Back to School

1133 Words
Setidaknya, butuh waktu dua minggu sampai luka di tubuh Nadia cukup sembuh dan membuatnya diperbolehkan untuk masuk sekolah. Nikolai masih lebih parah dan membutuhkan istirahat secara intensif. Luka menumpang tinggal di markas Bratva dengan alasan menghemat biaya perjalanan bisnis. Nadia tahu Luka mengkhawatirkan Nikolai dan Nadia sendiri. Bagaimana pun, pria itu adalah teman dekat mereka. Anak kaya raya sejak lahir seperti dirinya mana mungkin memikirkan mengenai menghemat biaya perjalanan bisnis. Nadia dan Nikolai tahu itu, tetapi keduanya membiarkan saja Luka tinggal di markas Bratva selama kunjungan bisnisnya. "Nadia, kau yakin mau berangkat sekolah? Aku bisa meminta Dokter Reynold untuk membuatkan surat izin dokter lagi agar kau bisa beristirahat." Nadia menggeleng pelan. "Aku bosan di markas setiap hari, Nikolai. Tidak perlu mengkhawatirkan diriku, seharusnya kau khawatir dengan tubuhmu sendiri. Ingat Nikolai, urusan kita dengan Akiyama Toshiro dan Liu Yantsui sama sekali belum selesai. Cepat atau lambat mereka akan datang untuk menyerang kita lagi." Nikolai menghela napas kemudian mengangguk kecil. "Hm, aku juga memikirkan hal itu. Aku harus segera sembuh agar bisa segera memikirkan langkah selanjutnya. Aku tidak ingin orang-orang kita kembali gugur hanya karena Si Monster Yakuza itu." Nadia mengangguk. "Okay, beristirahatlah, aku akan berangkat ke sekolah." Nadia menepuk pelan bahu Nikolai yang berbaring dan Nikolai menanggapi hal itu dengan mengangguk kecil. Nadia mematut dirinya di depan cermin ketika keluar dari kamar Nikolai. Ada satu cermin gantung berbentuk lingkaran yang diletakkan di dinding. Beberapa memar membiru seperti di sekitar ujung bibir, pelipis, dan pipi Nadia masih belum juga hilang. Memang jauh lebih pudar daripada pertama kali luka itu ada, namun jika diperhatikan bekas memar itu masih tampak jelas. Nadia bahkan sudah dengan susah payah memakai concealer untuk menutupi bekas itu, tetapi nyatanya tidak bisa benar-benar ter-cover dengan baik. Nadia harap, Lin Xianming maupun teman-temannya yang lain tidak menyadari bekas luka itu. Luka mengantarkannya ke sekolah berkat paksaan Slava. Nadia sebenarnya memilih untuk berangkat sendiri daripada diantarkan oleh Luka. Bukan apa-apa, Nadia masih belum bisa terbiasa dengannya lagi sejak pernyataan cinta tiba-tiba yang dilakukan Luka beberapa waktu lalu. Ayolah, mendapati teman dekat ternyata menyukai Nadia sangatlah mengejutkan. Luka masih bersikap biasa saja, seolah apa yang ia katakan beberapa hari sebelumnya bukanlah apa-apa. Nadia bersyukur akan hal itu, tetapi dirinya sendiri malah tidak bisa untuk melupakannya dan bertingkah sebagaimana Nadia yang biasa. "Kau mau kuantar sampai ke kelasmu?" Tanya Luka ketika mobilnya mulai berbelok ke tempat parkir. Nadia mendengus. "Kau pikir aku anak kecil?" Luka terbahak kencang. "Slava menugaskanku untuk memastikan kau sampai ke sekolah dengan aman dan nyaman. Satu lagi, aku juga harus menyampaikan surat keterangan kondisi kesehatanmu kepada wali kelas. Jadi mau tidak mau, kau harus berjalan di samping Tuan Luka Ivanov yang sangat tampan ini. Aah, Teman-temanmu pasti sangat terpesona padaku." Nadia menghela napas, merasa menyesal memikirkan pernyataan cinta Luka beberapa waktu lalu. Luka tetaplah Luka, sama sekali tidak ada yang berubah dari pria itu. Menggoda perempuan dan membanggakan dirinya sendiri sudah seperti keseharian untuknya. Rasanya ia akan mati jika tidak melakukan itu. Seperti yang diperkirakan Nadia sebelumnya, kedatangan Luka jelas menarik perhatian teman-teman sekolahnya. Pria tinggi dengan kulit putih pucat yang nyaris serupa dengan Nadia. Tatapan matanya yang tajam dan garis wajahnya yang tegas sudah pasti menarik perhatian. Ada banyak siswa tampan di sekolah Nadia, lagipula sekolahnya adalah sekolah untuk anak-anak kaya, tetapi entah mengapa, orang-orang Asia menyukai kulit putih sepertinya. Tentu saja, selera setiap orang berbeda dan Nadia tidak akan menggeneralisasi hal itu. Setidaknya, yang Nadia katakan hanya berdasarkan apa yang ia alami saat setiap harinya. "Sekolah di Macau ternyata keren juga." Gumam Luka kagum. Nadia memutar bola matanya. "Cepatlah selesaikan urusanmu dan segera pergi." Luka mengacak surai pirang Nadia yang telah ditata dengan ikatan ponytail, membuat gadis itu mengamuk dan menendang tulang kering Luka. Sementara Luka menunduk menahan sakit, Nadia melepaskan ikatan rambutnya, membiarkan rambut pirangnya tergerai dan berkibar disapu angin. "Ayo, segera jal—" Nadia memandang Luka bingung ketika pria itu terdiam menatapnya. Kedua matanya terlalu fokus hingga lupa berkedip, membuat Nadia salah tingkah dan segera menepuk pipinya agar Luka segera sadar. "Ah, sorry." Ucap Luka sembari tertawa. Keduanya kembali berjalan beriringan. Nadia tahu sejak tadi dirinya dan Luka cukup menarik perhatian. Nadia merasakan tatapan penasaran dari segala sisi orang-orang di sekitarnya. Hanya saja, ia sudah terlalu terbiasa dengan hal itu sehingga mengendalikan dirinya agar tetap santai sudah merupakan hal yang mudah. "Aku penasaran, apakah aku terlalu tampan, atau kau memang selalu terkenal di sekolahmu?" Nadia mengernyit bingung. "Huh?" "Lihat saja, mereka semua menatap kita bak seorang selebritis papan atas. Jika kau selalu mengalami hal ini di sekolah, apakah kau juga sering menerima pernyataan cinta dari teman-teman sekolahmu?" Nadia memalingkan wajahnya sembari menggaruk tengkuknya pelan. Urusan di sekolah tidak pernah ia bicarakan dengan siapa pun bahkan Nikolai. Kecuali hanya beberapa hal penting yang menyangkut tentang proses belajarnya. Sisanya, Nadia menyimpannya sendiri tanpa pernah berbagi kepada orang-orang di markas. "Kenapa kau bertanya?" Luka tertawa. "Melihat ekspresimu, tampaknya kau sudah berkali-kali mendapatkan pengakuan cinta. Heee... Pantas saja kau bisa bersikap biasa saja saat aku menyatakan cintaku padamu." Nadia merasa sedikit risih dengan topik itu. Ia terus menghindarinya sejak Luka menyatakan cinta. Bukan apa-apa, tetapi Nadia hanya tidak ingin segala sesuatu menjadi akward di antara mereka. Tetapi sekarang, sepertinya kekhawatiran Nadia sia-sia saja. Luka masih bisa bercanda dengan perasaannya sendiri. "Jadi sebelum Yao, apakah ada lelaki di sekolahmu yang menarik?" Nadia mendecak. "Kau mengantarku kemari bukan untuk membahas hal-hal tidak penting seperti itu, Luka." "Aku hanya penasaran dengan kehidupanmu sebagai gadis biasa di sekolah. Kau benar-benar memisahkan kehidupan sekolah dengan kehidupanmu yang sebenarnya." Nadia memutar bola matanya. "Katakan, Luka, kau pikir aku akan memiliki teman jika mereka tahu siapa diriku yang sebenarnya? Orang-orang cenderung enggan mengambil risiko. Berteman dengan orang sepertiku akan dianggap berisiko untuk keselamatan mereka, apalagi aku adalah orang asing." Luka mengangkat bahu. "Mungkin. Tidak ada yang tahu sebelum semuanya terjadi. Kalau mereka tidak mau berteman denganmu, aku yang akan menemanimu." Luka menepuk pelan kepala Nadia dan berjalan mendahuluinya. Nadia menggigit bibirnya. Lagi-lagi Luka mengatakan sesuatu yang menyedihkan. Entah hanya Nadia yang merasakan, atau memang kenyataannya seperti itu. Apa yang dikatakan Luka mungkin terdengar mengharukan andai Nadia sebelumnya tidak mendapatkan penyataan cinta tiba-tiba darinya. Lagipula hingga saat ini Nadia masih bertanya-tanya, mengapa Luka bisa menyukainya dalam kategori romantis. Nadia belum memberikan jawaban apa-apa karena Luka langsung mengungkit tentang perasaannya kepada Yao Wang. Luka juga tidak menagih jawaban itu. Ia hanya akan menunggu. Nadia ingin sekali meminta Luka untuk tidak menunggunya. Meski Yao Wang mungkin tidak akan mencintainya seperti Nadia mencintai Yao Wang, selalu ada kesempatan selama Nadia tidak menyerah. Luka berbeda dengannya, dia berasal dari keluarga dan latar belakang yang bersih. Dia bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dari Nadia. Lagipula, Nadia hanyalah remaja tahun terakhir SMA yang acak, benar-benar bukan orang yang cocok untuk pewaris kaya raya dari keluarga baik-baik seperti Luka Ivanov. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD