"Nona Nadia sudah sadar. Tampaknya memang cukup sulit untuk tidur sehingga meski telah mengonsumsi obat tidur, Nona Nadia masih tidak mengantuk pasca peluru di punggungnya dikeluarkan." Dokter Reynold tersenyum kecil kepada Slava dan Yao Wang yang sejak tadi menunggui Nadia di depan ruangannya.
"Apa boleh kami masuk?" Tanya Slava.
Dokter Reynold mengangguk. "Ya, tidak masalah."
Slava dan Yao Wang langsung buru-buru masuk ke ruangan Nadia. Gadis itu duduk bersandar di kepala ranjang dengan beberapa bantal menyangga punggungnya. Ia tampak tidak nyaman bersandar karena luka tembaknya ada di punggung tetapi juga tidak bisa duduk tanpa bersandar karena seluruh tubuhnya terasa lemas. Yao Wang bisa melihat betapa banyaknya bekas memar membiru di kulit Nadia yang terekspos. Itu hanya di area kaki, lengan, leher, dan beberapa sisi wajahnya. Yao Wang yakin di tubuh Nadia yang lain pasti masih banyak bekas memar membiru lainnya. Ujung bibir gadis itu robek dan tampak merah. Dokter Reynold pasti telah mengobatinya, tetapi kebanyakan luka membiru di tubuh Nadia tidak diberi perban. Hanya bekas luka tembaknya saja yang ditutup perban.
Nadia tersenyum kecil ketika melihat kedatangan Slava dan Yao Wang. Ini adalah pertama kalinya Yao Wang melihat Nadia hanya tersenyum kecil dan bukannya tertawa lebar sampai kedua matanya menyipit seperti biasa.
"Anda baik-baik saja Nona Nadia?" Tanya Slava khawatir.
Nadia mengangguk sembari tersenyum tipis. "Ya—aduh." Nadia mengeryit dan memegangi ujung bibirnya. "Sorry, Slava, bibirku masih terasa cukup perih jika digunakan untuk berbicara dengan cepat."
Slava mengangguk. "Tidak masalah Nona Nadia, anda harus banyak beristirahat agar seluruh luka-luka anda segera sembuh."
Nadia memejamkan matanya sebentar kemudian menatap Slava. "Tapi aku harus kembali ke sekolah, Lin Xianming dan teman-temanku yang lainnya pasti dalam bahaya."
"Tenang saja Nona Nadia, Tuan Nikolai sudah memerintahkan orang-orang kita untuk menjaga teman-teman anda terutama Nona Lin Xianming. Nona Nadia tidak perlu khawatir dan fokus saja terhadap penyembuhan anda."
Nadia bernapas lega mendengarnya. Ia kemudian melirik Yao Wang yang hanya berdiri di ujung ruangannya, bertahan dengan ekspresi datar dan tidak menyatakan apa-apa. Slava melihat arah pandang Nadia, dan sebagai salah satu orang yang begitu mengerti bagaimana perasaan Nadia kepada tangan kanan Liu Jia Li itu, Slava peka dan mengerti apa yang harus ia lakukan.
"Saya akan kembali untuk kembali memeriksa orang-orang yang akan mengawasi Nona Lin Xianming dan teman-teman Nona Nadia yang lainnya. Yao, tolong temani Nona Nadia."
Yao Wang hanya mengangguk ketika Slava keluar dari ruangan. Nadia terkejut Yao Wang tidak membantah. Pria itu biasanya selalu menghindari saat-saat di mana mereka hanya sekadar berdua tanpa orang lain. Yao Wang mungkin tidak nyaman dengan Nadia. Jika di situasi biasa, Nadia akan dengan lancar berusaha membuat suasana menjadi ringan dengan celotehan dan topik pembicaraannya yang beragam, namun saat ini kondisinya tidak sedang baik-baik saja.
"Terima kasih sudah menolongku Yao." Ucap Nadia pelan.
"Tidak masalah Nona Nadia, saya hanya mengikuti perintah."
Senyum di wajah Nadia luntur. Benar juga, Yao Wang tidak akan berinisiatif untuk membahayakan dirinya sendiri hanya demi menolong Nadia. Ia tahu seharusnya dirinya bersyukur karena masih bisa selamat meski dalam keadaan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Bodoh sekali karena ia berharap bahwa Yao Wang datang karena keinginannya sendiri. Nadia sangat berpengalaman dalam mengatasi cubitan kecil di hatinya setiap kali Yao Wang menunjukkan bagaimana tidak pedulinya dia kepada Nadia, namun saat ini ia rasa dirinya tidak mampu. Luka di tubuhnya sudah cukup sakit untuk menahan luka hatinya.
Nadia terdiam cukup lama. Suasana di dalam ruangan itu benar-benar hening dan canggung. Nadia bergerak pelan dan merubah posisinya menjadi tidur dengan posisi miring membelakangi posisi Yao Wang.
"Yao, kurasa aku mengantuk, kau bisa keluar."
Yao Wang mengangguk. "Baik Nona Nadia."
Nadia kembali pada posisi terlentang ketika Yao Wang sudah keluar dari ruangannya. Bagian punggungnya terasa sakit meski Dokter Reynold telah membuat alas khusus untuk punggungnya yang difungsikan agar Nadia bisa nyaman tidur dalam posisi terlentang. Jujur saja, Nadia kecewa dengan jawaban Yao Wang. Sekali saja ia berharap pria itu bisa berinisiatif melakukan sesuatu untuk Nadia benar-benar karena keinginannya.
Nadia terkekeh pelan. "Tidak mungkin sekali." Gumamnya pelan.
Nadia benar-benar merasa bodoh setiap kali berharap sesuatu kepada Yao Wang. Berkali-kali ia berusaha untuk berhenti menyukai pria itu, namun nyatanya ia tetap menyukainya. Nadia tidak tahu mengapa ia secara reflek bersikap ceria di hadapan Yao Wang meski berkali-kali mendapatkan penolakan. Seolah, ia tidak merasakan apa-apa padahal dadanya terasa amat sesak. Rasa sakit yang terus ia biarkan bertahan sejak penolakan pertama hingga saat ini perlahan-lahan membuat luka tersendiri di hati Nadia. Rasa sakit yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.
**
Nikolai memandang sengit kepada Akiyama Toshiro. Yakuza di hadapannya tampak tenang, sama sekali tidak ada ekspresi gentar atau takut. Nikolai tahu, Akiyama Toshiro adalah satu-satunya orang di perkumpulan para mafia yang paling bisa mengendalikan ekspresinya. Dia adalah sosok terkejam di perkumpulan mereka. Nikolai sebenarnya tidak memiliki masalah yang cukup besar dengan pria Jepang itu. Semuanya hanya karena Nadia tidak sengaja terlibat dengan masalah Liu Jia Li dan dianggap tidak mematuhi peraturan untuk menjadi netral. Alasan lain mengapa Nikolai membenci pria itu juga karena Liu Jia Li menyukainya sejak lama. Entah apa yang dilihat Liu Jia Li dari pria itu. Siapa pun tahu bahwa dia adalah sosok terkejam di dunia mereka. Liu Jia Li lebih seperti menyiksa batinnya sendiri dengan menyukai pria itu. Bahkan, belakangan Nikolai mengetahui informasi bahwa Akiyama Toshiro yang kejam itu sebenarnya telah memiliki seorang kekasih di negaranya. Seorang pemuda berumur dua puluh tiga tahun yang bekerja sebagai fotografer di Asakusa.
“Kau datang sendiri.”
Nikolai menyeringai. “Kau buta? Aku membawa orang-orangku.”
Akiyama terkekeh pelan. “Apakah nyawa Adikmu tidak lebih baik daripada nyawa Liu Jia Li sehingga kau tidak masalah dengan kondisinya yang mengenaskan seperti itu? Aku sungguh kasihan dengan Nadezhda, menyerahkan organisasi yang seharusnya miliknya kepada Kakak yang bahkan lebih mempedulikan seorang pria dari organisasi lain daripada Adiknya sendiri. Bagaimana cara mengatakannya ya… Hm… tidak tahu terima kasih?”
Nikolai sudah terbiasa menerima hinaan seperti itu. Masalah keluarganya sudah seperti rahasia umum. Jati dirinya sebagai anak dari wanita simpanan Ayahnya sudah seperti hal yang menjadi pengetahuan umum orang-orang di dunianya. Sebelum Nadia diperkenalkan secara resmi sebagai salah satu keturunan Grigorev, tidak ada yang tahu bahwa Nikolai adalah anak dari wanita simpanan Ayahnya. Kemudian ketika Nadia muncul, hal itu mendadak diketahui banyak orang entah bagaimana. Nikolai sudah terbiasa, dan sebenarnya tidak masalah karena itu memang kenyataan.
Nikolai menatap Akiyama dengan senyum kecil. “Setidaknya aku tidak menyiksa seorang gadis SMA hanya untuk mendapatkan apa yang kuinginkan.”
Nikolai tahu ejekan sekecil apapun akan berimbas pada kemarahan Akiyama. Pria itu sangat tidak suka dan tidak tahan untuk direndahkan meski dirinya sendiri sering merendahkan orang lain. Nikolai sengaja melakukannya. Mau tidak mau, pada akhirnya Bratva harus berperang dengan Ochi, dan Nikolai harus berperang dengan Akiyama dan Liu Yantsui.
***