perusahaan akan sulit untuk memenuhi pesanan dalam beberpa waktu ke depan dan itu akan memberikan dampak yang cukup besar. “Gara kamu hubunggi pihak asuransinya,” perintah Devina kepada anak laki-lakinya itu. “A-asuransi.” Gara tercekat dan tiba-tiba lidahnya kelu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD