bc

Nasib Istri Tersakiti

book_age18+
1.1K
FOLLOW
7.4K
READ
HE
kickass heroine
stepfather
blue collar
drama
addiction
like
intro-logo
Blurb

Yasmin adalah istri yang disakiti oleh suami dan keluarga suaminya. Yasmin diduakan dan diperlakukan seperti pembantu oleh suaminya. Meskipun begitu, Yasmin tetap bersikap baik pada suami dan keluarga suami karena hatinya memang putih bersih. Yasmin tidak tahu jika ada seorang pria memperhatikannya. Hingga pada suatu hari, istri kedua suaminya yang rakus harta dan berhati busuk, memfitnahnya. Yasmin diceraikan oleh suaminya. Tapi kejadian ini justru menjadi awal baru untuk kehidupannya yang membuat hidupnya berubah total.Untuk tahu karya-karya penulis follow instagramnya;@mayang_noura.

chap-preview
Free preview
Bab 1
'Pokoknya, kamu setuju atau tidak, Darius akan menikahi Nia. Kamu persiapkan diri kamu untuk menerima adik madumu itu. Ingat, jangan ada airmata. Tampakkan padanya kalau kamu ikhlas berbagi suami." Daun-daun kering berguguran tersapu angin bersamaan dengan airmata Yasmin yang jatuh ke permukaan pipi yang lembut. Kalimat yang dilontarkan oleh ibu mertuanya itu sontak membuat dunia Yasmin yang semula terasa baik-baik saja seolah goyah. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan berusaha sekuat kemampuan agar tidak jatuh. Dan diamnya dianggap sebagai persetujuan atas keputusan ibu mertuanya untuk menikahkan suaminya dengan seorang wanita yang bernama Nia. Yasmin belum pernah bertemu dengan wanita yang bernama Nia itu. Tapi dia sudah melihat fotonya. Nia adalah wanita yang cantik dan seksi. Memang cocok dengan suaminya yang fashionable. "Ya Allah, kenapa Engkau tidak membuatku hamil hari ini juga sehingga pernikahan suamiku bulan depan itu tidak perlu terjadi. Rasanya hatiku belum siap untuk berbagi suami. Membayangkan suamiku tidur bersama wanita lain saja, hatiku sudah hancur." Dua butir bening kembali jatuh di kedua pipinya yang mulus. Lalu cepat-cepat dia seka saat seorang pria memakai masker, bertopi lusuh, dan membawa ransel butut di pundak, mendekat. "Boleh numpang duduk di sini tidak mbak?" Pria itu menunjuk bangku yang juga diduduki oleh Yasmin. Yasmin menatap sosok itu. Bertubuh tinggi dan tegap. Tapi wajahnya tidak terlihat karena masker hitam yang menutupi separuh wajah sang pria. "Oh, boleh. Silahkan." Yasmin menggeser duduknya. Pria itu pun duduk tapi sembari melirik air mineral botol yang ada di samping Yasmin. "Ini air minum mbak?" Yasmin mengangguk. "Iya." "Boleh aku minta? Aku haus mbak." "Tapi ini bekasku, mas. Aku belikan yang baru saja ya?" "Tidak perlu repot-repot, mbak. Yang ini saja." Dengan cepat pria itu mengambil air mineral botol itu. Tapi begitu akan membuka tutupnya, Yasmin langsung menarik lembut botol tersebut. "Jangan, mas. Ini bekas. Biar aku belikan yang masih segel. Di sana kok dekat. Sebentar ya," ucap Yasmin dengan lembut, serta dengan tatapan yang meneguhkan. Membuat pria itu terdiam karena terpesona. Bahkan dia membeku sampai Yasmin kembali dengan sebuah air mineral botol yang baru dan masih disegel. "Ini Mas air minumnya." Pria itu menerima air mineral botol pemberian Yasmin dan meneguknya hingga separuh. "Terima kasih," ucapnya kemudian. Yasmin memberikan senyum yang membuat jantung pria itu berdegup kencang. "Sama-sama. Kalau begitu aku permisi mau pulang." "Eh, tunggu dulu!" Kedua alis tebal Yasmin terangkat ke atas. "Ya?" Pria itu membuka sebuah kalung yang menggantung di lehernya. Kalung itu lalu dia angsurkan pada Yasmin. "Aku butuh uang untuk pulang kampung. Kalung ini adalah peninggalan ibuku. Satu-satunya hartaku yang paling berharga. Tolong simpan oleh mbak tapi berikan aku uang untuk pulang kampung." Yasmin menerima kalung itu dan memperhatikannya. Talinya berwarna hitam dan bandulnya bulat. Sepertinya terbuat dari batu alam. Yasmin tak begitu tau tentang batu-batuan. Tapi yang pasti, baginya, kalung ini bagus. Namun beberapa detik kemudian, Yasmin mengembalikan kalung itu ke tangan sang pria. "Aku akan memberimu uang tanpa harus kamu tukar dengan kalung ini." Yasmin mengeluarkan semua uang yang ada di dompetnya -hanya meninggalkan satu lembar untuk ongkosnya pulang- dan memberikannya pada pria itu. "Ambillah dan pulanglah." Pria itu menggeleng. "Tidak. Aku tidak akan mau menerima uang ini jika mbak tidak menerima kalungku. Aku bukan pengemis." "Aku tau itu. Aku tau mas bukan pengemis. Tapi bukankah ini kalung pemberian ibumu? Kenang-kenangan yang berharga bagimu?" "Ya. Tapi kata ibuku, berikan kalung ini pada wanita yang memiliki hati mulia." *** Tiga bulan kemudian. "Bagaimana? Sah?" "Sah!" "Sah!" Semua yang hadir di ballroom itu mengucapkan kalimat hamdalah sebagai bentuk syukur karena ijab qabul antara darius dan Nia sudah terlaksana dengan lancar tanpa hambatan. Semua tampak bahagia, terkhusus kedua pengantin. Terlihat dari senyum mereka yang merekah indah. Darius menyematkan cincin emas berwarna kuning mengkilat ke jari manis Nia sebelum akhirnya mencium kening wanita itu untuk waktu yang lama, membuat tubuh Yasmin yang melihat itu gemetaran dan jemarinya mencengkram kuat rok gaunnya. Sungguh, hatinya sakit melihat suaminya mencium wanita lain dengan leluasa di depan matanya. Mirisnya, semua orang yang ada di ruangan ini justru senang dan tidak ada yang peduli dengan apa yang dia rasakan. 'Ya Tuhan, kenapa sakit sekali? Rasanya aku ingin mengamuk dan memisahkan mereka berdua,' gumam Yasmin. Dua bulir bening kemudian mengalir di kedua belah pipinya yang mulus yang buru-buru dia seka begitu ingat pesan ibu mertunya kalau dirinya dilarang menangis di pernikahan suaminya. Darius dan Nia kemudia sungkeman pada orangtua dari kedua belah pihak meminta restu agar pernikahan mereka sakinah mawaddah warahmah. Tapi mungkinkah bisa sakinah jika hati istri pertama merasa sangat tersakiti? Yasmin bergerak mundur dari kerumunan orang-orang yang berbahagia karena pernikahan Suaminya. Dia mengambil duduk di salah satu kursi yang mengisi meja tamu undangan VIP. Airmatanya tidak lagi menetes tapi tumpah ruah. Untung ada tisu yang kemudian dipakainya untuk menyeka basah di wajahnya. Yasmin menatap lurus ke depan pada pelaminan yang megah membentang. Di pelaminan itu, suaminya duduk bersanding dengan istri barunya dengan raut wajah bahagia yang tidak bisa disembunyikan. Tapi yang tidak Yasmin habis pikir, ternyata suaminya bisa bahagia di atas hatinya yang hancur. Padahal sebelum pernikahan ini terjadi, suaminya berkali-kali bilang bahwa sebenarnya dia tidak menginginkan pernikahan ini. Suaminya bilang dia menikahi Nia karena terpaksa. Kalau memang suaminya melakukan pernikahan ini dengan terpaksa, tentu harusnya suaminya tidak sebahagia itu. Harusnya suaminya paham bahwa dirinya sebagai istri pertama terluka. Seorang pria yang tinggi tegap dan berpakaian batik, memperhatikan Yasmin sejak tadi. Dia lah satu-satunya orang di pesta ini yang bisa memahami perasaan Yasmin. Dia merasa prihatin atas apa yang menimpa wanita itu. Tapi saat ini yang harus dia lakukan hanya... diam. Sepintas pria itu tampak seperti seorang tamu penting. Wajahnya yang teramat tampan dan bersih membuat semua orang tidak menyangka kalau pria itu hanyalah sopir keluarga Darius. Tak ada yang tidak tergoda dengan ketampanannya. Beberapa tamu undangan wanita muda, mencoba untuk menggoda. Tapi sedikit pun Pria itu tidak tertarik dengan mereka. Pandangannya terus tertuju pada Yasmin yang sedang merana. Paul -nama pria itu- lalu mendekati Yasmin yang masih belum bisa membendung airmatanya agar tidak mengalir. "Bolehkah aku duduk di sini?" Pertanyaan Paul membuat Yasmin terhenyak. Dia menoleh tanpa sempat menyeka bulir airmata yang baru saja jatuh. Yasmin kemudian mengangguk. "Hum." Paul tersenyum senang. Dia lalu menarik salah satu kursi dan mendudukinya. Sebelum dia bersuara lagi, dia memperhatikan kalung yang menggantung di leher Yasmin sekilas. "Nona sakit hati dengan pernikahan Tuan Darius?" Yasmin melirik Paul. Tapi dia tidak menjawab pertanyaan pria itu. "Harusnya nona tidak menahan diri untuk menyuarakan isi hati nona. Jika tidak setuju, katakan tidak setuju. Aku rasa agama tidak melarang istri untuk menentang suaminya berbagi cinta dengan wanita lain." Yasmin menghela nafas panjang. Kali ini dia harus bisa menahan diri untuk tidak menangis lagi. Malu pada sopirnya ini. Bisa jadi Paul akan mengadu pada ibu mertuanya kalau dirinya menangis. Maka sang ibu mertua akan memarahinya. "Airmata bukan berarti sedih bukan?" tanya Yasmin. Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

My Secret Little Wife

read
96.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook