1. Murid Baru

1039 Words
Jangan lupa tinggalkan jejak! Happy reading. Apakah ini yang dinamakan hidup? Hidup yang tidak pernah membiarkanku bahagia? Hidup yang membiarkanku terus tersiksa? Kenapa? Kenapa harus terjadi kembali? Kenapa dia harus kembali hadir? Kenapa harus sekarang? Di saat aku sudah bahagia dengan orang lain, dia kembali hadir membangkitkan semua luka masa lalu yang sudah kukubur dalam-dalam. Hanya satu pertanyaan yang ada di pikiranku. Apa aku tidak berhak bahagia? ~ Someone ~ "Akhirnya gue bisa balik lagi ke sekolah tercinta mua ... muaa ...," ujar Aldi kembali dengan kelebayannya. "Mulai gesreknya lagi," balas Raffa. "Sejak kapan dia nggak gesrek?" tanya Revano tajam. “Itu sih jangan ditanya, ya, Van. Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan bahkan setiap detik nggak akan pernah hilang sifat gesreknya itu! Emang udah dari lahir sifatnya kek gitu,” jawab Raffa apa adanya. “Tega, ya, kalian, tega banget sama temen sendiri!” ujar Aldi dramatis. “Mulai, mulai dramanya, nggak ada yang mau masukkin lo ke layar lebar, Di. Jadi jangan harap, ya, deh.” “Eh siapa yang berharap juga, Fara?! Meskipun tingkah gue agak gesrek, rada-rada gitu, tapi menghiburkan, kan, ya?” ujar Aldi sambil mengedipkan matanya. "Eh, DIAL, nama gue tuh RAFFA, R-A-F-F-A! Bukan Fara, emang gue cewek apa?!" "Cocok kok tuh nama sama lo. Eh jangan-jangan lo jodoh lagi sama Fara? Cieee... FARA, ANAK 12 IPS 2 DICARIIN SAMA RAFFA NIH, KATANYA KANGEN!!!" teriak Aldi tepat di lapangan sekolah. Sontak seluruh murid menoleh ke arah Aldi. Terkhusus Fara, anak 12 IPS 2, tentunya terkejut ketika namanya disebut-sebut. Pipinya memerah dan dengan malu-malu berjalan menuju lapangan sekolah. "Anjritt, parah lo, Di! Nggak bersahabat banget lo!" "Hahaha ... rasain lo tuh, makanya jangan berani main-main sama Reynaldi Steven yang ganteng sejagat raya ini. Bye bye, Raffa, gue duluan. Van, Ga, meningan lo pada ke kelas deh tinggalin si Raffa." Aldi pun berlalu dari sana setelah mengatakan itu, diikuti oleh Revano dan Raga. Rasanya Raffa ingin melepas sepatunya dan melemparkannya ke kepala Aldi. Sayangnya semuanya sudah terlambat, Fara sudah terlebih dahulu menghampirinya. "Hmm ..., Fa. Kamu nyari aku?" tanya Fara dengan ragu. Damn it, batin Raffa. Kini Raffa harus menghadapi Fara dan semua itu akibat ulah Aldi. Aldi s****n! ❤?❤ Bel sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu dan para murid sudah berada di kelas masing-masing untuk memulai pertemuan pertama mereka dengan para guru, teman yang baru dan pelajaran yang baru, terkhususnya kelas 12 IPA 1 yang baru saja kedatangan wali kelas mereka, Bu Silvy, guru Biologi yang mengajar di sekolah mereka. "Selamat pagi anak-anak," ujar Bu Silvy yang baru saja memasuki kelasnya. Beliau meletakkan barang-barang bawaannya di meja guru lalu berjalan ke tengah kelas, menghadap murid-muridnya. "Pagi, Bu," koor sekelas. “Baik anak-anak, karena hari ini adalah hari pertama kalian masuk sekolah, jadi kita santai saja. Anggap hari ini sebagai perkenalan kita dan hari ini kelas kita kedatangan murid baru jadi mohon perhatiannya, ya. Untuk Alisyia dipersilakan masuk,” pinta Bu Silvy menghadap ke pintu kelas yang masih terbuka. Tidak lama kemudian, seorang gadis remaja dengan tubuh ramping, kulit putih dan rambut lurus indahnya berjalan memasuki kelas. Sontak perhatian seluruh murid di kelas tertuju pada gadis itu, terkhusus kaum adam. Bagaimana tidak, perempuan itu bagaikan bidadari yang turun dari surga. Tubuh ramping, check. Kulit putih mulus, check. Hidung mancung, check. Rambut lurus indah, check. Ditambah dengan tinggi tubuhnya yang benar-benar idaman para kaum hawa, komplit sudah. "OMG, gila, cantik bat weh!!!" “Mata gue auto bersinar!” "Fix, dia bidadari gue!" “Bisa dimasukkin ke list gue ini mah!” “Kek artis Korea woy!” "Parah-parah, cantiknya melebihi si Marsha. Bisa saingan dah tuh!" Kelas pun menjadi ricuh. Bu Silvy segera menenangkan kelas agar memberi kesempatan murid baru tersebut untuk memperkenalkan dirinya. “Harap tenang semuanya!” Setelah kelas menjadi tenang, Bu Silvy mempersilakan Alisyia untuk memperkenalkan dirinya. "Hai semua, kenalin gue Alisyia Margaretha, pindahan dari Belanda dan sebenarnya gue asli Indo. Bokap gue dipindahin kerja ke sini, jadi gue ikut ortu pindah ke sini. Salam kenal semuanya!" ujar Alisyia dengan senyum memesonanya. "Senyumnya bikin meleleh, Bang!" "Salfok deh gue!" “Emang bener-benar cantik!” Alisyia hanya tersenyum mendengar sahutan dari murid yang ada di kelas. Namun matanya tertuju pada satu titik, ya, cowok itu. Cowok yang duduk di barisan dekat tembok namun matanya tak tertuju ke arahnya. Cowok yang sangat ingin dia temuin dan itu salah satu alasannya dia pindah ke Jakarta. Gue kangen lo, gue harap lo masih punya perasaan yang sama dengan gue, batin Alisyia. "Sudah-sudah, Alisyia, kamu boleh duduk di sebelah Vanya," ujar Bu Slivy. Vanya yang merasa terpanggil, melambaikan tangannya. Alisyia menganggguk pelan lalu berjalan menghampiri Vanya dan duduk di sebelahnya. "Hai, Alisyia. Salken, gue Vanya! Ini Reva dan ini Adelyn," jelas Vanya. "Hai," ujar Reva dan Adelyn berbarengan. "Hai, salam kenal, ya. Kalian boleh panggil gue Al aja," ujar Alisyia. "Okey!” “Baik anak-anak, hari ini kita tidak akan masuk ke dalam materi namun kita akan perkenalan singkat tentang materi apa saja yang akan dipelajari di semester pertama kelas dua belas ini, semuanya harap memperhatikan!” pinta Bu Silvy yang kemudian mengambil buku paketnya lalu mulai menerangkan satu persatu dan semua murid memperhatikannya dengan tenang. ❤?❤ Di sisi lain, seseorang tampak tidak bisa tenang selama pelajaran berlangsung. Dari awal pelajaran dimulai sampai saat ini, dirinya tidak bisa fokus dengan pelajaran. Tangannya dingin namun basah karena keringat, jantungnya berpacu lebih cepat dan keringat pun sudah membasahi dahinya. Bayang-bayang akan masa lalunya kembali muncul berkeliaran di otaknya. Masa lalu yang perlahan sudah ia lupakan dan ia kubur, namun harus bangkit kembari menguasai dirinya. Sungguh menyakitkan! Kenapa harus secepat ini? Dan apa dirinya tidak bisa tenang? Setelah banyak hal yang harus ia lewati seorang diri tanpa ada yang peduli dengan hidupnya. Hidupnya yang selalu monoton tanpa ada warna, hidup yang dipenuhi p********n, penderitaan dan paksa, harus kembali hancur? Inikah hidup yang sebenarnya? Yang tidak membiarkannya untuk bahagia? Di saat dirinya sudah memiliki orang yang membuat hidupnya kembali berwarna dan ia juga sudah bahagia dengan orang yang disayangnya, tapi kenapa dia harus kembali hadir di hidupnya? Apa salah dirinya berbahagia? Apa tidak ada kata bahagia di dalam hidupnya? Salah apa dirinya? Kini, hanya satu yang dirinya takutkan. Masa lalu yang terulang kembali. To Be Continued ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD